• No results found

Text 1 ABSTRAK pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2020

Share "Text 1 ABSTRAK pdf"

Copied!
68
0
0

Loading.... (view fulltext now)

Full text

(1)

HUBUNGAN DERAJAT PARASITEMIA DENGAN GOLONGAN DARAH ABO PADA PENDERITA MALARIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS HANURA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

SKRIPSI

Oleh:

Nur Sazaro Tudhur

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN THE DEGREES OF MALARIA PATIENT AND ABO BLOOD GROUPS IN IN THE WORK AREA OF

PUSKESMAS HANURA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

By

NUR SAZARO TUDHUR

Background: Malaria is an infectious disease caused by the plasmodium sp parasite through the bite of an infected female Anopheles mosquito and then distributed throughout the human body. Blood type is a blood classification system based on its antigens and is divided into four groups, namely blood group A which has antigens A and anti-B, blood group B which has antigens B and anti-A, blood group O which has antibodies but does not have antigen, and blood group A which has antigens but does not have antibodies. According to research on the relationship between ABO blood groups and malaria with clinical symptoms in rural areas in South India, there is a relationship between blood groups and malaria.

Methods: This is an observational analytical reasearch with cross sectional methode. where sampling and data analysis are carried out at one time.

Results: There is relationship Chi square analysis was carried out to assess the relationship of the degree of parasitemia with ABO blood type obtained p <0.05, so it can be concluded that there is a relationship between the degrees of malaria patient and abo blood groups in in the work area of Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Conclusion: There is a relationship between the degrees of malaria patient and abo blood groups in in the work area of Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN DERAJAT PARASITEMIA DENGAN GOLONGAN DARAH ABO PADA PENDERITA MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

HANURA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

Oleh

NUR SAZARO TUDHUR

Latar Belakang: Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium sp melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi lalu menyebar keseluruh tubuh manusia. Golongan darah adalah suatu sistem pengklasifikasian darah berdasarkan antigen yang dimilikinya dan terbagi menjadi empat kelompok yaitu golongan darah A yang memiliki antigen A dan anti-B, golongan darah B yang memiliki antigen B dan anti-A, golongan darah O yang memiliki antibodi namun tidak memiliki antigen, dan golongan darah A yang memiliki antigen namun tidak memiliki antibodi. Menurut penelitian mengenai hubungan antara golongan darah ABO dan malaria dengan gejala klinis di daerah pinggiran di India Selatan, terdapat hubungan antara golongan darah dan malaria. Metode: Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian Analitik Obervasional metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode Cross sectional, dimana pengambilan sampel dan analisis data dilakukan dalam satu waktu.

Hasil: Dilakukan analisis Chi square untuk menilai hubungan derajat parasitemia dengan golongan darah ABO didapatkan p<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan derajat parasitemia dengan golongan darah abo pada penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Simpulan: Terdapat hubungan derajat parasitemia dengan golongan darah abo pada penderita malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

(4)

HUBUNGAN DERAJAT PARASITEMIA DENGAN GOLONGAN DARAH ABO PADA PENDERITA MALARIADI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS HANURA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

Oleh:

NUR SAZARO TUDHUR Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

Dengan Izin Allah SWT yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang ku persembahkan karya ini

spesial untuk Abah, Ibu, Kakak dan Keluarga Besarku

Tercinta serta orang-orang yang tak henti-hentinya

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Timur pada tangal 26 Februari 1998, sebagai anak kedua dari 3 bersaudara dari Bapak Abdul Halim dan Ibu Kholisoh.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Al-Barokah Lampung Timur pada tahun 2004. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 2 Sumberrejo Lampung Timur pada tahun 2011. Penulis kemudian menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP N 2 Kaliwungu pada tahun 2013 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 3 Bandar Lampung, pada tahun 2016.

(10)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar sarjana kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Allah SWT, atas izin-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi untuk gelar sarjana.

2. Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung

(11)

4. dr. Hanna Mutiara, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing I yang telah membimbing saya dengan sebaik-baiknya, bersedia meluangkan waktu untuk memberikan tambahan ilmu, memberi kritik, saran, dan membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

5. dr. Rizki Hanriko, S.Ked., Sp.PA. selaku Pembimbing II yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi, serta membantu, memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Dr. dr. Betta Kurniawan, S.Ked., M.Kes selaku Pembahas, terimakasih

atas waktu, saran, semangat, nasihat dan evaluasi yang diberikan kepada penulis selama ini serta membimbing selama berorganiasasi.

7. dr. Syazili Mustofa, M.Biomed, sebagai Pembimbing Akademik sejak semester 1-7, yang telah memberikan bimbingan, saran serta ilmu yang telah bermanfaat selama ini.

8. Kedua orang tua ku, abah dan ibu tercinta yang selalu mendoakan serta membeikan semangat kepada penulis tanpa henti.

9. Kedua saudaraku mbak nunik, mbak jihan, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

10.Keluarga Bani Ma’shum dan Bani Maftuchin yang senantiasa memberikan doa dan semangat kepada penulis.

(12)

12.Kepada sahabat-sahabat “Selo”ku Tiara, Via, Yosi, Nabila, Sindi, dan Meiuta, yang selalu mendukung, menemani, mendoakan, dan mendengarkan keluhanku. Terimakasih untuk persahabatan yang sangat berharga selama ini.

13.Kepada “Bonam” Yosi, Via, Nabila, Sindi, Meiuta, Erwin, Abiyyi, Allan, Janu, Rio, Ihsan terimakasih atas kebersamaan yang diberikan, teman belajar OSCE setiap semester, segala bantuan, semangat, ilmu, waktu dan nasihat dalam penyelesaian skripsi ini.

14.Teman-teman satu angkatan FK Unila 2016 yang menjadi teman berjuang dan melangkah bersama dalam meniti cita-cita ini serta selalu mengisi hari-hari menjadi sangat menyenangkan.

15.Bidan Lia dan Pak Dodi serta pihak Puskesmas Hanura yang telah banyak membantu selama proses penelitian, terminasi subjek penelitian, hingga pengumpulan data penelitian, terima kasih atas kesediaannya membantu saya dan teman-teman selama penelitian kami;

16.Retno Arienta sahabat saya sejak menjadi mahasiswa baru yang selalu berbaik hati.

17.Teman “SHS Mate” ica, sandhika, tami, lista, fadel, acil, nanda, cio, adit. 18.Teman teman DPM, IPPNU, PMII, yang telah membantu dan mendoakan

selama perkuliahan.

(13)

bermanfaat serta dapat memberikan informasi ataupun pengetahuan bagi pembacanya.

Bandar Lampung, Februari 2020

Penulis

Nur Sazaro Tudhur

(14)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan ... 7

1.4.2 Manfaat bagi masyarakat ... 8

1.4.3 Manfaat bagi instansi dan lembaga terkait ... 8

1.4.4 Manfaat bagi peneliti... 8

1.4.5 Manfaat bagi peneliti selanjutnya ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria ... 9

2.1.1 Definisi ... 9

2.1.2 Epidemiologi ... 9

2.1.3 Etiologi dan Vektor ... 13

2.1.4 Pathogenesis ... 14

2.1.5 Manifestasi Klinis ... 17

2.1.7 Pengobatan Malaria ... 22

2.1.6 Diagnosis malaria ... 19

(15)

2.2 Morfologi Plasmodium ... 24

2.2.1 Malaria Falciparum ... 24

2.2.2 Plasmodium vivax ... 25

2.2.3 Plasmodium malariae ... 26

2.2.4 Plasmodium ovale ... 27

2.2.5 Plasmodium knowlesi ... 28

2.3 Golongan Darah ... 29

2.4 Golongan Darah ABO ... 30

2.5 Hubungan Patogenesis Malaria Dengan Golongan Darah Sistem ABO ... 31

2.6 Kerangka teori ... 33

2.7 Kerangka Konsep ... 34

2.8 Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1 Tempat Penelitian... 35

3.2.2 Waktu Penelitian ... 35

3.3 Subyek Penelitian ... 35

3.3.1 Populasi Penelitian ... 35

3.3.2 Sampel Penelitian ... 36

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel... 37

3.3.4 Kriteria Penelitian ... 37

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ... 38

3.4.1 Variabel Terikat ... 38

3.4.2 Variabel Bebas ... 38

3.5 Definisi Operasional ... 39

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 39

3.7 Prosedur Penelitian ... 40

(16)

3.9 Pengolahan Data ... 40

3.10 Analisis Data ... 41

Alur Penelitian ... 43

3.11 Etika Penelitian ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.1.1 Analisis U nivariat ... 45

4.1.2 Analisa Bivariat ... 45

4.2 Pembahasan ... 48

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 54

5.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Manifestasi Klinik Infeksi Plasmodium ... 18

2. Definisi Operasional ... 38

3. Distribusi Golongan Darah, Jenis Malaria dan Derajat Parasitemia ... 43

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Persentasase populasi yang beresiko malaria tahun 2010-2017 ... 10

2. API Per Kabupaten Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2016 ... 12

3. Jumlah Kasus Malaria Berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Pesawaran tahun 2016 ... 13

4. Proses perlekatan eritrosit normal dengan eritrosit yang terinfeksi ... 15

5. Mekanisme knop eritrosit ... 16

6. Siklus Hidup Malaria ... 24

7. Morfologi P. falciparum ... 25

8. Morfologi P. vivax ... 26

9. Morfologi P. malariae ... 27

Morfologi P. ovale ... 28

10.Morfologi P. knowlesi ... 29

11.Hipotesis model antigen ... 31

12.Kerangka teori ... 33

13.Kerangka konsep ... 34

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit Plasmodium sp melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi lalu menyebar keseluruh tubuh manusia. Terdapat lima spesies dari Plasmodium sp yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi (World Health Organization, 2018). Malaria yang terjadi di Indonesia banyak di sebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax (Kementrian Kesehatan RI, 2017).

(20)

2

Penyebaran malaria secara global sangatlah luas yaitu di 60° lintang utara hingga 40° lintang selatan negara-negara yang memiliki iklim tropis dan sub tropis seperti Afrika sub Sahara, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Amerika Tengah. Sekitar 2,3 miliar atau 41% dari jumlah penduduk dunia yang berisiko terkena malaria dan sebanyak 300 hingga 500 pasien malaria disetiap tahunnya serta terdapat 1,5 hingga 2,7 juta kasus kematian akibat malaria. (Hakim, 2011).

Beberapa daerah di Indoensia yang menjadi endemis malaria antara lain Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Lampung, Bengkulu, dan Riau. (Bustam, Ruslam dan Erniwati, 2012).

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah endemis malaria karena masih banyak terdapat rawa-rawa, genangan air payau di tepi laut serta tambak ikan yang tidak terurus. Jumlah desa endemis malaria sebanyak 223 desa atau sekitar 10% dari jumlah desa, sedangkan angka kesakitan malaria mencapai 0,4 per 1000 penduduk. (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).

(21)

3

Kabupaten Pesawaran sebagai daerah endemis malaria tertinggi di Provinsi Lampung mengalami ketidak seimbangan nilai API. Pada tahun tahun 2012 hanya terdapat 1 kasus malaria per 1.000 penduduk, kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 4,77 per 1000 penduduk, selanjutnya pada tahun 2014 kembali terjadi peningkatan yaitu 7,26 per 1000 penduduk, selanjutnya mengalami penururnan pada tahun 2015 menjadi 6,36 per 1000 penduduk, dan terus menurun pada tahun 2016 menjadi 4,44 per 1000 penduduk. Laporan kasus malaria pada tahun 2016 sebanyak 1.915 kasus tanpa adanya kematian penderita. Di Kabupaten Pesawaran, kasus positif malaria banyak ditemukan di Puskesmas Hanura, Puskesmas Padang Cermin, Puskesmas Pedada dan Puskesmas Gedong Tataan. Puskesmas Hanura merupakan puskesmas dengan kejadian malaria terbanyak, yaitu sebanyak 1738 kasus. (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2017).

Pada tahun 2016, kasus malaria di Puskesmas Hanura didominasi oleh parasit Plasmodium falsiparum dengan jumlah 1002 kasus sedangkan Plasmodium vivax didapatkan 703 kasus. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2017, ditemukan parasit Plasmodium falsiparum 1334 kasus dan Plasmodium vivax 952 kasus. Hal tersebut terjadi sebaliknya pada tahun 2018, ditemukan parasit Plasmodium vivax 914 kasus dan Plasmodium falsiparum 560 kasus, yang berarti bahwa kasus Plasmodium vivax lebih banyak dari kasus Plasmodium falsiparum (Data Puskesmas Hanura, 2019).

(22)

4

terinfeksi ke pembuluh darah organ manusia, eritrosit yang muda akan terus mengikuti peredaran darah akan tetapi eritrosit yang matang akan terlokalisir pada pembuluh darah organ. Pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi antigen dari Plasmodium falciparum. Sitokin (TNF, IL-6, dll) yang di hasilkan oleh sel makrofag, monosit, dan limfosit dan akan menyebabkan terekspresinya reseptor endotel kapiler. Pada saat knob berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler maka akan terjadi proses sitoadhrensi. (Husna dan Prasetyo, 2016).

(23)

5

Golongan darah adalah suatu sistem pengklasifikasian darah berdasarkan antigen yang dimilikinya. Secara global penggolongan darah terbagi menjadi empat kelompok yaitu golongan darah A yang memiliki antigen A dan anti-B, golongan darah B yang memiliki antigen B dan anti-A, golongan darah O yang memiliki antibodi namun tidak memiliki antigen, dan golongan darah A yang memiliki antigen namun tidak memiliki antibodi. Fungsi dari penggolongan darah sendiri salah satunya adalah untuk kegunaan transfusi darah. (Oktari dan Silvia, 2016)

Golongan darah ABO ditentukan berdasarkan jenis antibodi ataupun antigen yang terkandung didalam darah, golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A dipermukaan eritrositnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Pada golongan darah B memiliki antigen B di permukaan eritrositnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Pada golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B di permukaan eritrositnya dan tidak menghasilkan antibodi terhdap antigen A maupun antigen B dalam serum darahnya. Sedangkan, pada golongan darah O memiliki sel darah merah tanpa antigen, tetapi memiliki antibodi terhadap antigen A dan pada serumya. (Nadia, Handayani, dan Rismiati, 2010)

(24)

6

berbentuk seperti gerombolan, proses ini disebut Rosetting yang mana di pengaruhi golongan darah, terdapat antigen A dan B sebagai reseptor eritrosit yang tidak terinfeksi ( Fitriany dan Sabiq, 2018).

Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Thakur dan Verma di India menunjukan hasil yang berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Gayathri dkk, dimana tidak terdapat hubungan antara golongan darah ABO dan derajat parasitemia. Demikian pula pada penelitian yang dilakukan oleh Singh dkk, menyimpulkan bahwa potensi kejadian parasitemia pada golongan darah AB lebih kecil. (Deepa, Alwar, dan Rameshkumar, 2011). Penelitian Fowkes dkk di Papua Newguinea pada subjek anak (1-17 tahun) tidak menemukan hubungan golongan darah ABO terhadap kepadatan parasit malaria dan pembentukan antibodi variasi antigenik. (Fowkes, Michon, dan Pilling, 2008)

(25)

7

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa perlu adanya penelitian tentang hubungan derajat parasitemia dengan golongan darah dikarenakan belum ada penelitian serupa di Provinsi Lampung, mengingat setiap wilayah memiliki karakteristik geografis yang berbeda-beda dan juga ditempati oleh masyarakat dengan karakteristik yang berbeda pula.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara derajat parasitemia dengan golongan darah abo pada penderita malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara derajat parasitemia dengan golongan darah ABO pada penderita malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan

(26)

8

.

1.4.2 Manfaat bagi masyarakat

Memberikan gambaran hubungan antara derajat parasitemia dengan golongan darah ABO pada penderita malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung, sehingga masyarakat lebih sadar terhadap dampak buruk bila malaria tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

1.4.3 Manfaat bagi instansi dan lembaga terkait

Menjadi bahan perencanaan serta data pendukung dalam pencegahan transmisi malaria di Kabupaten Pesawaran terkhusus wilayah kerja Puskesmas Hanura. Memberikan tambahan referensi penelitian dalam bidang Parasitologi Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti tentang kegawatdaruratan yang terjadi pada malaria terutama ditinjau dari golongan darah.

1.4.5 Manfaat bagi peneliti selanjutnya

(27)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malaria

2.1.1 Definisi

Malaria sudah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu, malaria sendiri berasal dari bahasa italia yang terdiri atas dua suku kata yaitu “mal” yang berarti buruk dan “aria” yang berarti udara, sehingga malaria diartikan sebagai udara yang buruk.

Kemungkinan zaman dahulu masyarakat italia beranggapan bahwa penyakit ini diakibatkan musim dan udara yang buruk. (Arsin, 2012).

Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit Plasmodium sp yang akan disebarkan ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp betina yang telah terinfeksi. Penularan malaria dapat terjadi karena interaksi antara agent penyebab yaitu Plasmodium sp, host intermediet yaitu manusia, dan host definitif yaitu Anopheles sp. Kasus malaria tersering pada daerah-daerah yang memiliki iklim tropis maupun sub-tropis (WHO, 2019).

2.1.2 Epidemiologi

(28)

10

terkena juga. Kasus malaria di Wilayah Afrika berkisar 92% kasus dan 93% kasus kematian akibat malaria, diikuti oleh Wilayah Asia Tenggara dengan 5% kasus dan Wilayah Mediterania Timur dengan 2% kasus seperti terlihat pada gambar 1. Terdapat 5 negara yang menyumbang kasus malaria di dunia yaitu, Nigeria (25%), Republik Demokratik Kongo (11%), Mozambik (5%), India (4%) dan Uganda (4%).(World Health Organization, 2019).

Sumber: (World Health Organization, 2018)

Gambar 1. Persentasase populasi yang beresiko malaria tahun 2010-2017

(29)

11

Berdasarkan laporan Risekesdas tahun 2013, insiden malaria di Indonesia pada angka 1,9%, angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 2,9%, akan tetapi di Papua mengalami peningkatan yang tajam jumlah penderita. Prevalensi malaria hingga tahun 2013 sebesar 6,0 persen. Terdapat 5 provinsi yang memiliki insiden dan prevalensi malaria tertinggi antara lain, Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan 10,7%). Dapat disimpulkan bahwa dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, Indonesia bagian timur adalah daerah dengan kejadian malaria tertinggi, dan Pulau Jawa dan Bali adalah daerah dengan kejadian malaria yan rendah. (Litbang Kemkes, 2013).

(30)

12

[image:30.595.164.522.84.274.2]

Sumber: (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016)

Gambar 2. API Per Kabupaten Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2016.

(31)

13

[image:31.595.188.503.89.247.2]

Sumber: (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2017)

Gambar 3. Jumlah Kasus Malaria Berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Pesawaran tahun 2016.

2.1.3 Etiologi dan Vektor

Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp betina yang bertindak sebagai vektor dari malaria. Terdapat 5 jenis spesies Plasmodium sp yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan yang terbaru adalah Plasmodium knowlesi. (Soedarto, 2011). Pada Plasmodium falciparum menyebabkan Malaria tropika, Plasmodium vivak menyebabkan malaria tarsiana, dan Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana. (Arsin, 2012).

(32)

14

2.1.4 Pathogenesis

Pathogenesis malaria dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor parasit dan faktor penjamu (host). Faktor parasit yang dimaksud yaitu yang meliputi intensitas transmisi, densitas parasit, dan virulensi parasit. Sedangkan faktor penjamu yaitu tingkat endemisitas daerah tempat tinggal, genetik, usia, status nutrisi, dan status imunologi. Plasmodium sp menginvasi dan merusak eritrosit dan menetap di organ penting dan jaringan tubuh, menghambat sirkulasi mikro, serta melepaskan toksin yang akan menginduksi pelepasan sitokin (TNF-α, IL6, IL1β, atau IL-10 ) yang diproduksi oleh sel makrofag, monosit, dan limfosit akan menyebabkan terekspresinya reseptor endotel kapiler. (Autino et al., 2012).

Plasmodium falciparum adalah parasitemia yang paling berat dibandingkan dengan Plasmodium yang lain. hal ini di sebabkan karena Plasmodium falciparum akan menginfeksi eritrosit disemua usia eritrosi. Sedangkan Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksi eritrosit muda (retikulosit) sedangkan Plasmodium malariae hanya menyerang pada eritrosit yang lebih tua (Natadisastra & Ridad, 2009).

(33)

15

knob tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses sitoadherensi atau perlekatan eritrosit yang normal dengan eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum yang akan terlihat membentuk gerombolan atau rosette (Gambar 4). Sehingga akan terjadi obstruksi eritrosit. (Husna & Prasetyo, 2016)

[image:33.595.221.472.240.405.2]

Sumber : (Husna & Prasetyo, 2016)

Gambar 4. Proses perlekatan eritrosit normal dengan eritrosit yang terinfeksi

(34)

16

.

[image:34.595.199.494.86.260.2]

Sumber : Nugraha Agung. Editor PN dkk. Malaria dari molekuler ke klinis. Edisi 2. EGC.2012

Gambar 5. Mekanisme knop eritrosit terinfeksi dengan reseptor PfEMP-1 yang akan mengalami sitoadhesi pada molekul adhesi di endotel

(35)

17

peng-hambatan IFN-γ dan sekresi TNF-α oleh sintesis IL-10 berperan penting dalam menetralkan patologi dari makrofag. (Irawati, Acang, & Irawati, 2008)

2.1.5 Manifestasi Klinis

Beratnya gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi malaria dipengaruhi oleh fakor host dan faktor parasit. Beberapa faktor host yaitu usia, genetic, imunitas, jenis kelamin sikap dan perilaku penderita malaria serta jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan. (Putra, Bakri, Kurniawan, 2015. Kurniawan, Nrmaulina, Fakhruddin, 2018). Sedangkan faktor parasit yaitu kepadatan parasit, virulensi parasit dan jenis parasit yang menginfeksi (Laishram, Sutton, Namda, et al. 2012).

(36)

18

(37)
[image:37.595.145.534.108.349.2]

19

Tabel 1. Manifestasi Klinik Infeksi Plasmodium

Plasmodium Masa Inkubasi

(hari)

Tipe Panas (Jam)

Relaps Rekru-rensi

Manifestasi Klinik

Falciparum 12 (9-14) 24,36,

48

Tidak Ya Gejala gastrointestinal; hemolisis; anemia; ikterus hemoglobinuria; syok; algid malaria; gejala serebral; edema paru; ytglikemi; gangguan kehamilan; kelainan retina.

Vivax 13 (12-17) 48 Ya Tidak Anemia kronik; splenomegali

ruptur limpa.

Ovale 17 (16-18) 48 Ya Tidak Sama dengan manifestasi klinik

oleh Plasmodium vivax.

Malariae 28 (18-40) 48 Tidak Ya Rekrudensi sampai 50 tahun;

splenomegali menetap; rumpur limpa jarang ruptur; sindroma nefrotik.

Knowlesi 9-12 72 Tidak Demam; nyeri perut;

trombositopenia; gangguan ginjal; ikterik; hiperparasitemia. Sumber: (Harijanto, 2014)

Serangan Primer malaria dimulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin atau menggigil, panas dan berkeringat. Periode Laten adalah periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadi infeksi dan biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal. Recrudescence adalah gejala klinik dan parasitemia yang berulang dalam waktu 8 minggu setelah serangan primer selesai. Keadaan ini dapat berupa berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari serangan primer. Reccurence adalah berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer. (Harijanto, 2014).

2.1.6 Diagnosis malaria

(38)

20

sebagai manifestasi klinis malaria sering tidak khas sehingga menyerupai penyakit infeksi lain seperti demam Dengue dan Tifoid. Demikian, dalam mendiagnosis penyakit malaria seorang klinisi tidak dapat hanya mengandalkan gejala klinis penderita saja namun juga diperlukan pemeriksaan penunjang diagnosis sedini mungkin (Arsin, 2012).

Secara garis besar pemeriksaan laboratorium malaria dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk mendeteksi adanya antigen spesifik atau antibodi spesifik terhadap Plasmodium sp. Gold standard dalam pemeriksaan laboratorium malaria yaitu pemeriksaan metode mikroskopis untuk menemukan parasit (Plasmodium sp) di dalam darah tepi. Uji imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria (Arsin, 2012).

1. Pemeriksaan dengan mikroskop. Pemeriksaan ini dengan memeriksakan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/rumah sakit/laboratorium klinik untuk menentukan: a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif). b) Spesies dan stadium plasmodium. c) Kepadatan parasit. Kepadatan parasit di dalam darah dapat dinilai sebagai berikut:

i) Semi kuantitatif

(-) : Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/ lapang pandang besar).

(39)

21

(++) : Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB).

(+++) : Positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB).

(++++) : Positif 4 (ditemukan > 10 parasit dalam 1 LPB).

Kemudian di kelompokan menjadi 3:

1) Ringan: (+) dan (++)

2) Sedang: (+++)

3) Berat: (++++)

Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:

1. Jika kepadatan parasit < 100.000/ ul, maka mortalitas < 1%.

2. Jika kepadatan parasit > 100.000/ ul, maka mortalitas > 1%.

3. Jika kepadatan parasit > 500.000/ ul, maka mortalitas > 50%.

ii) Kuantitatif

(40)

22

Contoh:

Jika dijumpai 1500 parasit per 200 leukosit, sedangkan jumlah leukosit 8.000/ ul maka hitung parasit = 8.000/ 200 X 1.500 parasit = 60.000 parasit/ ul. Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritosit = 5%. Jika jumlah eritrosit 4.500.000/ ul maka hitung parasit = 4.500.000/ 1000 X 50 = 225.000 parasit/ ul (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2017).

2. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test). Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi pengobatan.

2.1.7 Pengobatan Malaria

(41)

23

2.1.8 Siklus Hidup Plasmodium

(42)

24

[image:42.595.212.459.81.282.2]

Sumber: (Centers for Disease Control and Prevention, 2017)

Gambar 6. Siklus Hidup Malaria

2.2 Morfologi Plasmodium 2.2.1 Malaria Falciparum

(43)

25

[image:43.595.226.382.87.321.2]

Sumber : Center for Disease Control and Prevention, 2013

Gambar 7. Morfologi P. falciparum dalam sediaan apus darah, 1:eritrosit normal, 2-18: trofozoit, 9-10:

ring-stage, 19-26: skizon, 27-28: makrogametosit matang, 29-30: mikrogametosit matang (Diagnostic

Findings Malaria, 2009)

2.2.2 Plasmodium vivax

(44)

26

berwarna biru pucat dan inti besar. Pada mikrogametosit atau makrogametosit, butir-butir pigmen jelas tersebar pada sitoplasma (Irianto, 2009; Safar, 2010).

[image:44.595.232.394.147.365.2]

Sumber : (Center for Disease Control and Prevention, 2013)

Gambar 8. Morfologi Plasmodium vivax pada sediaan apus darah, 1: eritrosit normal, 2-6: trofozoit muda atau ring-stage, 7-18: trofozoit akhir, 19-27: skizon, 28-29: makrogametosit, 30:

mikrogametosit (Diagnostic Findings Malaria, 2009).

2.2.3 Plasmodium malariae

(45)

27

[image:45.595.260.420.96.299.2]

Sumber : (Center for Disease Control and Prevention, 2013)

Gambar 9 . Morfologi Plasmodium malariae pada sediaan apus darah, 1: eritrosit normal, 2-5: trofozoit muda, 6-13: trofozoit, 14-22: skizon, 23: gametosit yang berkembang, 24:

makrogametosit, 25: mikrogametosit (Diagnostic Findings Malaria, 2009)

2.2.4 Plasmodium ovale

(46)

28

[image:46.595.234.400.93.297.2]

Sumber : (Center for Disease Control and Prevention, 2013)

Gambar 10. Morfologi Plasmodium ovale, 1: eritrosit normal, 2-5: trofozoit muda (ring-stage), 6-15: trofozoit, 16-23: skizon, 24: makrogametosit, 25: mikrogametosit (Diagnostic Findings

Malaria, 2009).

2.2.5 Plasmodium knowlesi

(47)

29

[image:47.595.229.404.82.327.2]

Sumber : (Center for Disease Control and Prevention, 2013)

Gambar 11. Morfologi Plasmodium knowlesi pada sediaan apus darah, 1: eritrosit normal, 2-9: trofozoit muda (ring-form), 10-12: trofozoit berkembang, 13-15: trofozoit matang, 16-23: skizon hampir matang dan matang, 24: makrogametosit matur, 25: mikrogametosit matur (Diagnostic Findings Malaria, 2009).

2.3 Golongan Darah

(48)

30

Sistem golongan darah ABO pertama kali ditemukan pada tahun 1900 oleh ilmuan yang berasal dari Australia yag bernam Karl Landsteiner, beliau menemukan 3 jenis golongan darah yaitu golongan darah A, golongan darah B, dan golongan darah O. Dua tahun kemuadian DesCesterllo dan Sturli menemukan golongan darah baru yaitu golongan darah AB (Hosoi, 2008)

2.4 Golongan Darah ABO

(49)

31

2.5 Hubungan Patogenesis Malaria Dengan Golongan Darah Sistem ABO

Hipotesis hubungan patogenesis malaria terhadap golongan darah ABO berkaitan dengan proses rosseting melalui antigen A dan antigen B pada permukaan eritrosit. Beberapa review seperti Cserti, dkk. (2007) dan Rowe, dkk. (2009) menjelaskan bahwa peran antigen A dan B pada eritrosit yang terinfeksi adalah sebagai reseptor pada proses rosset antara eritrosit terinfeksi dengan eritrosit yang tidak terinfeksi. Proses rosset, sitoadhesi dan sekuestrasi menyebabkan autoaglutinasi, obstruksi mikrovaskuler, gangguan metabolik, iskemik dan kerusakan organ (Gambar 12).

[image:49.595.220.474.363.565.2]

Sumber : (Cserti dan Dzik, 2019)

Gambar 12. Hipotesis model pengaruh antigen A dan B pada proses sitoadhesi dan rosset (kiri dan tengah). Lewis antigen A dan B dalam serum dapat mengahambat sitoadhesi

(kanan).

(50)

32

(51)

33

2.6 Kerangka teori

Berdasarkan tinjuan pustaka yang telah disusun, kerangka teori:

-

+

Plasmodium sp

Eritrosit terinfeksi

Patogenesis

Sithoaderensi, Sekuestrasi, dan Rosetting Golongan darah O

Peningkatan aviditas fagositosit

Fagositosis eritrost terinfeksi meningkat

Golongan darah non O

Meningkatkan adhesi

Pembentukan roset yang lebih banyak

(52)

34

2.7 Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis

Terdapat hubungan deajat parasitemia dengan golongan darah ABO pada penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Variabel Independen

Variabel Dependen

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian Analitik Obervasional metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode Cross sectional, pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap hubungan antar variable dengan pengumpulan data dalam satu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian. Desain ini digunakan karena mudah di laksanakan, sederhana, menghemat waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Pengambilan data dan pemeriksaan golongan darah dilakukan di rumah pasien

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di bulan Januari 2020.

3.3 Subyek Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

(54)

36

3.3.2 Sampel Penelitian

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus kategorik komparatif 2 variabel tidak berpasangan. (Notoatmodjo, 2010)

n1=( Z α √2PQ + Zβ √ P1Q1 + P2Q2)2 (P1 - P2 ) 2

Keterangan:

n1 : Besar sampel sebagai kasus

n2 : Besar sampel sebagai kontrol

Z α : 1,96 (Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%)

Z β : 0,84 (Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%)

P1 : Proporsi pada kelompok penderita malaria falciparum di Puskesmas Hanura (0,69)

P2 : Prorporsi pada kelompok golongan darah ABO (0,5) P : Proporsi total =

Q1 : 1-P1 (0,31) Q2 : 1-P2 (0,5) Q : 1- P

P1-P2 : 0.19

n = ( Z α √2PQ + Zβ √ P1Q1 + P2Q2) 2

(P1 - P2 ) 2

n = (1,96√(2x0,095x0,905)+0,84√(0,69x0,31)+(0,5x0,5))2 (0,19)2

n = (1,96√(0,17195)+0,84√(0,4639))2 (0,19)2

n1 = (0,8114+ 0,5712)2 (0,0361)

(55)

37

Dari hasil perhitungan menggunakan rumus, didapatkan besar subjek minimal pada penelitian ini sebesar 53 sampel. Peneliti menambahkan jumlah sampel sebanyak 10 % dengan total 58 sampel.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah Consecutive sampling, yaitu memilih sampel yang memenuhi kriteria sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi.

3.3.4 Kriteria Penelitian 3.3.4.1 Kriteria Inklusi

Sampel yang diteliti merupakan penderita malaria yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kelompok eksklusi. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini ialah:

1. Penderita malaria yang terdiagnosis malaria

2. Penderita malaria yang datang berobat ke wilayah kerja Puskesmas Hanura 3. Pasien yang bersedia mengikuti penelitian.

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi

Pada penelitian ini ditetapkan kriteria ekslusi, antara lain: 1. Pasien yang masih bayi atau balita

(56)

38

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Terikat

Dalam penelitian ini penulis menentukan variabel terikat adalah golongan darah

3.4.2 Variabel Bebas

(57)

39

3.5 Definisi Operasional

[image:57.595.135.574.150.591.2]

Definisi operasional pada penelitian ini yaitu:

Tabel 2. Definisi Operasional No. Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Derajat Parasitemia Jumlah atau kepadatan parasit di dalam darah Melihat data rekam medik Rekam medik

Ringan: (+) dan (++) Sedang: (+++) Berat: (++++)

Ordina l

2 Golongan

Darah ABO Pembagian golongan darah berdasarkan sistem ABO (A, B, AB dan O) yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu O dan Non O (A, B, dan AB). Pemeriksaa n golongan darah dengan menggunak an metode slide Kertas golongan darah dengan reagen anti A, B, AB

1. Golongan darah A Aglutinasi pada anti A dan AB

2. Golongan darah B Aglutinasi pada anti B dan AB 3. Golongan darah AB

Aglutinasi pada anti A, B, dan AB

4. Golongan Darah O Tidak ada

aglutinasi

Nomin al

3 Jenis

Malaria Penggolanga n malaria berdasarkan jenis plasmodium yang menginveksi. Melihat data rekam medik Rekam medik 1. Malaria falciparum 2. Malaria vivax Nomin al

3.6 Alat dan Bahan Penelitian 1. Kartu golongan darah Biotest 2. Blood Lancet

(58)

40

5. Reagen Antigen – AB 6. Reagen Antigen rhesus 7. Batang Pengaduk 8. Alat Tulis

3.7 Prosedur Penelitian

1. Teteskan 1 tetes anti-A pada kolom pertama kartu golongan darah. 2. Teteskan 1 tetes anti-B pada kolom kedua kartu golongan darah. 3. Teteskan 1 tetes anti-AB pada kolom ketiga kartu golongan darah. 4. Teteskan 1 tetes anti rhesus pada kolom keempat kartu golongan darah

5. Tambahkan pada masing-masing tetesan reagen 1 tetes sel darah merah yang akan diperiksa.

6. Lakukan pencampuran reagen dan sel darah merah menggunakan batang pengaduk.

7. Baca dan interpretasi hasil serta lakukan pencatatan hasil reaksi

3.8 Interpretasi Hasil

Hasil positif: bila terjadi aglutinasi kuat

Hasil negatif: bila tidak terjadi aglutinasi pada akhir menit kedua

3.9 Pengolahan Data

(59)

41

Prosedur pemeriksaan data, memeriksa apakah data sudah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Koding

Prosedur pengkodean pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.

3. Entry data

Proses entry dilakukan dengan memasukkan data ke dalam software untuk memulai proses analisis data.

4. Verifikasi

melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukan ke komputer

5. Output

Pada tahap ini ditampilkan hasil yang telah dianalisa program software.

3.10 Analisis Data

1. Analisa univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas (golongan darah), variabel terikat (derajat parasitemia) maupun deskripsi karakteristik responden

2. Analisa Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk menguji hubungan antara masing-masing variabel

meliputi variabel bebas dengan variabel terikat. Skala data penelitian yaitu

(60)

42

(61)

43

Alur Penelitian

[image:61.595.146.513.138.566.2]

Penelitian yang dilakukan melalui tahapan secara berurutan pada Gambar 11

Gambar 11 . Alur Penelitian

Mengurus surat perizinan untuk melakukan penelitian dari lembaga Kesbangpol Pesawaran, Dinas Kesehatan Kabupaten

Pesawaran, dan Puskesmas Hanura

Melakukan pengumpulan data berupa rekam medik pasien malaria falciparum di Puskesmas Hanura

Pengumpulan data dari pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk pemeriksaan golongan darah

Pasien menyetujui lembar inform concent

Pengelolaan data

Analisis data

Mengurus surat tugas untuk melakukan penelitian yang dikeluarkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

(62)

44

3.11 Etika Penelitian

(63)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Diketahui bahwa dari 68 responden malaria terdapat 39 (57,4%) memiliki golongan darah non O dan sebanyak 29 (42,6%) memiliki golongan darah O. Terdapat 34 (50,0%) responden penderita malaria falciparum dan 34 (50,0%) responden penderita malaria vivax.s. Pada derajat parasitemia terdapat 39 (57,4%) responden memiliki derajat parasitemia berat dan 29 (42,6%) memiliki derajat parasitemia ringan.

2. Terdapat hubungan golongan darah dengan derajat parasitemia pada penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran

5.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diuraikan oleh penulis diatas, saran yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukkan adalah sebagai berikut :

(64)

55

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian transfusi pada golongan darah non O khususnya pada infeksi falciparum dengan derajat parasitemia yang berat karena dapat mempercepat proses rosset.

3. Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terkait dengan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan terbaru dan terkhusus pada penderita malaria falciparum.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arsin A. (2012) MALARIA. Makassar: MASAGENA PRESS.

Autino B, Corbett Y, Castelli, F, dan Taramelli, D.. (2012) “Pathogenesis of malaria in tissues and blood,” Mediterranean Journal of Hematology and Infectious Diseases, 4(1). doi: 10.4084/MJHID.2012.061.

Bustam, Ruslan, dan Erniwati. 2012. Karakteristik tempat perkembangan larva Anopheles di desa Bulubete Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin

Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Plasmodium blood stage parasites. Diunduh dari: http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/PDF_Files

Centers for Disease Control and Prevention. 2016. Laboratory diagnosis of malaria Plasmodium falciparum. Diunduh dari: https://www.cdc.gov/ dpdx/diagnosticprocedures/blood/index.html

Centers for Disease Control and Prevention. 2017. Malaria. DPDx-Laboratory Identification of Parasit Diseases of Public Health Concern. Available at: https://www.cdc.gov/dpdx/malaria/index.html. Diakses pada tanggal 13 Juli 2019.

Data Puskesmas Hanura. 2019. Data kasus malaria di Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran.

Deepa, Alwar VA, Rameshkumar K, Ross C. ABO blood groups and malaria related clinical outcome. J Vector Borne Dis. 2011; 48:7-11

Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran (2017) Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2016, Profil Kesehatan jawa timur. Gedong Tataan, Pesawaran. doi: 10.1016/j.ajog.2006.12.019.

(66)

57

Fowkes FJL, et al . Host erythrocyte polymorphisms and exposure to Plasmodium falciparum in Papua New Guinea. Malar J. 2008;7:1475-2875.

Fitriany J dan Sabiq A. 2018. Malaria. Jurnal Averrous: 4(2) 1-20

Gayathri B.N, Harendra Kumar M.L, Gomathi.N, JeevanShetty, Reethesh R. P. 2013. Relationship between ABO blood groups and malaria with clinical outcome in rural area of South India. Gjmedph : 2(1) 1-7

Hakim L. 2011. Malaria : Epidemiologi dan diagnosis. Aspirator: 3(2) 107-116

Harijanto PN. 2014. Malaria. Dalam: Sudoyo AW, Setiati S, Alwi I, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi ke VI. Jakarta: InternaPublishing.

Hosoi E, Rath G, Mitra R, Mishra N, 2014. Blood groups systems. Indian Journal of

Anaesthesia, 55(5), p.524. Available at:

http://www.ijaweb.org/text.asp?2014/58/5/524/144645

Husna M dan Prasetyo BH. 2016. Aspek biomolekuler dan update terapi malaria serebral. MNJ: 2(2) 79-88

Irawati L, Acang N, Irawati N. 2008. Ekpresi necrosis factor-alfa (TNF-) dan inter leukin (IL-10) pada infeksi malaria. Jurnalmka: 1(32) 16-18

Irawati N, Kurniawan B, Suwandi JF, Hasmiwati, Tjong DH, Kanedi M. 2017. Determination of the falciparum malaria resistance to artemisinin-based combination therapies in Pesawaran, Lampung, Indonesia. Asian Journal of Epidemiology. 10(1) : 19-25

Irianto K. 2009. Parasitologi: berbagai penyakit yang mempengaruhi kesehatan manusia. Bandung: Yrama Widya

Kemenkes RI . 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 1, hal. 1–16. doi: 2088-270X.

(67)

58

Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2017. Pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementrian Kesehatan RI.

Kurniawan B, Nurmaulina W, Fakhruddin H. 2018. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Penderita Malaria Falciparum Dengan Derajat Infeksi di wilayah kerja Puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Majority, 7(3): 34-40

Litbang Kemkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 Laporan Nasional 2013.

Mawuntu, AHP. 2018. Malaria serebral. Jurnal sinaps: 1(3): 1-21

Nadia, B. & Handayani, D. & Rismiati, R., 2010. Hidup Sehat Berdasarkan Golongan Darah. Jakarta: Dukom Publisher.

Natadisastra D. dan Agoes R 2009. Parasitolgi Kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang diserang. EGC. Jakarta

Notoadmodjo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Oktari A dan Silvia ND. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan reagen serum golongan darah A, B, O. Teknolabjournal : 5(2): 49-54

Panda AK, Panda SK, Sahu AN, Tripathy R, Ravindran B, Das BK. Association of ABO blood group with severe falciparum malaria in adults: Case control studyand meta-analysis. Malar J. 2011; 10:309.

Pekey, Andreas. 2017. Hubungan Golongan Darah ABO Dengan Berat Ringannya Malaria Pada Pasien Yang Berobat di RSUD DOK II Jayapura Papua. Tesis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

(68)

59

Safar R. 2010. Parasitologi kedokteran: protozologi, entomologi, dan helmintologi. Bandung: Yrama Widya. hlm. 93

Sahat O, Dewi RM, Yuliawaty R, Sihite BA, Ekowatiningsih R, Siswantoro H, et al., 2015. Penemuan baru Plasmodium knowlesi pada manusia di Kalimantan Tengah. Buletin Penelitian Kesehatan. 43(2):63–76

Soedarto. 2011. Malaria. Jakarta: Sagung Seto.

Tadesse H, Tadesse K. Assessing the association of severe malaria infection and ABO blood groups in northwestern Ethiopia. J Vector Borne Dis. 2013;50:292-6.

Tekeste Z, Petros B. The ABO blood group and Plasmodium falciparummalaria in Awash, Metehara and Ziway areas, Ethiopia. Malar J. 2010; 9:280.

Walofsky KT, Ayi K, Branch DR, Hult AK, Olsson ML, Liles WC, et al. ABO blood group influence macrophage-mediated phogocytosis of plasmodium falcifarum- infected erythrocytes. PLOS pathog. 2012;8 (10):e1002942.

Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta: EGC.

World Health Organization. 2018. World Malaria Report 2018.

World Health Organization. 2019. Malaria.

Widoyono. 2011. Penyakit tropis. Edisi II. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Zerihun T, Degarege A, Erko B. Association of ABO blood group and plasmodium falciparum malaria in dore bafeno area, Southern Ethiopia. Asian Pac J Trop Biomed. 2011;1:289-94.

Figure

Gambar 2. API Per Kabupaten Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2016.
Gambar 3. Jumlah Kasus Malaria Berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Pesawaran tahun 2016
Gambar 4 . Proses perlekatan eritrosit normal dengan eritrosit yang terinfeksi
Gambar 5. Mekanisme knop eritrosit terinfeksi dengan reseptor PfEMP-1 yang akan mengalami sitoadhesi pada molekul adhesi di endotel
+7

References

Related documents

The president Vladimir Putin signed the law in 20 th of July and it was to step in force the same year 20 th of November (Ria Novosti 2012a). Because foreign agency does not

tal and operating costs as a function of energy costs. For this particular design, at an energy cost of $3/MMBtu, the optimum number of actual trays is just fewer than 60. How-

the role of the firm changed in each stage of the continuum: from a company pursuing almost a traditional product or service marketing approach to a company adopting a

Investigations that focused on the encrustation of wellheads and selected zones of occurrence of mineral water were conducted from 2014 to 2017 in Serbia, at Bogatić (well

Previous Internet use; age of onset for Internet use; frequency of Internet use; daily time spent online; devices used for Internet use; setting for Internet use; reasons for

proportion of urinary ammonia we found to be derived from preformed arterial ammonia (35%), and from our previous demonstration that 73% of urinary ammonia derives from

Unlike tEPEC, aEPEC strains do not possess the EPEC ad- herence factor (EAF) virulence plasmid that contains the bun- dle-forming pili (BFP) responsible for a localized adherence

The results of the present study indicate that 1) Na+ is necessary for the active transport of AIB and its stimulation by insulin, 2) sugar trans- port and its insulin stimulation