• No results found

Data+Penting.unlBuku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia (Unlocked)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Share "Data+Penting.unlBuku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia (Unlocked)"

Copied!
78
0
0

Loading.... (view fulltext now)

Full text

(1)

3

Buku Pedoman Energi Efisiensi

untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia

(2)

Buku Pedoman Energi Efisiensi

untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia

3 Studi Kasus dan Informasi Tambahan

Edisi Pertama 2012

(3)
(4)

3

Studi Kasus dan Informasi Tambahan

Edisi Pertama 2012

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Buku Pedoman Energi Efisiensi

(5)

Penulis:

• Billy Gunawan, ASHRAE Indonesia Chapter, PT. GLWCA • Budihardjo, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia

• Jimmy S. Juwana, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) • Jimmy Priatman, Universitas Petra Surabaya, Archi Metric, Surabaya

• Wahyu Sujatmiko, Kementerian Pekerjaan Umum, Kandidat PhD di Institut Teknologi Bandung • Totok Sulistiyanto, Konsultan Teknik Mesin, Listrik, dan Energi, (EINCOPS) -koordinator tim editor

Ucapan Terima Kasih:

• Ibu Maryam Ayuni yang telah memberikan dukungan bagi dokumen ini atas nama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia. • Jesper Vauvert dari Danish Energy Management A/S yang telah menjadi ketua tim ESP2 component 2 (EINCOPS) untuk proyek ini. • Mogens Krighaar dari Danish Energy Management A/S yang telah menjadi ketua tim ESP2 component 2 (EINCOPS) proyek ini. • Floris Van der Walt yang telah menyiapkan daftar isi serta memeriksa hasil kerja para penulis.

• Kirsten Mariager yang telah memeriksa dan memberikan komentar selama penyusunan buku pedoman ini. • Totok Sulistiyanto yang telah memimpin kelompok penulis buku pedoman ini.

• Lestari Suryandari dan Yodi Danusastro dari GBCI, yang telah menyiapkan data untuk Studi Kasus.

• Billy Gunawan yang telah menulis sebagian besar Bab 6 pada Bagian 1 dan Bab 6 dan 8 dalam Bagian 2, Budihardjo yang telah menulis Bab 3 pada Bagian 1 dan Bab 5 dan 9 pada Bagian 2, Jimmy S. Juwana yang telah menulis sebagian besar Bab 1, 2, 5, 8 pada Bagian 1 dan Bab 2, 7, 9 pada Bagian 2, Jimmy Priatman yang telah menulis sebagian besar Bab 7 pada Bagian 1 dan Bab 3, 4 6 pada Bagian 2, serta seluruh penulis yang telah memberikan komentar pada bab-bab lain. Jatmika Adi Suryabrata, Herman Endro, M. Idrus Alhamid, Ignesjz Kemalawarta, dan Rana Yusuf Nasir yang telah menjadi panelis ahli yang telah berbagi ide, keahlian, serta pemahanman teori efisiensi energi dalam bidang masing-masing. • Wahyu Sujatmiko yang telah menyiapkan lampiran laporan iklim.

• Sinarmas Land Plaza, ITSB Deltamas, Kementerian Pekerjaan Umum, PT. Dahana, and BCA Tower Grand Indonesia yang telah memberikan materi untuk Studi Kasus.

• Steven Ellis (EINCOPS) yang telah memeriksa versi Bahasa Inggris.

• Ivan Ismed (EINCOPS) yang telah memeriksa terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia.

Satuan Tugas (Task Force) sebagai wakil pemangku kepentingan, yang telah memeriksa Buku Pedoman ini selama proses penyusunan. Berikut adalah anggota-anggota dari Satuan Tugas ini:

Jatmika Adi Suryabrata, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta; Herman Endro, HTII – ALKI (Asosiasi Industri Luminer dan Kelistrikan Indonesia); M. Idrus Alhamid, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia; Ignesjz Kemalawarta, Sinarmas Land - BSD City; Rana Yusuf Nasir, GBCI - Direktur Teknologi dan Rating; Jimmy S. Juwana, LPJKN - Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN); Jesper Vauvert - Danish Energy Management A/S; Totok Sulistiyanto - (EINCOPS); Floris Van Der Walt - Stategic Environmental Focus S. A. ; Kirsten Mariager - Danish Energy Mangement A/S; Mogens Krighaar - Danish Energy Mangement A/S.

Tim untuk proyek ini: Energy Efficiency in Industrial, Commercial and Public Sector (EINCOPS) dan staf Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan,

dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia telah memberikan dukungan dan dorongan penuh dalam penyusunan

dokumen ini. DANIDA telah mendanai proyek ini. (kontrak no.: 104.INDO.1.MFS.4). Komentar dan perbaikan dapat dikirim kepada:

Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia. Annex Building Lt. 5, Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-2, Kav 07-08. Kuningan, Jakarta 12950. Tel: +62 21 5225180 ext. 2514, Tel/Fax: +62 21 5224483, email: harrisyh@yahoo.com atau rahadian.arafat@gmail.com, website: www.konservasienergiindonesia.info

atau kepada koordinator tim editor:

Totok Sulistiyanto email: totok.sulis@cbn.net.id

Edisi Pertama diterbitkan oleh Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia di bawah Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia

© Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Danish Energy Management A/S, dan seluruh penulis. All rights reserved, 2012

ISBN: 978-602-17264-0-2 (no. jil. lengkap) 978-602-17264-3-3 (jil. 3)

Desain Grafis dan Produksi: Kira Kariakin, Danish Energy Management A/S Box Breaker.

Fotografi: ©istockphoto.com (content); GBCI (cover)

(6)

Prakata

Buku Pedoman Efisiensi Energi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia merupakan output dari program Efisiensi Energi di Sektor Industri, Komersial, dan Publik (EINCOPS/Energy Efficiency in

Industrial, Commercial and Public Sector). Program ini didukung oleh Pemerintahan Denmark kepada

Pemerintahan Indonesia dalam bidang Efisiensi Energi melalui program pendanaan yang disebut dengan Danish International Development Assistance – Environmental Support Programme II (DANIDA – ESP II), Component 2. Tujuan dari aktivitas EINCOPS ini adalah untuk mempromosikan program efisiensi energi di seluruh Indonesia melalui berbagai aktivitas, yang sejalan dengan upaya pengurangan dampak perubahan iklim.

Buku Pedoman Efisiensi Energi ini menyajikan gambaran umum yang menyeluruh, saran dan referensi yang mutakhir, serta panduan praktis yang ditujukan kepada pemilik/pengembang bangunan. Buku pedoman ini berisi cara-cara mendesain bangunan untuk meminimalisasi penggunaan energi dan pada saat yang bersamaan masih memenuhi kebutuhan kenyamanan, kesehatan, dan keamanan di dalam bangunan.

Program efisiensi dan konservasi energi di tingkat nasional bertujuan untuk mengurangi subsidi energi, kesenjangan antara persediaan dan permintaan energi, emisi gas rumah kaca yang mempengaruhi pemanasan global dan perubahan iklim, serta meningkatkan daya saing nasional. Konservasi energi harus menjadi bagian dari seluruh tahap manajemen energi, mulai dari energi berkelanjutan di sisi hulu (eksplorasi, eksploitasi, pengilangan, tenaga listrik, dan lain-lain) hingga penggunaan energi di sisi hilir pada seluruh sektor seperti yang ditetapkan dalam UU No. 30/2007 tentang Energi dan Peraturan Pemerintah No. 70/2009 yang mengatur pelaksanaan konservasi energi. Pada saat ini, persentase konsumsi energi nasional dalam sektor komersial dan bangunan hanya sekitar 4% (industri 39,4%; transportasi 32,2%; penggunaan non-energi 10,5%; rumah tangga 10,2%; lain-lain 3,4%), tapi dalam 20 tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi dalam sektor komersial dan bangunan mencapai persentase tertinggi pada 8,58% (industri 5,1%; transportasi 6,4%; penggunaan non-energi 5,4%; rumah tangga 3,1%, lain-lain 0,03%).

Buku Pedoman Efisiensi Enegi terbagi dalam tiga bagian: 1) untuk pemilik, pengembang, dan investor bangunan; 2) untuk desainer profesional; dan 3) studi kasus efisiensi energi. Buku 1 dapat digunakan oleh pemilik, pengembang, dan investor bangunan untuk memandu tim pengembangan proyek dalam mempertimbangkan analisis biaya untuk memastikan konsumsi energi yang rendah, dan pada saat yang bersamaan berusaha mencapai konsep desain yang lebih baik dan membangun secara lebih efisien dengan cara-cara yang lebih ramah lingkungan. Buku 2 ditujukan untuk para desainer profesional, arsitek, dan insinyur di bidang mekanik, listrik, struktur, dan lansekap untuk memandu desain mereka agar memaksimalkan pencapaian efisiensi energi baik untuk membangun bangunan baru maupun me-retrofit bangunan yang sudah ada. Sebagai panduan tambahan, Buku 2 juga berisikan pedoman teknis yang komprehensif yang dapat digunakan sebagai persiapan untuk pengembangan standar (SNI) dan kode untuk bangunan di masa depan. Standar-standar serta kode-kode ini akan menjadi dasar acuan mendesain bangunan dengan mempertimbangkan masalah biaya, efisiensi, lingkungan, serta kesehatan.

Akhir kata, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada para penulis, tim ahli, pemangku kepentingan, dan semua pihak yang terlibat dalam persiapan dan pengembangan Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia.

Maryam Ayuni

Direktor Konservasi Energi

Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

(7)

Daftar Isi

Prakata 5

1 Pendahuluan

8

2 Studi Kasus Efisiensi Energi dan Bangunan Bersertifikasi Hijau

9

2.1 Renovasi Efisiensi Energi Kantor EECCHI di Kementerian ESDM, Jakarta

11

2.2 Kampus ITSB, Kota Deltamas – Bekasi

14

2.3 Kantor Sinarmas Land Plaza, BSD - Serpong

17

2.4 Menara BCA - Grand Indonesia, Jakarta

20

2.5 Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta

23

2.6 PT. Dahana, Kantor Manajemen Pusat, Subang, Jawa Barat

25

2.7 Rangkuman Pelajaran yang Didapatkan

28

3 Informasi Tambahan

29

3.1 Instrumen Kebijakan yang Berhubungan dengan Efisiensi Energi Bangunan

29

3.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) yang Berhubungan dengan Bangunan

30

3.3 Pilihan Teknologi untuk Mencapai Bangunan yang Hemat Energi

32

3.3.1 Konstruksi Baru Desain/Selubung Bangunan

32

3.3.2 Retrofit Desain/Selubung Bangunan

33

3.3.3 Pencahayaan

34

3.3.4 Alat-Alat Elektronik

35

3.3.5 Pemanasan, Ventilasi, dan AC

36

3.3.6 Sensor, Meteran, dan Sistem Manajemen Energi

37

4. Analisa Data Iklim Indonesia

38

4.1 Pendahuluan

38

4.2 Ulasan Literatur

38

4.3 Data Iklim Indonesia

41

4.4 PULAU SUMATRA

42

4.4.1 Medan

43

4.4.2 Jambi

44

4.4.3 Padang

45

(8)

4.4.5 Bengkulu

46

4.4.6 Kerinci

46

4.5 PULAU JAWA

47

4.5.1 Jakarta

48

4.5.2 Bandung

49

4.5.3 Kalijati Subang

50

4.5.4 Semarang

50

4.5.5 Surabaya

51

4.5.6 Malang

52

4.5.7 Madiun

52

4.6 PULAU KALIMANTAN

53

4.6.1 Pontianak

54

4.6.2 Samarinda

55

4.6.3 Banjarmasin

55

4.6.4 Palangkaraya

56

4.6.5 Balikpapan

57

4.7 SULAWESI

58

4.7.1 Manado

59

4.7.2 Makassar

60

4.7.3 Palu

62

4.8 BALI DAN NUSA TENGGARA

62

4.8.1 Denpasar

63

4.8.2 Bima

65

4.8.3 Kupang

66

4.8.4 Mataram

67

4.8.5 Ruteng

68

4.9 MALUKU DAN PAPUA

69

4.9.1 Ambon

69

4.9.2 Jayapura

71

4.10 Referensi Data Iklim

74

(9)

Dalam beberapa tahun terakhir ini telah mulai disadari bahwa, persyaratan konstruksi untuk bangunan baru atau renovasi gedung yang telah ada diharapkan dapat memberi manfaat yang baik terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi dari peningkatan kinerja energi bangunan. Hal ini merupakan bagian penting dari pengurangan jejak karbon yang berhubungan dengan desain, lokasi, dan operasi bangunan. Dengan segala masalah lingkungan yang disebabkan oleh emisi CO2, penghematan energi menjadi topik yang penting pada saat ini. Sektor bangunan menghasilkan jumlah konsumsi energi listrik yang signifikan, namun pada saat yang bersamaan juga memiliki potensi untuk dilakukan penghematan energi. Namun seberapa besar pengurangan energi yang dapat dicapai? Bagaimana pendekatan dapat dilakukan untuk menjalankan langkah-langkah efisiensi energi? Teknologi apa yang dapat digunakan? Bagaimana kontribusi Perangkat Sertifikasi Bangunan Hijau (Green Building

Certification Tools) dapat berdampak dalam

penurunan Indeks Konsumsi Energi (IKE). Dan seberapa besar emisi CO2 yang dapat dihindari? Dokumen ini akan menyajikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini, yang didasarkan pada metode yang secara umum telah terbukti keberhasilannya dalam upaya penghematan energi. Melalui beberapa studi kasus yang dibahas secara rinci berbagai cara juga telah dilakukan untuk melakukan penghematan energi. EINCOPS bekerja sama dengan Green Building Council Indonesia (GBCI) telah mendokumentasikan 6 (enam) bangunan yang dijadikan studi kasus mulai dari proses desain sampai dengan hasil akhir pencapaian kinerja bangunan yang optimal. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengembangkan, menganalisis, mengevaluasi,

dan mendokumentasikan teknologi, proses, dan metode yang digunakan untuk mencapai bangunan berkinerja tinggi. Deskripsi, dokumentasi, dan evaluasi kinerja energi dari 6 bangunan yang dijadikan studi kasus disajikan secara rinci. Selain itu juga diharapakan dapat dijadikan pelajaran dari masing-masing kasus bangunan tersebut dalam hal desain, operasional dan evaluasi bangunan. Dari setiap studi kasus dirangkum pengalaman yang baik yang dapat dicontoh dan direkomendaikan terhadap bangunan-bangunan sejenis.

Studi kasus ini menggabungkan seluruh pelajaran yang didapatkan secara komprehensif. Studi kasus ini mewakili berbagai jenis desain dan penggunaan gedung, hal ini dijadikan acuan untuk memahami kesuksesan yang dialami setiap jenis bangunan. Kemudian kesuksesan ini ditujukan sebagai rekomendasi, memberikan inspirasi untuk mengubah bangunan-bangunan sejenis maupun konsep yang akan diterapkan pada generasi bangunan hemat energi selanjutnya. Para pelaku proyek bangunan di masa depan dapat mengingat pelajaran-pelajaran ini dan menyadari bahwa aplikasi dari studi kasus ini dapat membantu pencapaian sasaran penghematan energi. Pelajaran yang didapatkan dari studi kasus ini diharapkan menjadi pengalaman yang dapat dicontoh, dan dapat membantu tim desain dalam mencegah pengulangan masalah serta mengidentifikasi letak-letak proses konstruksi bangunan yang harus diubah untuk mendukung dan mencapai bangunan yang hemat energi dan zero-energy. Kemudian, studi kasus ini juga dapat dijadikan tantangan dan pelajaran agar dapat mendorong para pemangku kepentingan di bangunan mengidentifikasi dan menetapkan teknologi terbaik untuk mencapai bangunan hemat energi yang akan diterapkan bagi bangunan-bangunan masa depan di Indonesia.

(10)

2. Studi Kasus Efisiensi Energi dan Bangunan

Bersertifikat Gedung Hijau

studi kasus serta merangkum pelajaran yang didapatkan ini akan mendorong pihak-pihak lain untuk membangun gedung hemat energi dan dapat membantu mencegah pengulangan kesalahan. Selain itu, proses testing and

commissioning merupakan evaluasi awal yang

diterapkan secara nyata agar efisiensi energi dapat terukur dan terdokumentasi.

EINCOPS dan GBCI menganalisis kinerja energi dari 6 (enam) bangunan komersial yang dibangun pada tahun ini untuk memahami cara kinerja mereka serta memverifikasi sasaran desain yang ada. Tim desain setiap bangunan menetapkan konsep (sustainability) sebagai salah satu sasaran dan sejak awal dimulai proyek telah menetapkan sasaran meminilapisasi dampak penggunaan energi dan lingkungan yang diakibatkan oleh proyek tersebut. Dari awal, tim desain menetapkan sasaran penghematan energi yang agresif yang berkisar antara 30%-40% lebih baik dibanding keadaan awal (baseline) yang dihitung berdasarkan persyaratan minimal SNI (untuk bangunan baru), sedangkan untuk bangunan yang telah ada dengan cara membandingkan kinerja sebelum dan sesudah retrofit bangunan. Beberapa tim juga memiliki sasaran yang ambisius di aspek lingkungan/keberlanjutan yang lain, seperti manajemen air, pilihan material bangunan, atau pencapaian skor Greenship yang tinggi (Platinum dan Gold) serta skor Green Mark.

Dalam fase Pengenalan Desain (Design Recognition), semua gedung dalam studi kasus ini yang mengikuti sertifikasi New Building Greenship memiliki nilai termal selubung bangunan di Masalah yang muncul dalam memperkenalkan

bangunan berkinerja tinggi ke pasar adalah keengganan pemilik bangunan dan desainer dalam mencoba teknologi dan proses inovasi baru yang belum dipakai secara meluas (mainstream). Pemilik bangunan umumnya tidak yakin bahwa potensi-potensi penghematan energi dapat dicapai. Oleh karena itu, harus ada orang yang berani memulai menggunakan teknologi yang akan membantu pencapaian sasaran tersebut. Sejumlah pemilik dan desainer bangunan telah memulai langkah besar untuk mengubah cara mendesain dan merencanakan bangunan komersial mereka agar mencapai target bangunan hemat energi. Mereka telah mendokumentasikan kinerja bangunan yang berkelanjutan dalam hal energi serta mengidentifikasi pelajaran yang didapat dari pengalaman mereka.

Untuk mengoptimalkan efisiensi bangunan, dibutuhkan pemahaman akan desain teknis yang akan memproduksi hasil terbaik, persyaratan kinerja bangunan secara keseluruhan, serta sasaran dan kebutuhan penghuni bangunan. Proses desain terintegrasi dapat menggabungkan elemen-elemen ini, mengoptimalkan kinerja energi, sehingga bangunan hijau dan hemat energi yang diinginkan dapat dicapai. Efisiensi merupakan kata kunci agar bangunan hijau dapat diwujudkan dengan waktu tercepat, termurah dan penurunan konsumsi energi yang signifikan. Studi-studi kasus dalam buku pedoman ini menggambarkan pemilik dan desainer bangunan yang telah menjadi pelopor keberadaan gedung hemat energi di Indonesia. Dengan menerbitkan

3. Brief Desain

Brief desain merupakan lini pertahanan pertama

bagi pemilk/pengembang bangunan terhadap biaya investasi modal yang meningkat maupun memastikan bahwa dirinya akan mendapatkan keuntungan secara menyeluruh dari biaya operasional yang lebih rendah melalui bangunan hemat energi yang didesain dengan baik.

Brief desain pada dasarnya terdiri dari deskripsi

pilihan-pilihan proyek yang telah disetujui dan berisi rincian mengenai tujuan dan parameter untuk dipertimbangkan oleh konsultan proyek ketika mendesain proyek tersebut. Brief desain harus disusun untuk konsultan proyek sebagai Kerangka Acuan (Terms of Reference) dalam rangka menetapkan tujuan, persyaratan, batasan, target, dan pendekatan desain klien untuk diimplementasikan pada bangunan baru atau proyek renovasi bangunan berskala besar.

Sebagai persyaratan minimal, brief desain harus dapat membantu klien dan konsultan untuk memahami peluang dan manfaat potensial terkait dalam proyek yang dapat meningkatkan efisiensi bangunan. Selain itu, brief juga harus dapat memberikan latar belakang akan isu-isu kunci untuk diatasi selama desain dan implementasi bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proyek.

Brief desain yang dipersiapkan dengan baik

dapat digunakan selama proyek sebagai referensi untuk memastikan bahwa persyaratan awal dan tujuan pengembang dapat tercapai. Juga harus dipahami bahwa brief desain merupakan

dokumen yang selalu dapat direvisi bila dibutuhkan agar dapat merefleksikan segala perubahan dalam kriteria, persyaratan, dan/atau tujuan desain.

Bila proses pengadaan bagi konsultan, kontraktor, dan penyedia material makin kompetitif, maka tekanan bagi mereka untuk mengurangi biaya menjadi semakin besar, sehingga diperlukan

STRUKTUR BRIEF DESAIN UMUM

Latar Belakang Proyek dan Informasi Fisik Tujuan Proyek

Persyaratan Proyek

• Jadwal akomodasi

• Persyaratan lingkungan dalam ruangan • Pertimbangan estetika

Peluang dan Kendala

• Situs • Iklim • Keuangan • Waktu Target Kinerj • Keuangan • Energi

Pendekatan Desain dan Konstruksi

• Strategi pengadaan

• Pendekatan desain terintegrasi • Perencanaan dan lansekap • Desain selubung dan struktural • Desain pencahayaan dan listrik • Desain HVAC

• Persyaratan operasi dan pemeliharaan • Pertimbangan decommissioning

(11)

bawah persyaratan SNI. Selain itu, beragam strategi penghematan energi lainnya juga digunakan, seperti pencahayaan alami, sensor penghunian (occupancy sensor), pencahayaan yang efisien, ventilasi alami, double glazing,

low e-glass, desain peneduh, sistem tata udara

dengan teknologi VRF (Variable Refrigerant Flow), VSD (variable speed drive), lift dengan teknologi VVVF (variable voltage and variable frequency), kekedapan udara ruangan, dan atap hijau. Bangunan-bangunan yang menjadi studi kasus termasuk:

• Renovasi Efisiensi Energi di Kantor EECCHI Kementerian ESDM - Jakarta

• Kampus Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB), Kota Deltamas – Bekasi

• Kantor Sinarmas Land Plaza, BSD - Serpong

• Menara BCA – Grand Indonesia, Jakarta

• Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta

• PT. Dahana, Kantor Manajemen Pusat, Subang, Jawa Barat

(12)

2.1 Renovasi Efisiensi Energi di Kantor

EECCHI Kementerian ESDM,

Jakarta

I. PENDAHULUAN

Pada bulan Agustus 2009, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia dan Danish

International Development Assitance, melalui

program EINCOPS, menyetujui untuk melakukan

retrofit kantor Energy Efficiency Conservation Clearing House Indonesia (EECCHI). Retrofit ini

merupakan bagian dari kontribusi EECCHI dalam meningkatkan kepedulian dan pengetahuan mengenai efisiensi energi. Satu tahun dan enam bulan kemudian, dengan proyek yang meliputi seluruh lantai 5 Gedung Annex dari Gedung Direktorat Jenderal Kelistrikan, EECCHI memiliki kantor yang tidak hanya mencapai target yang diinginkan, bahkan melebihi target pengurangan energinya sebesar 40%. Kantor ini kemudian melanjutkan operasinya sebagai model dan percontohan untuk meningkatkan efisiensi energi bagi perkantoran dan bangunan di Indonesia.

II. MOTIVASI PROJECT

Proyek retrofit, meskipun tidak semewah bangunan baru, tetap menyediakan ruang untuk kreativitas serta dampak penghematan yang besar. Perubahan kecil seperti menutup celah di fasat bangunan (façade) dan bingkai jendela, serta menambah isolasi dapat menghasilkan dampak yang signifikan bagi efisiensi energi untuk sebuah proyek retrofit. Retrofit juga lebih bermanfaat dari perspektif keberlanjutan karena struktur yang sudah ada digunakan kembali, terdapat kesempatan untuk menggunakan kembali barang-barang yang sudah ada, serta jejak karbon dan polusi CO2 yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan konstruksi bangunan baru.

Retrofit akan membutuhkan tantangan pemikiran

dan kreatifitas untuk memecahkan masalah-masalah agar dapat memberikan solusi terhadap fitur-fitur unik dari bangunan yang sudah ada. Salah satu tantangan dalam retrofit ini adalah jendela yang sudah ada, yang memiliki bingkai tidak standar sehingga membatasi ide untuk mengganti bingkai dan memasang kaca

double-glazed.

III. DESAIN INTERIOR

Sebagai kantor percontohan, EINCOPS menginginkan keseluruhan desain untuk tidak hanya mendemonstrasikan efisiensi energi, namun juga fitur-fitur untuk meningkatkan

kenyamanan dan suasana, dan pada saat yang bersamaan, menambahkan elemen-elemen berkelanjutan. Meskipun tidak berhubungan secara langsung dengan peningkatan efisiensi energi, peningkatan kenyamanan dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas pekerja, dan sebagai kantor percontohan, perlu ditunjukkan contoh nyata agar dapat mendorong penggunaan material berkelanjutan.

Organisasi Ruangan

Menekankan gaya yang komunal, tata ruang yang terbuka (open layout) dilihat awalnya sebagai hal yang tidak wajar sebagai kantor pemerintahan, namun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memahami tujuan kantor sebagai percontohan dan setuju untuk mengubah tata ruang yang lebih modern. Tata ruang yang terbuka ini berhubungan dengan fungsi kantor sebagai kantor berbasis proyek, sehingga akan mendorong partisipasi tim. Gaya tata ruang ini juga lebih baik dalam mendistribusikan sinar matahari ke dalam kantor, sehingga mengurangi kebutuhan pencahayaan buatan.

SASARAN PROYEK

HAL KONDISI YANG

SUDAH ADA

LEVEL YANG DIREKOMENDASIKAN

GFA (Luas Lantai Bruto) 432 m2 432 m2

Indeks Efisiensi Energi (EEI) 170 kWh/m2/tahun 100 kWh/m2/tahun Suhu Rata-Rata:

Pukul 9 pagi– 3 sore sebelum 9 pagi & setelah 3 sore

26oC

28 – 31oC

24 – 26oC

24 – 26oC

Kelembaban Relatif Rata-Rata Pukul 9 pagi– 3 sore sebelum 9 pagi & setelah 3 sore

65% 75%

55% 55% Tingkat Kebisingan Rata-Rata 57 dB 46 dB

 

Retrofitted  area  

(13)

e-glass, sedangkan di ruangan kementerian menggunakan jenis kaca laminasi yang lebih murah yaitu terdiri dari dua lapisan kaca (5 mm + 3 mm) yang disatukan ke dalam konfigurasi sandwich dengan lapisan PVB (Polyvinyl butyral) plastik berpermukaan penuh diantaranya. Kaca yang dilaminasi ini juga memastikan keamanan tambahan bila kaca pecah.

Pengurangan Kebisingan

Dengan menggunakan dua lapisan kaca dengan rongga udara di antaranya membantu meningkatkan isolasi suhu dan melindungi ruangan dari kebocoran udara dan kebisingan. Proteksi kebisingan dicapai tidah hanya penggunaan kaca dobel tapi juga dengan dua panel yang memiliki ketebalan yang berbeda yang dipasangkan di atas plafon dan partisi-partisi yang membatasi ruang kerja dengan luar gedung maupun ruang koridor. Sedangkan prinsip kaca ganda adalah adanya lapisan kaca kedua ditambahkan di dalam jendela yang sudah ada dengan rongga 50 mm.

Material Berkelanjutan

Meskipun tidak berkaitan langsung dengan efisiensi energi, penggunaan material berkelanjutan (sustainable materials) meningkatkan suasana kantor dan berguna untuk mempromosikan konstruksi berkelanjutan lainnya. Cat yang dipakai di kantor adalah Low-VOC, yang memiliki kandungan toksin yang lebih rendah dibandingkan cat tradisional dan menggunakan produk yang proses pembuatannya tidak menyebabkan emisi karbon tinggi dibandingkan cat tradisional atau wallpaper. Lantai yang digunakan terbuat dari parket bambu yang menambahkan kehangatan dan artistik bagi kantor. Bambu merupakan tanaman yang tumbuh dengan cepat dan membutuhkan area yang lebih sedikit sehingga mengurangi dampak lingkungan dari perkebunan dan penggunaan lahan, sehingga lebih bersifat produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Material lokal, seperti meja dan kursi kantor, digunakan ketika memungkinkan untuk mengurangi jejak karbon akibat transportasi material.

Skema Warna

Warna cat yang lembut dipilih untuk mengurangi suhu psikologis ruangan dan pada saat yang bersamaan membuatnya lebih menarik. Sementara itu, warna yang lebih cerah pada kursi yang disenadakan dengan furnitur berwarna lebih lembut membantu refleksi cahaya secara alami.

Pencahayaan Alami

Dalam rangka meningkatkan penetrasi sinar matahari ke dalam interior bangunan, tinggi langit-langit (dengan batasan yang dibuka) ditinggikan dari 2,4 m menjadi 4,0 m di tengah-tengah ruangan kantor. Hal ini juga meningkatkan kenyamanan visual dan suasana kantor, serta memungkinkan sirkulasi sistem tata udara lebih baik. Di luar jendela pada ambang jendela, terdapat reflector plat baja anti karat yang membantu mengarahkan lebih banyak sinar matahari ke dalam interior kantor. Hal ini dilakukan setelah memastikan bahwa cahaya akan direfleksikan ke langit-langit dan tidak pada bagian yang akan mengganggu pengguna ruangan karena silau. Cahaya alami yang masuk kemudian diatur dengan menggunakan tirai berlubang (perforated blinds). Ketika dibutuhkan, tirai ini dapat mencegah sinar matahari yang tajam dan pada saat yang bersamaan juga tetap memungkinkan sejumlah cahaya masuk ke dalam ruangan dan mencegah perasaan klaustrofobia dari ruangan yang benar-benar digelapkan. Tirai vertikal, yang cukup umum dan telah dipasang sebelumnya, tidak akan merefleksikan cahaya kembali ke ruang dengan mudah dan kurang fleksibel.

Jendela

Meskipun kaca ganda berbingkai (prefabricated

double-glazed glass) yang awalnya akan

diterapkan di kantor ini tidak digunakan karena pertimbangan biaya, tim EINCOPS tetap menggunakan peluang ini untuk memperbaiki radiasi sinar matahari dan isolasi suhu dengan menggunakan kaca yang lebih baik untuk jendela. Di kantor utama EECCHI, semua kaca luar digunakan kembali karena jenis kaca sudah masuk kategori dengan koefisien peneduh di kelas menengah, ruang clearing house kaca sisi dalam menggunakan kaca jenis low

(14)

IV. DESAIN MEKANIS DAN LISTRIK

AC

Sistem AC yang dipilih adalah sistem multi-split VRF (variable refrigerant flow). Sistem ini memiliki satu unit Kondensor luar ruangan dan beberapa unit evaporator dalam ruangan di atas langit-langit. Sistem VRF memodulasi aliran refrigeran yang disirkulasi di dalam sistem sesuai dengan permintaan pendinginan (di dalam ruangan dikontrol oleh thermostat). Secara keseluruhan sistem ini 30-40% lebih efisien dibandingkan sistem AC konvensional.

Beberapa fitur sistem AC ini:

• Unit dalam ruangan dan tombol kontrol memiliki sensor untuk mendeteksi suhu ruangan dan mengendalikan unit dalam dan luar ruangan untuk menyesuaikan kecepatan fan sesuai dengan yang dibutuhkan, yang berarti sistem ini ini memiliki efisiensi beban parsial yang lebih tinggi.

• Produk LG Multi V III yang memiliki rating Koefisien Kinerja (Coefficient of

Performance/COP) sebesar 4,27 dan

sebuah kompresor inverter BLDC yang hemat listrik yang dapat secara otomatis mendeteksi kecacatan dan kesalahan (fungsi diagnostik sendiri) pada sistem kontrol dalam dan luar ruangan.

• Menggantikan fungsi refrigeran R-22 yang dinilai menyebabkan pemanasan global, sistem menggunakan refirgeran R410A yang bebas dari Ozone Depletion

Substance (ODS) dan memiliki Global Warming Potential (GWP) yang rendah.

• Pemasukan udara segar dikontrol dengan sebuah Variable Speed Drive yang menyesuaikan kecepatan rotasi kipas dan dengan demikian jumlah udara segar yang dihasilkan sesuai dengan faktor beban dari kompresor yang diletakkan di atap.

Lighting

Pencahayaan di kantor merupakan area lain di mana intensitas cahaya dapat diatur lebih rendah dibanding aturan konvensional.

Lampu fluoresen T5 (lampu Philips dengan 2 TLS yang masing-masing 24W), yang pada saat itu merupakan lampu fluoresen paling efisien yang tersedia, dipilih untuk kantor EECCHI sementara LED smart downlight (Philips LED Smart Downlight 18W) digunakan untuk koridor. Kedua sistem pencahayaan memiliki kontrol penghunian, sementara lampu T5 juga memiliki sensor sinar matahari yang terintegrasi. Pencahayaan dikelompokkan secara paralel terhadap fasat bangunan (façade) tiap ruangan dikelompokkan dalam dua baris. Dengan sistem ini memungkinkan tiap baris untuk diaktifkan

on/off secara terpisah karena lebih banyak

sinar matahari yang tersedia di dekat jendela. Saklar lampu diletakkan dekat pintu sehingga lebih mudah untuk dicapai, dengan posisi yang lebih baik dibandingkan pemasangan sebelumnya. Pencahayaan umum bekerja dengan prinsip: Menyalakan (ON) secara manual dan mematikan (OFF) secara otomatis. Meskipun sistem memiliki kemampuan untuk mematikan lampu ketika tidak ada penghuni ruangan, lampu masih dapat dinyalakan secara manual. Hal ini diterapkan di gedung tersebut untuk tidak memanjakan pengguna gedung serba otomatis, dan memberikan fungsi edukasi bagi yang perlu lampu dia harus menyalakan secara manual, namun kalau lupa tidak ada satupun yang mematikan lampu sementara ruangan telah kosong, sistem akan otomatis mematikan lampu.

V. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET

Penghematan Energi > 50% Penghematan per

Tahun (1 Lantai)

Rp.22.302.000

Pengurangan Emisi CO2 22,45 ton Pengurangan Kebisingan 19%

(15)

2.2 Kampus ITSB, Kota Deltamas - Bekasi

I. PENDAHULUAN

ITSB (Institut Teknologi dan Sains Bandung) yang didirikan di Kampus Kota Deltamas Bekasi merupakan hasil dari kerja sama antara pemerintahan kabupaten Bekasi dan Institut Teknologi Bandung (ITB), salah satu institut terkemuka di Bandung. ITSB memiliki dukungan penuh dari ITB dalam implementasi dan pengembangan standar akademik yang disetujui dalam perjanjian bertanggal 27 Januari 2010. ITSB dengan visi Universitas Berorientasi Eco-Industry, diprogram untuk menghasilkan lulusan yang kompeten di bidangnya dan dapat menjawab kebutuhan masyarakat di era industrialisasi, globalisasi, desentralisasi, dan pembangunan nasional ini.

II. KAMPUS HIJAU

Desain Kampus ITSB didasarkan pada konsep ramah lingkungan sesuai dengan prinsip ekologi dengan ruang terbuka hijau yang cukup untuk menyediakan kenyamanan bagi aktivitas kampus. Bangunan kampus didesain sebagai persyaratan rating Bangunan Hijau dan akan diformulasikan berdasarkan alat rating Greenship GBCI. Perusahaan yang menjalankan konstruksi Kampus ITSB adalah PT. INTI TEKNO SUKSES BERSAMA, yang berlokasi di Cikarang dan berpusat di Jalan Tol Jakarta-Cikampek Km. 37 Hegarmukti, Cikarang Center.

Setelah bangunan didirikan, prosedur

commissioning yang layak telah dijalankan

oleh PT. Narama Mandiri. Commissioning yang layak dan evaluasi utilisasi energi merupakan studi kuantitiatif rinci akan sistem elektrikal, mekanikaldan HVAC, untuk mengidentifikasi status kinerja atau efisiensi sistem. Hasilnya digunakan untuk menghitung konsumsi energi tahunan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh GBCI untuk mencapai persyaratan sertifikasi Greenship New Building.

III. PENDEKATAN

Area Hijau

Area bervegetasi ini mengikuti Permendagri No. 1 Tahun 2007 dengan komposisi 60,7% area tanah ditutupi dengan pohon berukuran kecil, sedang, besar; tanaman dan pepohonan dengan jenis tanaman sesuai dengan Permen PU 5/PRT/M/2008 tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH). Membuka lantai dasar bangunan sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama

KONSEP BANGUNAN HIJAU ITSB

Luas Situs Fase 1: 16.000 m2; Fase 2: 24.000 m2; Fase 3: 14.000 m2 Rasio Cakupan Bangunan Maksimal 30%

GFA (Luas Lantai Bruto) / Tinggi Bangunan 4.200 m

2 / 4 lantai

Energi Langkah-langkah penghematan energi (44,2%); kombinasi sistem Split dan VRF untuk HVAC; pencahayaan alami; selubung bangunan mengalami optimalisasi OTTV; peralatan yang efisien

Lahan Area penghijauan dan pengurangan dampak pemanasan lahan dengan pengaturan albedo; manajemen storm water; jalur sepeda, parkir, dan kamar mandi (shower) untuk pengguna sepeda

Air Mengukur konsumsi energi; efisiensi air dengan menggunakan psaniter yang ramah lingkungan (menghemat 18,06%) & penampungan air hujan (menghemat 48,53%)

Material Menggunakan material: ISO 14001 atau setara (27%); material lokal yang diproduksi dalam radius 1.000 km (87%); penggunaan refrigeran dan non-ODS dasar (100%)

Kesehatan & Kenyamanan

Dalam Ruangan Memonitor kadar COrendah VOC, tidak menggunakan material yang mengandung formaldehida, 2 dan tingkat udara segar (100% sesuai dengan SNI); cat asbes, merkuri, dan styrofoam.

Manajemen Bangunan Commisioning yang layak; manajemen limbah (3r untuk limbah padat)

Analisis Biaya Analisis biaya antara bangunan hijau vs bangunan standar (biaya tambahan 8%); analisis masa pengembalian = 7,7 tahun

(16)

minimal 10 jam dalam satu hari; menyediakan bus jemputan, fasilitas pejalan kaki, parkir sepeda dan kamar mandi (shower) untuk pengguna sepeda.

Efisiensi Energi dan Konservasi

Memasang meteran kWh untuk mengukur konsumsi listrik dalam empat kelompok beban sistem; menjalankan penghitungan OTTV berdasarkan SNI 03-6389-2000; Memasang kisi-kisi cahaya eksternal: untuk memantulkan cahaya matahari ke zona sinar matahari dalam. Reflektor eksternal dengan sirip GRC dan cat

elastomeric akan memperluas zona sinar matahari,

pemantulan difusi cahaya min 80% (menurut standar DIN 5036). Metode penghitungan cahaya matahari selama matahari bersinar adalah dengan membagi zona sinar matahari ke dalam 3 bagian: zona luar, dalam, dan pencahayaan listrik. Menggunakan unit VRF dan split untuk sistem HVAC dengan COP terbaik dalam kisaran 3,5-4,2.

Konservasi Air

ITSB menggunakan air ledeng sebagai sumber air utama. Meteran air dipasang di 4 area: input dari PDAM, tempat pengolahan air (water

treatment plant/WTP), di atas pompa kolam,

dan satu lagi untuk mengukur output air dari sistem penampungan air hujan. Runoff dari air hujan yang jatuh ke bangunan sebanyak 91% dihitung oleh GBCI sebagai poin penampungan air hujan dan digunakan untuk mengairi lansekap. Penggunaan saniter air (water fixture) sesuai dengan kapasitas buangan sub-standar mencapai setidaknya 75% dari total unit saniter air yang terpasang.

Sumber Daya dan Siklus Material

Tidak menggunakan CFC (chloro fluoro carbon) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran. Menggunakan material kayu tersertifikasi secara legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu.

Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruangan

Mendesain ruangan dengan menjamin tercukupinya kebutuhan udara segar kepada seluruh penghuni bangunan, setidaknya sesuai dengan SNI 03-6572-2001; Dua ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu ruangan rapat umum dan kantor umum yang dilengkapi dengan sensor karbon dioksida (CO2), yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar ruangan sehingga konsentrasi CO2 dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm. Sensor ini diletakkan

(17)

1,5 m dari lantai di dekat return air grill. 75% dari area disewakan bersih (net lettable area/NLA) langsung menghadap pemandangan di luar.

Manajemen Lingkungan Bangunan

Mendirikan fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan berdasarkan tipe organik atau tidak organik; melibatkan Professional Greenship (GP), yang bertanggung jawab untuk jalur langsung proyek dari tahap perencanaan dan desain sebelum sertifikasi partisipasi; ketersediaan pabrik kompos sampah pada lokasi situs bangunan.

IV. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET

Penghematan Energi 44.01%

Penghematan per Tahun Rp. 237.472.785 Pengurangan Emisi CO2 349,73 ton

Penghematan Air 19%

Keberadaan kolam mengurangi beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota.

(18)

2.3 Sinarmas Land Plaza Office,

BSD - Serpong

I. PENDAHULUAN

Sebagai bagian dari komitmen mereka akan kepedulian lingkungan, Sinarmas Land Plaza telah menerapkan rsitektur hijau pada bangunan ramah lingkungan yang berlokasi di BSD Green Office Park. Bangunan ini telah menerima berbagai sertifikasi dan penghargaan seperti Gold

Certification dari Green Mark Singapore, Best Office Building (Bangunan Perkantoran Terbaik) dari Asia

Pacific Property Awards, dan Finalis dalam Hong Kong Green Building Award.

Sinarmas Land Plaza didesain dengan konsep hijau, seperti dalam hal penghematan energi dan air, pengurangan emisi karbon, dan daur ulang air sebelum pembuangan drainase. Hal ini berarti menjaga dan memelihara lingkungan dan bumi sehingga memberikan kontribusi

penting bagi pengembangan hijau di Indonesia. Dari sini diharapkan para pengembang lain akan terinspirasi dan melakukan hal yang sama untuk memelihara dan melestarikan lingkungan bersama.

Proyek yang dijalankan di lahan seluas 28,8 ha ini didedikasikan untuk Distrik Hijau pertama di Indonesia bernama BSD Green Office Park di BSD City, Tangerang, Banten, Indonesia. Proyek yang dimulai berjalan selama (kuartal 1, 2, 3 & 4) tahun 2009 dan mengalami proses commissioning kemudian di tahun 2011 seluruh sistem mulai dioperasikan. Proyek ini dimiliki sepenuhnya oleh PT. Bumi Serpong Damai Tbk, anggota Sinarmas Land Group, salah satu perusahaan pengembangan properti terbesar di Indonesia.

II. MOTIVASI PROYEK

1. Untuk berpartisipasi pada upaya gerakan hijau dunia untuk mengurangi dampak pemanasan global

2. Untuk berpartisipasi dalam inisiatif penghematan energi dan program pengurangan emisi CO2

3. Untuk mengimplementasi fasilitas lingkungan yang bersih, hijau, dan sehat untuk mendukung produktivitas para pekerja

4. Untuk secara sadar menjalankan program pelestarian lingkungan dengan menghemat air, memasang sistem drainase yang layak, memilih material bangunan yang berlabel hijau, menjamin kualitas udara dalam ruangan, dan memiliki sistem manajemen bangunan yang cermat

III. PENDEKATAN

Proses desain rinci yang komprehensif disusun oleh para konsultan yang mengintegrasikan kriteria bangunan hijau dan parameter dalam hal Arsitektur, Struktur, M&E, dan Efisiensi Operasi Bangunan.

RANGKUMAN DATA MASTERPLAN (2010)

Luas lahan 282.220 sq.m Rasio Cakupan Bangunan 25% - 35% GFA (Luas Lantai

Bruto) Maksimum

183.300 m2

Tinggi Bangunan 5 lantai

Jumlah Bangunan 10 Blok Perkantoran, Kantor Pemasaran, Mall F&B GFA (Luas Lantai Bruto)

per Blok Bangunan

Blok Perkantoran : 15.000 m2 termasuk 1.200

lantai bawah tanah Pemasaran: 3.000 m2

The Breeze Mall: 30.000 m2

GFA (Luas Lantai Bruto) Total 183.300 m2

Persyaratan Parkir Mobil (1:60) 2000

Parkir mobil bawah tanah untuk mencegah lalu lintas tinggi di permukaan Persayaratan Area Parkir Mobil 48.000 m2

Konsep Pengembangan Keamanan jaringan jalan terpadu, properti Manajemen dan infrastruktur

(19)

IV. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB

Secara umum seorang Greenship Professional (GP) bertindak sebagai penasehat bagi Dewan Komite Proyek. GP pada dasarnya menekankan pentingnya dan menjalankan proses program bagi pemilik bangunan dan seluruh tim ahli, seperti Arsitek, Insinyur Sipil, Insinyur M&E, Lansekap, dan desainer infrastruktur.

GP juga memvalidasi input desain bangunan

vs. output operasi sebenarnya yang diinginkan

(matriks efisiensi daya, air, IAQ, dll.)

V. TEKNIK STRATEGI PASIF

1. Terdapat total sebelas (11) bangunan dengan tinggi maksimal lima (5) lantai, yang diposisikan secara strategis (U-S) untuk memitigasi penyerapan sinar ultraviolet dari panasnya matahari.

2. Tata letak dan orientasi bangunan yang layak, pembatasan struktur tinggi, diasosiasikan dengan desain pola lansekap hijau akan mengurangi “Dampak Lahan Panas” (Heat Island Effect) sehingga tersedia ruang sirkulasi udara dan tingkat suasana yang nyaman

3. Menggunakan fasat bangunan dan aplikasi

atap hijau akan mengurangi dampak radiasi panas ke dalam bangunan, sehingga menyediakan pendinginan yang nyaman pada lobi dekat pintu masuk utama dan pendinginan pasif pada atrium

VI. PERANGKAT YANG DIGUNAKAN

1. Simulasi cahaya matahari 2. Simulasi aliran angin 3. Perhitungan ETTV 42w/m2

4. Photovoltaic digunakan pada lampu jalan dengan lux yang lebih tinggi dan konsumsi energi rendah

5. Sistem Manajemen Bangunan (Building

Management System/BMS) bagi seluruh

bangunan untuk memonitor dan mengontrol penggunaan energi di seluruh fasilitas yang ada

6. Tipe teknologi pencahayaan yang digunakan di bangunan adalah LED (Light Emitting Diode), lampu Fluoresen T5 dengan ballast elektronik & pengontrol, dan CFL (Compact Fluorescent Lamp/CFL). Penggunaan sinar matahari merupakan faktor tambahan di seluruh area bangunan 7. Ventilasi udara alami memungkinkan aliran

udara melintas dalam ruangan gedung (pendinginan pasif)

(20)

VII. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET

Penghematan Energi 31%

Penghematan per Tahun Rp.542.000.000 Pengurangan Emisi CO2 600 ton

Penghematan Air 23%

Daerah umum yang mendapat pencahayaan alami.

(21)

2.4 Menara BCA - Grand Indonesia,

Jakarta

I. PENDAHULUAN

Menara BCA (Grand IndonesiaI), yang mulai beroperasi sejak tahun 2009, merupakan bagian kantor prestisius dari Mega Projects Grand Indonesia yang menggabungkan Perkantoran, Mall Perbelanjaan, Apartemen, dan Hotel berbintang lima. Bangunan inin memiliki 54 lantai dan luas sebesar sekitar 250.000 m2 dan penghunian sekitar ± 85%, memiliki Indeks Konsumsi Energi (IKE) awal sebesar 250 kWh/ m2.tahun (2010). Angka ini merupakan IKE rata-rata bangunan perkantoran di Jakarta. Desain bangunan cukup baik dan modern, dengan fasat bangunan yang menggunakan kaca low-e double glazing dan berbagai fitur listrik dan mekanis yang mendukung Sistem Manajemen (BMS - Building Management System), lift/eskalator menggunakan sistem kontrol canggih sehingga mereka yakin akan mendapatkan poin yang tinggi di GBCI untuk perolehan di kategori EEC (Energy Efficiency and Conservation). Manajemen

Bangunan memiliki kepercayaan untuk secara langsung mengikuti sistem asesmen rating GREENSHIP EB 1.0 dengan target Platinum. Pada bulan Oktober 2010 akhirnya Management Menara BCA bersama GBCI bersepakat untuk meng”hijau”kan bangunan mereka.

Menara BCA Grand Indonesia menggunakan kaca ganda pada seluruh fasat bangunan agar dicapai penggunaan AC yang efisien. Bangunan ini, yang dikembangkan sejak 2008, memiliki tingkat keberhasilan 35% untuk penghematan energi. Selain itu, air limbah per orang per hari dikurangi menjadi 40 liter dari yang biasanya sebesar 50 liter. Kemudian area lahan terhitung 100% dijadikan lahan serapan air hujan yang akan dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan air di dalam gedung.

II. MOTIVASI PROYEK

Berdasarkan visi (“To be The Shopping Land Mark

of Indonesia”) dan misi perusahaan (“Inspiring Life Style”) maka 8 motivasi proyek ditetapkan, yaitu:

KONSEP MENARA BCA UNTUK MEMATUHI GREENSHIP EB 1.O

GFA

(Luas Lantai Bruto)

250.000 m2

Tata Guna Lahan Memenuhi persyaratan 1&2 untuk kebijakan tata guna lahan dan kebijakan pengurangan kendaraan bermotor; aksesibilitas komunitas; pengurangan kendaraan bermotor; parkir sepeda dan kamar mandi (shower); hanya memenuhi satu dari tiga poin lansekap; hanya memenuhi satu dari dua poin heat island effect; memenuhi persyaratan manajemen limpasan air hujan; hanya memenuhi satu dari dua poin manajemen lahan; dan memenuhi persyaratan manajemen kawasan

Efisiensi Energi dan Konservasi

Memenuhi kedua syarat kebijakan dan rencana manajemen energi serta kinerja energi bangunan minimal; seluruh poin efisiensi kinerja energi bangunan dapat dipenuhi secara dioptimalkan; hanya memenuhi satu dari dua syarat testing, recommissioning, atau retrocomissioning; memenuhi seluruh kinerja energi sistem; seluruh pengawasan & kontrol energi; serta operasi dan pemeliharaan. Tapi tidak memenuhi persyaratan menggunakan energi baru terbarukan di lahan bangunan Konservasi Air Memenuhi persyaratan kebijakan manajemen air; kontrol pengawasan air; memenuhi enam dari delapan poin efisiensi air

bersih; kualitas air; memenuhi satu dari lima poin air daur ulang; mendapat poin seluruh pengurangan air bawah tanah. Tidak memenuhi syarat air daur ulang yang dapat diminum

Sumber Daya dan Siklus Material

Memenuhi seluruh tiga persyaratan refrigeran dasar, kebijakan pembelian material, dan kebijakan manajemen limbah; seluruh poin penggunaan non-ODS; seluruh poin praktik pembelian material; tiga dari empat poin praktik manajemen limbah; dan seluruh manajemen limbah berbahaya. Tidak memenuhi syarat manajemen limbah berbahaya

Kesehatan dan Kenyamanan

Dalam Ruangan

Memenuhi persyaratan kampanya larangan merokok; seluruh poin untuk kontrol asap tembakau dan dampaknya pada lingkungan; seluruh pengawasan CO2 dan CO; hanya dua dari enam poin polusi fisik dan kimia; hanya satu dari tiga polusi biologis; seluruh poin untuk kenyamanan visual; level akustik; dan survei pengguna bangunan

Manajemen Lingkungan Bangunan

Memenuhi persyaratan kebijakan operasi dan pemeliharaan; tiga dari lima poin inovasi; hanya satu dari dua poin tujuan desain & persyaratan proyek; seluruh poin untuk tim operasi dan pemeliharaan hijau; seluruh poin untuk penghunian/ penyewaan hijau; seluruh poin untuk pelatihan operasi dan pemeliharaan

(22)

a. Peningkatan Kualitas Jasa (Kenyamanan dan Keamanan)

b. Peningkatan Kesadaran Pegawai akan Pentingnya Perilaku Hijau

c. Peningkatan Lingkungan Kerja yang Sehat d. Peningkatan Kesadaran Lingkungan e. Pengurangan Risiko

f. Penghematan Biaya

g. Pencapaian Visi dan Misi Perusahaan h. Peningkatan Pangsa Pasar

III. STRATEGI UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN

EFISIENSI ENERGI DAN BANGUNAN HIJAU

a. Memperkenalkan konsep bangunan hijau kepada Dewan Direktur (BOD) dan Pemilik. b. Komitmen BOD & Pemilik untuk

mengimplementasikan konsep bangunan hijau di seluruh divisi (divisi keuangan, pemasaran, hubungan penyewa, pembelian, fit-out, operasi, dan teknik)

c. Menetapkan tim bangunan hijau dan melatih tim mengenai konsep bangunan hijau secara berkala

d. Memetakan kondisi yang sudah ada dan menetapkan target

e. Konsultasi dengan GBCI secara berkala

IV. PENDEKATAN

Aksesibilitas

Setidaknya terdapat 5 tipe fasilitas umum dengan pencapaian pada jalan utama dengan radius sebesar 1.500 m dari lokasi gedung.

Menyediakan fasilitas pejalan kaki yang aman, nyaman dan bebas dari akses kendaraan bermotor; persimpangan untuk menghubungkan setidaknya 3 fasilitas umum di atas dan/atau stasiun kendaraan umum.

Pengurangan Kendaraan Bermotor (Sepeda & Bus

Feeder)

Pengurangan penggunaan kendaraan bermotor prubadi dengan implementasi pilihan-pilihan berikut: car pooling, bus feeder, voucher transportasi umum, atau diskriminasi harga parkir.

Terdapat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit per 30 pengguna bangunan, dan juga tempat mengganti baju dan kamar mandi spesial untuk setiap 25 pengguna sepeda yang parkir di bangunan ini.

Manajemen Storm Water dan Pencapaian Konservasi Air

Keberadaan prosedur operasi standar dan implementasi pemeliharaan dan inspeksi sistem pipa secara berkala untuk mencegah kebocoran dan keborosan air dengan menunjukkan keseimbangan air dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi awal. Pengurangan efisiensi air sebesar 28% dibandingkan dengan baseline SNI. Menggunakan air daur ulang dengan kapasitas cukup untuk kebutuhan air pengganti pada menara pendingin. 80% dari total unit air keran di area umum menggunakan auto stop.

Pencapaian Indeks Energi Bangunan dan Energi (EEC)

Indeks Efisiensi Energi selama 6 bulan terakhir dari bangunan ini di bawah nilai dari referensi standar SNI (250 kWh/m2.tahun) dengan pengurangan total sebesar 48%. Bangunan telah menjalankan

commissioning atau retrocommissioning dengan

sasaran untuk meningkatkan kinerja (KW/TR) pada peralatan MVAC (Mechanical Ventilation and

Air Conditioning/Ventilasi Mekanis dan AC) utama

dalam 1 tahun.

(23)

Telah menghemat konsumsi energi pada pencahayaan listrik, lebih dari 20% daya untuk pencahayaan sesuai daftar SNI 036197-2000. Menggunakan minimal 50% ballast listrik berfrekuensi tinggi pada area kerja bersama. Menjalankan peningkatan efisiensi sistem AC untuk pendingin sentrifugal sebesar 0,15 kW/TR di bawah efisiensi pendingin minimal sebesar 0,656 kW/TR

Praktik Manajemen Limbah dan Manajemen Limbah

Berbahaya

Keberadaan Prosedur Operasi Standar (SOP), Pelatihan, dan Pelaporan untuk mengumpulkan dan memilah sampah berdasarkan tipe organik dan an organik dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi awal, keberadaan SOP, Pelatihan, dan Pelaporan untuk manajemen limbah berbahaya, seperti bola lampu, batere, tinta printer, dan material pembungkus cairan pembersih dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi awal.

Penghematan Energi 18%

Penghematan per Tahun Rp.5.596.250.000 Pengurangan Emisi CO2 4.986 ton

Pengurangan Konsumsi Air 28%

Keberadaan SOP dan laporan pada distribusi barang bekas yang masih dapat dipakai dalam bentuk furnitur, alat elektronik, dan spare part melalui donasi atau pasar barang bekas dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi awal.

V. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET

IKE selama 6 bulan terakhir dibandingkan dengan standar perkantoran (kWh/m2/tahun)

(24)

2.5 Kantor Kementerian Pekerjaan

Umum, Jakarta

I. PENDAHULUAN

Tujuan utama dari konstruksi bangunan berkinerja tinggi di Kementerian Pekerjaan Umum adalah untuk gedung ramah lingkungan kebanggaan nasional dan sebagai bangunan contoh di Republik Indonesia. Bangunan PU merupakan proyek pilot bangunan GREENSHIP NB 1.0 yang didirikan seiring persiapan Alat Rating

GREENSHIP.

Proses penerapan Desain Terintegrasi menjadi tonggak sejarah yang sangat penting dan simbol bangkitnya industri bangunan di Indonesia. Bangunan ini memiliki 18 lantai dan sebuah plaza parkir. Tim desain gedung ini memiliki ambisi awal untuk mencapai level Platinum dari rating Greenship dengan Indeks Efisiensi Energi sebesar 200 kWh/m2 dan menghemat 30% dari baseline. Untuk mencapai prinsip-prinsip yang ditetapkan digunakan OTTV rendah, desain pasif, pencahayaan alami dengan pemasangan rak cahaya, dan penggunaan sistem AC dengan pendingin berefisiensi tinggi. Pada sistem HVAC, digunakan 3 chiller berpendingin air 3 (2 berjalan dan 1 standby) dan 2 menara pendingin dengan beban pendinginan sebesar 0,540 kW/TR.

II. DESAIN SITUS HIJAU

Sejak awal perencanaan, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan, perhatian diberikan pada aspek operasional untuk menjaga, memelihara, mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga kualiitas udara dalam ruangan, dan memberikan perhatian kepada penghuninya yang mematuhi peraturan yang ada.

Bentuk dan Orientasi Bangunan. Bentuk

bangunan telah mengalami banyak perubahan karena desain asli bangunan yang menyebabkan sisi timur-barat akan selalu terkena cahaya matahari langsung yang kemudian dilakukan dimodifikasi menyebabkan dinding bangunan yang menghadap timur dan barat lebih kecil dari bentuk awal. Oleh karena itu, peningkatan panas dari sinar matahari dapat dikurangi secara signifikan. Bentuk dari bangunan yang sudah ada juga menyebabkan banyak ruang kerja akan mendapatkan sinar matahari dan pemandangan dua sisi dinding yang menghadap utara dan selatan. Bangunan PU memiliki bentuk massa bangunan yang tipis, baik secara horizontal maupun vertikal. Sisi yang tipis di atas bangunan didesain untuk dapat menjadi peneduh sisi

bangunan sehingga yang berada di bawah dapat menjadi lebih sejuk. Dalam desain, bangunan ini memiliki area terbuka lebih banyak di sisi timur. Hal ini dikarenakan cahaya di siang hari (matahari berada di sisi barat) lebih panas dan terik.

KONSEP KANTOR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Luas Situs 28.957 m2

Rasio Cakupan Bangunan

Maksimal 36,82% GFA (Luas Lantai

Bruto)/Tinggi Bangunan

Lantai dasar: 1.761 m2; Lantai biasa (Lantai 5-14): 1.353 m2;

Lantai atas (15-17): 1.518 m2/17 lantai + 1 lantai semi-bawah

tanah

Orientasi Bangunan Utara – Selatan, untuk mengurangi terpaan matahari pada area kerja pada bagian timur dan barat bangunan sehingga dimodifikasi ke dalam bentuk yang lebih halus, sehingga meningkatkan utilisasi “pencahayaan siang hari”

Zero run off Mengurangi run-off hujan di luar daerah, membuat kolam penahanan/swale, membuat infiltrasi lokal, optimalisasi jaringan drainase di sekeliling bangunan

Kontrol suhu Pencapaian iklim mikro dengan: menyusun struktur, pola, dan pemilihan vegetasi; membentuk sirkulasi udara agar mengalir ke atas; manajemen O2 dan CO2 dengan menamam tumbuhan padat dan berdaun lebar

Ramah Lingkungan Pemilihan material yang layak: meminimalisasi penggunaan material alami; memilih produk dengan finishing berpori; menyediakan dan melengkapi fasilitas untuk pejalan kaki (termasuk yang mengalami disabilitas)

Recycle Reduce Reuse (Daur Ulang,

Mengurangi, Menggunakan Kembali)

Implementasi sistem tempat manajemen sampah; aplikasi tanah dengan manajemen air yang layak; mengurangi penggunaan air dengan meminimalisasi flush; penggunaan daya listrik yang efisien untuk pencahayaan luar ruangan dengan pilihan lampu dan sensor

Gedung Utama Kantor Kementerian PU

(25)

Peneduh dan Reflektor/Pemantul

Lidah pemantul cahaya sekaligus berfungsi sebagai peneduh akan mengurangi panas yang memasuki bangunan namun masih menggabungkan cahaya dengan efisien. Dengan lidah pemantul cahaya, cahaya yang memasuki bangunan dipantulkan pada langit-langit. Bayangan cahaya panjang pada lidah sisi luar ditetapkan agar matahari tidak terlalu terik bagi aktivitas manusia di dalamnya. Cahaya yang masuk dan direfleksikan pada langit-langit tidak

akan terlalu terang namun masih menyediakan cahaya yang cukup.

Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan bangunan menggunakan sistem pencahayaan pintar yang dikontrol oleh panel kontrol utama sehingga cahaya dapat dimatikan secara otomatis oleh sensor gerakan dan sensor tingkat pencahayaan (lux). Dengan demikian, penghematan energi dari pencahayaan ruangan akan mudah untuk dicapai. Sistem kontrol pencahayaan yang pandai dalam bangunan dapat menetapkan status ON, OFF, dan peredupan untuk setiap kelompok lampu. Sistem ini merupakan implementasi penghematan energi listrik untuk pencahayaan buatan dalam bangunan. Sistem ini disebut MESL (Multi Channel

Energy Saved Load Control System) dan diproduksi

oleh Toshiba.

Sistem Daur Ulang Air

Sistem daur ulang air bekerja untuk mengolah air kotor dan air yang telah digunakan sehingga dapat digunakan kembali untuk menyiram toilet atau menyiram tanaman. Dengan sistem ini, penggunaan air dapat dihemat dan menjadi salah satu aspek penting dalam mendukung konsep bangunan hijau. Air buangan diolah di STP (sewage treatment plant) lalu kemudian diproses dan dibuang pada saluran kota (mengikuti regulasi pengolahan air limbah). Air ini kemudian mengalir pada sistem daur ulang lalu diproses dan ditransfer ke tangki daur ulang di bangunan utama dan tempat parkir. Hasil proses pengolahan air dapat langsung digunakan untuk menyiram toilet, menyiram tanaman, dan air pengganti pada menara pendingin.

III. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET

Penghematan Energi 56%

Penghematan per Tahun

Rp.642.800.000 Pengurangan Emisi CO2 947 ton Penghematan Air 17,72%

Fungsi peneduh dan lidah pemantul untuk memperkaya pencahayaan alami

Instalasi Pengolahan Air (STP) dari limbah dan air hujan

Kontribusi pencahayaan alami dan kontrol otomatis lampu.memperkaya pencahayaan alami

(26)

2.6 PT. Dahana, Kantor Manajemen

Pusat, Subang, Jawa Barat

I. PENDAHULUAN

Proyek kampus Dahana merupakan bagian dari

Energetic Materials Center (EMC), yang dimiliki

oleh PT DAHANA (Persero). Berlokasi di atas tanah seluas hampir 600 (242 hektar), sebagai pusat penelitian dan pengembangan, produksi, dan penyimpanan material energi tinggi (yang paling lengkap di ASEAN) untuk kebutuhan komersial dan pertahanan. Kampus Dahana merupakan bangunan pertama di Indonesia mencapai rating tertinggi yaitu 83 poin untuk kategori Bangunan Baru untuk Sertifikasi Greenship dari GBCI.

Pengembangan EMC merupakan hasil dari kerja sama antara PT DAHANA (Persero) dengan PT PP (Persero) sebagai kontraktor, sebagai hasil dari sinergi antara beberapa BUMN, dengan dukungan Kementerian BUMN. PT BNI, PT Telkom, PT Binakarya, dan Jasindo juga terlibat dalam proyek ini.

Dalam rangka mencapai sertifikasi ini, kampus Dahana telah melewati beberapa tahap yang telah ditentukan oleh tim asesmen. Pada 17 Juni 2011, kampus Dahana secara resmi didaftarkan di GBCI. Setelah melewati serangkaian pengujian, pada 10 Oktober 2011, GBCI mengeluarkan Pernyataan Status sebagai Proyek yang Terdaftar. Lalu, pada 20 Desember 2011, tahap asesmen final dilakukan dan PT Management DAHANA menerima sertifikat pada 20 Januari 2012.

II. DESAIN LAHAN HIJAU

Sejak awal dalam perencanaan, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan, perhatian diberikan pada aspek operasional untuk menjaga, memelihara, mengurangi penggunaan sumber

KONSEP KAMPUS DAHANA

Luas Tanah 24.800 m2

Rasio Cakupan Bangunan

Maksimal 40,55%

Luas Lahan Luas situs bangunan: 2.536 m2; Luas softscape: 14.744 m2;

Luas parkir dan jalan: 7.520 m2; area lantai yang dikondisikan

seluas 5.108,81 m2 terdiri dari 2 lantai kantor, 4 lantai bangunan

multi-fungsi

Tata Guna Lahan Memenuhi seluruh persyaratan manajemen lahan hijau, transportasi umum, sepeda, lansekap situs, mikroiklim dan manajemen storm water. Namun tidak memenuhi pilihan lahan, dan hanya satu yang memenuhi aksesibilitas komunitas

Efisiensi Energi dan Konservasi

Memenuhi seluruh kriteria submeter listrik, kalkulasi OTTV, pencahayaan alami, ventilasi, dampak perubahan iklim, dan mencapai 10 dari 20 poin untuk langkah-langkah efisiensi energi Konservasi Air Memenuhi seluruh kriteria meteran air, pengurangan

penggunaan air, peralatan air, daur ulang air, sumber air alternatif, penampungan air hujan, dan efisiensi lansekap air

Sumber Daya dan Siklus Material

Memenuhi seluruh kriteria refrigeran dasar, produk yang diproses secara ramah lingkungan, penggunaan non-ODS, kayu bersertifikasi, desain modular, material lokal. Namun tidak memenuhi syarat penggunaan bahan daur ulang bangunan dan material

Kesehatan dan Kenyamanan Dalam Ruangan

Memenuhi syarat masuknya udara luar ruangan, pengawasan CO2, kontrol asap tembakau di lingkungan, polusi kimia, pemandangan luar, kenyamanan suhu. Namun tidak memenuhi kenyamanan visual dan tingkat kebisingan

Manajemen Lingkungan Bangunan

Memenuhi manajemen air dasar, GP sebagai anggota tim proyek, polusi aktivitas konstruksi, manajemen limbah yang maju, commissioning yang layak, memasukkan data implementasi bangunan hijau pada database, panduan fit-out, dan survei penghuni

(27)

daya alam, menjaga kualiitas udara dalam ruangan, dan memberikan perhatian kepada penghuninya yang mematuhi peraturan yang ada.

100% Penghematan Air

Konsumsi air dengan pengurangan konsumsi air dari sumber primer, di mana 100% dari seluruh air diambil dari sumber, alternatif: sungai, hujan & kondensat AC.

Irigasi Lansekap

Pemasangan sistem daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk keseluruhan sistem untuk betutuhan flushing, irigasi, dan air pengganti untuk menara pendingin.

Perangkat Lunak Modeling Energi

Menggunakan perangkat lunak modeling energi untuk menghitung konsumsi energi dasar (baseline) di bangunan dan bangunan yang didesain. Setiap penghematan sebesar 2,5% dimulai pada pengurangan energi 10% dari bangunan baseline, lalu mendapatkan 1 poin dari maksimal 20 poin (dibutuhkan untuk level Platinum).

Pencahayaan Alami

Penggunaan cahaya alami yang optimal sehingga setidaknya 30% lantai mendapatkan minimal intensitas alami sebesar 300 lux. Digabungkan dengan sensor lux otomatis untuk pencahayaan buatan ketika cahaya alami kurang dari 300 lux, maka 2 poin tambahan didapatkan.

Fasilitas daur ulang air dan kapasitas pengolahan

(28)

Ventilasi

Tidak menggunakan AC pada ruang-ruang toilet, tangga, koridor, dan lobi lift, serta elevator.

Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan pada bangunan menggunakan sistem pencahayaan yang dikontrol oleh panel kontrol utama sehingga bagian ruangan dibagi ke dalam 3 zona, di mana setiap zona menggunakan sensor cahaya dan gerakan.

Commissioning yang Layak

Menjalankan prosedur testing and commissioning sesuai dengan instruksi GBCI, termasuk pelatihan yang berhubungan dengan fungsi pemenuhan dan optimalisasi kinerja peralatan/sistem dengan perencanaan dan acuannya.

III. ANGKA-ANGKA PEROLEHAN TARGET

Penghematan Energi 35%

Penghematan per Tahun Rp. 210.176.443 Pengurangan Emisi CO2 310 ton

Penghematan Air 100%

Hasil perhitungan beban pendinginan

Sistem otomatisasi pada sistem tata cahaya

Penggunaan sistem kombinasi sensor gerak dan sensor cahaya di area perkantoran

(29)

Pemilik bangunan menjadi motivator utama bagi bangunan hemat energi. Pemilik merupakan kekuatan penggerak di setiap kasus. Pemilik bangunan menentukan sasaran dan mengambil keputusan untuk menjaga agar proyek tetap berjalan dengan benar. Para arsitek dan insinyur kemudian berusaha untuk mencapai sasaran sesuai keinginan dan keputusan pemilik bangunan, sehingga dibutuhkan proses desain bangunan secara menyeluruh.

Menentukan sasaran penghematan energi yang dapat diukur pada permulaan proyek adalah hal yang sangat penting dalam mencapai bangunan hemat energi. Dalam studi kasus, seluruh pemilik bangunan dan tim desain menentukan sasaran penghematan energi yang agresif dari awal. Sasaran-sasran ini contohnya seperti 40% lebih baik dibanding kinerja minimal SNI. Secara umum, yang paling baik memutuskan sasaran kinerja energi yang paling optimal adalah hasil kesepakatan tim. dan menggunakan simulasi energi untuk memahami dampak energi dari keputusan desain menghasilkan kinerja energi yang terbaik.

Banyak keputusan yang tidak dimotivasi oleh biaya. Pemilik bangunan mengambil keputusan berdasarkan nilai. Seringkali, pemilik akan mengeluarkan uang untuk fitur yang mereka sangat inginkan pada bangunan mereka—terutama fitur-fitur arsitektur. Sebaliknya, bila seorang pemilik tidak menginginkan sebuah fitur terntentu, biaya menjadi alasan untuk menghilangkannya.

Teknologi yang tersedia pada saat ini dapat mengubah kinerja bangunan secara substansial. Teknologi yang sudah tersedia (off-the-shelf) maupun yang terbaik (state-of-the-shelf) melalui penerapan yang layak dapat digunakan untuk mencapai bangunan hemat energi. Meskipun demikian, strategi-strategi ini harus diterapkan bersama dan diintegrasikan dalam desain, instalasi, dan operasi secara layak dalam rangka menghemat energi. Tidak ada ukuran efisiensi tunggal atau daftar langkah-langkah pencapaian bangunan hemat energi yang tersedia.

Pendekatan desain keseluruhan bangunan merupakan cara yang baik untuk menurunkan penggunaan dan biaya energi. Pendekatan keseluruhan bangunan yang terpadu dimulai dengan tim desain yang memiliki komitmen terhadap sasaran energi. Bangunan harus didirikan sebagai suatu sistem bila teknologi akan diintegrasikan dalam desain dan operasinya. Hal ini meliputi penggunaan simulasi komputer untuk membantu memandu proses desain—simulasi-simulasi ini dapat menjalankan analisis trade-off untuk menilai dampak energi dari pilihan arsitektur serta desain HVAC&L (heating, ventilation, air-conditioning, and lighting/pemanasan, ventilasi, AC, dan pencahayaan).

2.7 Rangkuman Pelajaran yang Didapatkan

Berikut adalah daftar rangkuman pelajaran yang didapatkan yang berlaku bagi seluruh enam bangunan yang menjadi studi kasus:

(30)

3. Informasi Tambahan

3.1 Instrumen Kebijakan yang

Berhubungan dengan Efisiensi

Energi Bangunan

A. Instrumen Hukum:

1. Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2. Undang-undang Republik Indonesia No.

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Undang-undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2007 tentang Energi

4. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (Draft Peraturan Presiden tentang RAN-GRK)

5. Nationally Appropriate Mitigation Actions/ NAMAs di Sektor Energi

B. Instrumen Fiskal:

1. Insentif untuk implementasi program konservasi energi (Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi) 2. Pembebasan pajak impor, harga set-up

dan alokasi subsidi dari energi fosil menuju energi baru dan terbarukan (berdasarkan Green Paper yang dikembangkan oleh Kementerian Keuangan)

C. Instrumen Institusional:

1. Kementerian ESDM sebagai Otoritas Energi, • Peraturan Menteri ESDM No 12 tahun

2012 tentang Pengendalian Penggunaan Bhan Bakar Minyak

• Peraturan Menteri ESDM No 13 tahun

2012 tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik

• Peraturan Mentari ESDM No. 14 tahun 2012 tentang Manajemen Energi

2. Kementerian Lingkungan Hidup (termasuk mitigasi perubahan iklim)

• Peraturan Menteri LH No 08 tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi bangunan Ramah Lingkungan

3. Kementerian Pekerjaan Umum

• Peraturan Menteri PU No 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

• Peraturan Menteri PU No 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada bangunan Gedung dan Lingkungan

• Peraturan Menteri PU No. 16/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung

4. Institusi-institusi terkait • Inpres No. 013 Tahun 2011

• Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 38 tahun 2012 tentang Bangunan Gedung Hijau

5. Otoritas Pasar Karbon

D. Instrumen Keuangan:

1. Unilateral (Anggaran pemerintahan nasional/ daerah, aktivitas CSR sektor swasta)

2. Dukungan negara donor (Bilateral/Multilateral) 3. Pasar Karbon (seperti CDM)

References

Related documents

This paper contributes fi rstly to the SEW literature by concluding that small family fi rms after a disaster are able to achieve synergic relationship between SEW and economic

The diamondback moth, Plutella xylos- tella (L.) [Lepidoptera: Plutellidae], the imported cabbageworm, Pieris rapae (L.) [Lepidoptera: Pieridae], and the cab- bage

We find that financial assistance and marketing assistance are not directly related to the export performance of early internationalizing firms, while results support the

Accordingly, through the Preadmission Screening and Resident Review ("PASRR") process, the State must ensure that residents who are suspected of having a

Mean was used with its corresponding verbal interpretations for research questions 1,2, and 3, while Pearson’s Product Moment Correlation Coefficient was computed as the

Master cycle starts with control cycle phase, wherein BS first transmits the control message (For example, time synchronization message) to the CH1 node. Here, a Tri-Message

Considering the importance of the transport network and the location of its facilities for the performance of reverse supply chain, prompted the authors to undertake the study