• No results found

Evaluasi Jadwal Perawatan Mesin Dengan Pendekatan Overall Equipment Effectiveness (Oee) Untuk Melakukan Perbaikan Perawatan Dengan Metode Risk Based Maintenance Pada PT Xyz

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Share "Evaluasi Jadwal Perawatan Mesin Dengan Pendekatan Overall Equipment Effectiveness (Oee) Untuk Melakukan Perbaikan Perawatan Dengan Metode Risk Based Maintenance Pada PT Xyz"

Copied!
6
0
0

Loading.... (view fulltext now)

Full text

(1)

30

EVALUASI JADWAL PERAWATAN MESIN DENGAN PENDEKATAN OVERALL

EQUIPMENT EFFECTIVENESS

(OEE) UNTUK MELAKUKAN PERBAIKAN

PERAWATAN DENGAN METODE RISK BASED MAINTENANCE PADA PT XYZ

Fitri Matilda Siahaan1, Ir. Abadi Ginting SS MSIE2

Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater kampus USU, Medan 20155

Email: matildasiahaan@yhoo.co.id

Email: abadiginting@yahoo.com

Abstrak. PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi pakan ternak. Batch line flow dipilih sebagai strategi desain proses manufacturing sehingga aliran produksi bersifat sekuensial. Kegagalan mesin produksi dalam sekuensial akan mengakibatkan delay bahkan dapat menjadi stagnan, sehingga perencanaan perawatan merupakan langkah awal yang dibutuhkan agar aliran produksi dalam sekuensial tetap dalam keadaan baik. PT XYZ dalam penanganan perawatan hanya memilih corrective action, sehingga kerusakan akan mengakibatkan downtime dan resiko akibat kerusakan mesin yang tinggi (hasil perhitungan OEE diperoleh nilai dibawah 85%). Metode risk based maintenance digunakan sebagai langkah untuk mendapatkan interval preventive maintenance sebagai upaya perbaikan. Program preventive diterapkan pada komponen mesin kritis mesin grinder, yaitu Beater I, Beater II, screen 6 mm, dan screen 3 mm. Hasil yang diperoleh berupa jadwal preventive maintenance yang memberikan penurunan resiko pada Beater I dari 10.31% menjadi 1.81% dan untuk Beater II dari 10.50% menjadi 2.01%, sedangkan untuk nilai OEE, terjadi kenaikan rata-rata nilai sebesar 5%.

Kata kunci: Resiko, Risk Based Mintenance, Preventive Maintenance, Overall Equipment Effectiveness

Abstract XYZ is a ccompany that concern in the feed production. Batch line flow was chosen as strategy of manufacturing process design, which production flow is sequential. Machine failure in the sequential production may result on delay and even stagnation. Preventive maintenance is the first step that needed for keep the production flow in good condition. Maintenance program in this company only chose corrective action, so the failure may cause big downtime and big risk (the result of OEE was under 85%). Risk based maintenance method is used to get the maintenance interval in effort to repair. Preventive program is applied for critical component of grinder machine, those are Beater I, Beater II, screen 6 mm, and screen 3 mm. The result is preventive maintenance schedule that decreasing risk in Beater I from 10.31% to 1.81%, and risk in Beater II from 10.50% to 2.01%. while the OEE average value increase as 5%.

Keywords: Risk, Risk Based Mintenance, Preventive Maintenance, Overall Equipment Effectiveness

1

Mahasiswa Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

2

(2)

31

1.

PENDAHULUAN

Pada era kompetisi global saat ini, kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen dengan kualitas yang bersaing sangatlah penting. Karena itu, proses produksi harus dilakukan dengan efektif dan efisien agar tercapai proses produksi yang memberikan keuntungan yang optimal. Mesin merupakan salah satu faktor produksi yang memegang peranan penting agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, dengan jumlah yang sesuai dengan kapasitas produksi mesin tersebut. Mesin memiliki keandalan, yaitu peluang sebuah komponen atau sistem akan dapat beroperasi sesuai fungsi yang diinginkan untuk suatu periode waktu tertentu. Pada umumnya, semakin lama pemakaian mesin maka keandalannya akan semakin berkurang. Hal ini dapat meningkatkan peluang kerusakan mesin dan dapat mengakibatkan produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Perawatan adalah salah satu usaha untuk mempertahankan keandalan mesin-mesin produksi. PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi pakan ternak. Pakan ternak yang diproduksi terdiri dari tiga jenis pakan, yaitu pakan ternak berbentuk mesh, pellet, dan crumble. PT. XYZ memiliki strategi desain proses manufacturing secara batch line flow, dimana produk mengalir mengikuti langkah-langkah sekuensial (mesin yang berurutan) dalam proses produksi. Bahan dialirkan melalui pipa-pipa dari gudang bahan baku di lantai paling puncak menuju mesin-mesin produksi dan mengalami proses secara bertahap di setiap lantai dan berakhir di lantai dasar untuk proses pengepakan. Jika terjadi kerusakan atau kegagalan pada salah satu mesin, maka proses produksi dapat mengalami delay bahkan stagnasi pada prosesnya. PT XYZ dalam penanganan perawatan hanya memilih corrective action, yaitu tindakan perbaikan tanpa upaya pencegahan dan yang dilakukan hanya jika mesin berada dalam kondisi down, sehingga kerusakan akan mengakibatkan downtime yang tinggi yang juga mengakibatkan tingginya resiko akibat kegagalan mesin. Penelitian ini mempertimbangkan preventive maintenance untuk sistem perawatan yang lebih baik, dimana terdapat peluang kerusakan yang menjadi acuan dilakukannya perawatan pencegahan yang terjadwal. Perawatan terjadwal ini juga dapat mempertahankan keandalan mesin sehingga diharapkan dapat memperkecil downtime mesin dan kerugian akibat kerusakan tersebut. Namun sebelum membuat perencanaan perbaikan, diperlukan evaluasi terhadap jadwal perawatan mesin untuk melihat pendayagunaan mesin produksi. Evaluasi ini dilakukan dengan mengukur Overall Equipment Effectiveness (OEE). Dari perhitungan OEE maka akan diidentifikasi seberapa besar nilai efektif sistem perawatan tersebut dari sisi availability rate, performance rate, dan quality

rate-nya yang merupakan komposit dari OEE. Dari nilai tersebut dapat diputuskan perlunya suatu kebijakan perbaikan jadwal perawatan mesin berupa interval perawatan terjadwal sebagai perawatan pencegahan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan kebijakan perencanaan perawatan yang efektif menurunkan downtime mesin sehingga resiko yang mungkin terjadi dapat optimal.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di PT XYZ, dimulai pada bulan Oktober 2012. Objek yang dijadikan penelitian adalah sistem perawatan, berupa mesin-mesin yang digunakan, jadwal perawatan aktual, dan kerusakan dan kegagalan yang terjadi pada mesin.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Downtime adalah variabel independen yang

mempengaruhi resiko yang terjadi akibat kegagalan mesin, yaitu merupakan total waktu saat mesin atau sistem tidak berjalan sesuai fungsinya sehingga berujung pada delay yang menimbulkan tingginya resiko kegagalan. Adapun downtime dihitung dalam satuan waktu seperti menit atau jam.

2. Probability of failure adalah variabel independen yang merupakan probabilitas suatu sistem atau mesin berada dalam keadaan down, atau peluang mesin mengalami kegagalan pada rentang waktu tertentu. 3. Consequence of the failure adalah variabel

independen yang dapat dilihat dari biaya pergantian komponen yang rusak atau mengalami kegagalan, biaya tooling, operator untuk proses perawatan, sampai kepada kerugian akibat terhentinya proses produksi atau disebut dengan loss revenue. Nilai ini dinyatakan dalam mata uang (misal rupiah).

4. Resiko adalah variabel dependen yang didefenisikan sebagai total kerugian atau kerusakan yang berhubungan dengan peluang terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Resiko didapatkan dengan memperhatikan probability of failure, consequence of the failure dan downtime mesin tersebut. Resiko dinyatakan dengan mata uang (misal rupiah).

Penelitian ini menggunakan pendekatan Overall Equipment Effectiveness (OEE) sebagai indikator penilaian keefektifan kinerja mesin secara keseluruhan. OEE terdiri dari availability, performance, dan quality rate. Sedangkan untuk metode preventive maintenance digunakan metode Risk Based Maintenance (RBM) sehingga didapatkan interval yang optimal untuk melakukan perawatan pencegahan. RBM merupakan suatu metode kuantitatif yang terdiri dari risk assessment (penilaian risiko) dan maintenance planning based on risk untuk mencapai jadwal maintenance yang

(3)

32

optimal. RBM bertujuan untuk memperkecil resiko keseluruhan dari fasilitas operasional dan mengurangi kesalahan yang tidak diperkirakan. Adapun metode RBM ini terdiri dari tiga modul, yaitu risk estimation, risk evaluation, dan maintenance planning.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Overall Equipment Effectiveness

Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan performance keseluruhan sistem. Dari data historis, dengan menghitung Quality Efficiency, Performance Efficiency, dan Availability Efficiency, didapatkan nilai OEE seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Overall Equipment Effectiveness PT XYZ

Bulan OEE (%) Tahun 2008 2009 2010 2011 Januari 61.17 39.99 71.21 66.98 Februari 63.95 39.19 51.67 47.54 Maret 54.79 46.24 65.38 63.84 April 59.30 54.60 60.91 59.78 Mei 63.48 43.96 49.97 69.69 Juni 59.50 57.20 45.66 63.90 Juli 65.63 50.20 55.21 61.74 Agustus 49.85 53.75 51.88 64.33 September 56.63 60.98 59.13 60.72 Oktober 43.14 61.21 53.64 60.97 November 42.69 65.25 47.89 57.29 Desember 41.99 84.88 60.09 66.55 Tabel 1 menunjukkan nilai OEE untuk setiap bulan pada setiap tahun. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sistem produksi masih belum efektif. Hal ini dilihat dari nilai OEE yang masih dibawah standar, yaitu 85% (Seiichi Nakajima). Karena itu perlu pertimbangan perawatan yang lebih baik terhadap komponen kritis yang bertujuan untuk memperkecil downtime.

Penentuan komponen kritis menggunakan pareto diagram. Diagram ini dapat dilihat pada Gambar 1. Nilai yang dipertimbangkan sebagai input pareto diagram dalam penelitian ini adalah total biaya yang digunakan untuk perawatan setiap komponen selama empat tahun. Nilai total tersebut didapat dengan mengalikan frekuensi kerusakan setiap komponen selama empat tahun dengan harga tiap komponen Grinder.

Gambar 1. Pareto Diagram

Pareto diagram pada Gambar 1 menghasilkan kesimpulan bahwa dari dua puluh komponen mesin grinder terdapat empat komponen kritis yaitu Beater I, Beater II, screen 6 mm, dan screen 3 mm. Komponen ini lah yang menjadi objek pada modul selanjutnya. Langkah selanjutnya, dilakukan uji terhadap data kerusakan tiap komponen untuk menentukan pola distribusi yang paling sesuai. Uji dilakukan dengan menggunakan metode Anderson Darling, dengan mencari nilai Goodness of Fit tiap komponen dari setiap distribusi yang dicocokkan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Kecocokan Komponen Goodness

of Fit Distribusi Parameter Beater mesin grinder I 0.825 Weibull ƞ 665.891 β 1.99482 Beater mesin grinder II 0.276 Weibull ƞ 669.562 β 1.81614 Screen 6 mm 0.957 Weibull ƞ 376.473 β 2.05105 Screen 3 mm 0.785 Weibull ƞ 531.769 β 1.3943 Adapun hasil dari pengujian pada Tabel 2 adalah menunjukkan bahwa pola kerusakan semua komponen berdistribusi weibull, yaitu dengan parameter yang berbeda pada masing-masing komponen kritis.

(4)

33

Selanjutnya dihitung nilai peluang kegagalannya dengan persamaan (1) dengan memasukkan nilai T yang didapat dari perhitungan Mean Time to Failure (MTTF) untuk distribusi weibull pada persamaan (2).

………(1) ……….…………...….(2) Hasil perhitungan nilai peluang kegagalan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Nilai Peluang Kegagalan

Komponen MTTF Q(t)

Beater I 590.1764 0.54434

Beater II 595.1911 0.554

Screen 6 mm 333.5876 0.5417 Screen 3 mm 485.0935 0.5851 Tabel 3 menunjukkan nilai MTTF dan nilai peluang kegagalan tiap komponen yang akan digunakan untuk menghitung resiko akibat kerusakan mesin grinder. 3.2. Risk Based Maintenance

3.2.1. Modul I: Risk Estimation

Pada modul ini dihitung total resiko yang dikeluarkan tiap komponen mesin saat terjadi kerusakan, yaitu dengan persamaan (3)

Resiko = Total Loss x Q(t)………(3) Dimana total loss didapat dari penjumlahan loss of revenue, biaya tooling, upah operator maintenance, dan biaya komponen. Adapun total resiko untuk tiap komponen adalah Beater I sebesar Rp 164,966,544, Beater II sebesar Rp 167,899,826, screen 6 mm sebesar 54,684,627, dan screen 3 mm sebesar Rp 59,090,472. Selanjutnya dihitung persentase resiko tiap komponen dengan membandingkan resiko dengan total revenue untuk setiap hari, yaitu Rp. 1,600,800,000. Perhitungn menunjukkan bahwa persentase resiko Beater I adalah sebesar 10.31%, Beater II sebesar 10.49%, Screen 6 mm sebesar 3.42%, dan screen 3 mm sebesar 3.69%.

3.2.2. Modul II: Risk Evaluation

Setelah total resiko ditentukan maka dihitung juga persentase resikonya dengan cara membandingkan total revenue yang didapatkan oleh perusahaan yang seharusnya. Selanjutnya persentase tersebut

dibandingkan dengan acceptance criteria. Umumnya penentuan criteria penerimaan atau acceptance criteria akibat kerusakan mesin oleh perusahaan adalah berkisar 5% (Sutrisno). Semakin kecil acceptance criteria semakin sensitive penentuan komponen kritis untuk perancangan jadwal perawatan rutin untuk pencegahan.

Dari resiko yang telah dihitung sebelumnya diperoleh, bahwa Beater I dan Beater II telah melebihi acceptance criteria sebesar 5%. Ini berarti dua komponen ini yang akan dilanjutkan ke modul berikutnya untuk penentuan jadwal interval perawatan.

3.2.3. Modul III: Perencanaan Jadwal Perawatan

Pada modul ini dicari waktu optimal untuk dilakukannya perawatan, yaitu dengan melihat cost yang dikeluarkan. Sehingga didapatkan periode perawatan pencegahan yang optimal untuk komponen Beater I adalah 121 jam, sedangkan untuk komponen Beater II adalah 113 jam. Selanjutnya dihitung kembali resiko kerusakannya untuk melihat penurunan resiko yang terjadi, yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penurunan resiko Total Risk (Rp) Actual Risk (%) Risk Percentage (%) Beater I 27,690,776 10.31 1.73 Beater II 30,744,740 10.49 1.92 Tabel 4 menunjukkan penurunan resiko pada Beater I sebesar 8.58% dan penurunan resiko pada Beater II sebesar 8.57%. Dan untuk peningkatan nilai OEE dapat dihitung dengan menghitung downtime sesuai kalender preventive maintenance, perhitungan performance berdasarkan kapasitas produksi dan peramalan terhadap quality rate berdasarkan data historis tahun 2008-2011. Perhitungan menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata nilai OEE sebesar 5 %.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini didapatkan Overall equipment effectiveness (OEE) dari sistem pada tahun 2008-2011 masih berada dibawah standard, dan metode perawatan corrective maintenance merupakan metode perawatan yang kurang efektif sebab perawatan hanya dilakukan apabila mesin mengalami kerusakan, tanpa adanya prediksi dan

(5)

34

pencegahan untuk mempertahankan reliability mesin tersebut. Sehingga diperlukan penjadwalan perawatan dengan metode Risk Based Maintenance. Sehingga diperoleh penurunan persentase resiko komponen Beater I dari 10,31% menjadi 1,73% dan penurunan resiko komponen Beater II dari 10,49 menjadi 1,92%, serta kenaikan rata-rata OEE sebesar 5%.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, T. W. 2010. Anderson darling Tests of Goodness-of-Fit. Stanford University.

Anderson, T. W., D. A. Darling. 1945. A Test of Goodness-of-Fit. J. Am. Stat. Assoc., Vol. 49, 765-769

. 1952. Assymtotic Theory of Certain Goodness of Fit Criteria Based on Stochastic Process.The Annals of Mathematical Statistics, Vol 23,No. 2

B. S, Dhillon. 2006. Maintanability, Maintanance, and Reliability for Engineering. New York: Taylor and Francis Group.

Besterfield, Dale H. 1998. Quality Control. Fifth Edition. New Jersey: Prentice-Hall International.

Blanchard, Benjamin S. 1981. System Engineering and Analysis. Third edition. New Jersey: Prentice- Hall International.

E. Ebeling, Charles. 1997. An Introduction to Reliability and Maintainability Engineering. University of Dayton: The McGraw-Hill Companies, INC.

F. Stapelberg ,R.. 2009. Handbook of Reliability, Availability, Maintanability and Safety in Engineering Design: Safety and Risk in engineering Design. Springer.

Govil, A.K. 1983. Reliability Engineering. New Delhi: Mc Graw Hill Publishing CO.

Harinaldi. 2005. Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta: PT. Erlangga.

Jardine, Andrew K. S. & Tsang, Albert H. C. 1997. Maintenance, Replacement, and Reliability: Theory and Application. CRC

Kapur, K. C dan L.R. Lamberson. 1977. Reliability in Engineering Design. New York: John Wiley & Sons. Khan, Faisal I., and Mahmoud Haddara. 2003. Risk-Based Maintenance (RBM): a Quantitative Approach for Maintenance/Inspection Scheduling and Planning. Canada: Faculty of Engineering and Applied Science, Memorial University of Newfoundland, St. John’s, Nfld.

. 2004. Risk-Based Maintenance (RBM): a New Approach for Process Plant Inspection and Maintenance. Canada: Faculty of Engineering and Applied Science, Memorial University of Newfoundland, St. John’s, Nfld.

Krishnasamy, Loganathan, Faisal Khan & Mahmoud Haddara. 2005. Development of a Risk-Based Maintenance (RBM) Strategy for a Power-Generating Plant. Canada: Faculty of Engineering and Applied Science, Memorial University of Newfoundland, St. John’s, Nfld

M. Wiliamson, Robert. 2006. Using Overall Equipment Effectiveness: The Metric and The Measures. Strategic Work Sistem Inc.

Nakajima, Seiichi. 1988. TPM: Introduction to TPM (Total Productive Maintenance). Tokyo: Productivity Press

Risliyanto, Andi. 2008. Penerapan Reliability Centered Maintanance II pada Electrostatic Precipitator di PT. Ipmomi Paiton.Tugas Akhir, Teknik Fisika, Institut Teknologi Surabaya.

http://www.itl.nist.gov/div898/handbook/eda/section3

/eda35e.htm: Engineering Statistic Handbook.

(diakses tanggal 30 Maret 2013)

http://www.leanindonesia.com/2010/11/oee-overall-equipment-effectiveness/ (diakses tanggal 20

Januari 2013)

(6)

References

Related documents

Working in these two sectors of the company we have improved our team playing skill and in addition to work together we have got good friends who have

I also found that many teenagers would like to take part in volunteer work but they just don’t know how to start.. This showed me that more work needs to be done to raise

nAck J, BiTJA nyom Ar, PAriselle A, Bilong Bilong cF (2015) New evidence of a lateral transfer of monogenean parasite between distant fish hosts in Lake Ossa, South Cameroon: the

If students follow the simple strategy of choosing the most preferred college among those available at each step of the IDAM mechanism (denoted the straightforward strategy),

Abstract  This exploratory study addresses the education  management  and  research  management  as  the  major  constituents  of  the  educational  management  for 

Table 1 both outlines the differences in the way disability, employment and household income are measured in the NHIS and CPS and the differences we expect to find using

Foreign investors who are “unfortunate” enough to have picked films with forbidden contents face the possibility of losing the market completely because the public might have no

As such with the passing o f the Broadcast Bill (1999), the universal reception of indigenous multiplex broadcasting services will be available through the terrestnal