Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 1
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
ANAK MELALUI KEGIATAN KETERAMPILAN HIDUP
MONTESSORI PADA ANAK KELOMPOK A
DI PAUD ISLAM SILMI SAMARINDA
Kartika FajrianiUniversitas Nahdatul Ulama (UNU) Kalimantan Timur fajrianikartika111@unukaltim.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan keterampilan hidup Montessori. Berdasarkan realita di lapangan, anak-anak kelompok A di PAUD Islam Silmi Samarinda masih menemui hambatan untuk keterampilan motorik halusnya. Anak lebih senang dengan kegiatan bermain di luar daripada kegiatan yang memerlukan ketenangan dan motorik halus. Dari 12 anak, hanya ada 4 anak yang bisa memegang pensil dengan benar.
Penelitian dilaksanakan dengan model penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Subyek penelitian adalah kelompok A dengan teknik analisis yang
digunakan adalah nilai rata-rata, persentase dan grafik. Untuk mendapatkan hasil yang valid dilaksanakan dengan teknik penelitian melalui langkah siklus sebanyak dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu Perencanaan
(planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting).
Berdasarkan hasil penelitian ternyata kegiatan peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan keterampilan hidup Montessori di PAUD Islam Silmi Samarinda terlihat meningkat dengan kategori baik. Hal ini dilihat dari hasil akhir pelaksanaan siklus I yang berkategori Baik hanya 40%. Kemudian pada siklus II, jumlah anak yang berkategori baik meningkat hingga 92%. Dengan adanya perbaikan tersebut anak mendapat kesempatan mengembangkan kemampuan motorik halusnya melalui kegiatan keterampilan hidup Montessori. Dengan
E-ISSN: 2621-5861, P-ISSN: 2621-5845 https://doi.org/10.21093/sajie.v2i1.1489
2 Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 demikian, kegiatan keterampilan hidup Montessori memang membantu dalam pengembangan kemampuan motorik halus anak.
Kata Kunci: kemampuan motorik halus, keterampilan hidup Montessori, penelitian tindakan kelas
Abstract
This research aims to find out how to improve the child’s soft motoric skills through Montessori life skill activities. Based on the fact, children at group A at PAUD Islam Silmi Samarinda still found obstacles for the soft motoric skills. Children like outdoor activities more than indoor activities that require them to be quite and use their soft motoric. From 12 children, only 4 children could hold the pencil well. This research used classroom action research design. The research subject was group A with analysis technique of average score, percentage, and graph. To obtain valid result, the research technique used two cylces and each cycle consisted of four stages which were planning, acting, observing and reflecting.
Based on the result, it appears that the child’s soft motoric improve with good category. The final result of cycle I that is categorized as good is 40%. At cycle II, the number of children that are categorized as good improves up to 92%. With the improvement, it shows that children have opportunity to develop their soft motoric skill through Montessori life skill activities. Thus, Montessori life skill activities support the child’s soft motoric skill development.
Key words: soft motoric skill, Montessori life skill, classroom action research
A. Pendahuluan
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik maupun mental. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang diterapkan pada anak usia dini perlu disesuaikan dengan kekhasan yang dimiliki oleh anak.
Semua informasi di sekitar anak akan diserap anak melalui panca inderanya. Melalui sentuhan, penglihatan, perasa, penciuman, dan pendengaran, anak dapat belajar tentang banyak hal. Tidak ada yang masuk ke dalam pikiran manusia kecuali melalui inderanya. Dari indera, informasi akan dibawa ke otak lalu dicerna dalam pikiran manusia. Karenanya kemampuan motorik halus anak sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitifnya. Semakin baik keterampilan motorik halusnya, semakin baik juga kemampuan berpikirnya. Sumantri mengungkapkan bahwa perkembangan motorik halus sangat penting untuk mendukung pengembangan kognitif, sosial, dan emosional anak.1
1 Sumantri, Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini, (Jakarta: Departemen
Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 3
Salah satu unsur kemampuan motorik halus yang sangat penting untuk distimulasi adalah keterampilan dalam menggunakan jari tangan. Anak-anak yang merasa sulit dalam mengkoordinasikan otot-otot kecil yang ada di tangan mereka dapat mengalami kesulitan dalam berpakaian, makan sendiri, memegang pensil, krayon, dan gunting. Padahal, dengan tanganlah manusia dapat menulis, menggambar, dan melakukan banyak hal. Montessori percaya bahwa tangan adalah otak kedua manusia. Melalui tangan, manusia bisa melakukan banyak hal yang ingin dia lakukan. Karena ketidakbisaan mereka dalam melakukan hal sendiri, anak akan bergantung pada orang lain, sulit untuk memenuhi standar sekolah, bahkan bisa dicap sebagai anak bodoh atau anak nakal. Anak-anak ini juga cenderung menunjukkan lebih banyak masalah dalam perilakunya, mengganggu temannya, serta prestasi yang rendah.
Ketika berbicara tentang prestasi, banyak orang yang tidak mengetahui bahwa salah satu hal yang paling mempengaruhi adalah keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik halus awal pada masa taman kanak-kanak adalah prediktor untuk prestasi membaca dan matematika selama sekolah dasar. Maksudnya, semakin baik keterampilan halus anak pada masa keemasan, anak akan lebih mudah menguasai pelajaran membaca dan matematika pada saat besarnya nanti. Bahkan manfaat keterampilan motorik halus pun juga bisa terlihat pada saat prasekolah. Dengan demikian kajian mengenai motorik halus pada anak usia dini sangatlah penting.
Berdasarkan hasil pengamatan, anak-anak kelompok A di PAUD Islam Silmi Samarinda masih menemui hambatan untuk keterampilan motorik halusnya. Anak lebih senang dengan kegiatan bermain di luar daripada kegiatan yang memerlukan ketenangan dan motorik halus. Karenanya, banyak kegiatan yang seringkali tidak terselesaikan, ataupun dikerjakan asal-asalan. Dari 12 anak, hanya ada 4 yang bisa memegang pensil dengan benar, sedangkan sisanya belum mampu memegang pensil dengan benar. Ini membuktikkan kegiatan motorik halus di PAUD Islam Silmi Samarinda masih memerlukan pengembangan dan perhatian khusus.
Menanggapi masalah tersebut, guru mulai mencoba mencari beberapa metode pembelajaran yang lebih bervariasi dan menyenangkan untuk menarik minat anak sekaligus meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Salah satu kegiatan yang digunakan yaitu kegiatan keterampilan hidup yang diadopsi dari metode pengajaran Montessori. Kegiatan keterampilan hidup metode Montessori terdiri dari banyak kegiatan seperti menuang air, memindahkan kacang dari teko ke teko lainnya, melipat kain, menyetrika, mencuci meja, mengelap debu, membersihkan sepatu, mengkilapkan logam, mengkilapkan kayu, dll. Selain kegiatan ini dapat mengembangkan keterampilan kedua tangan, kegiatan ini semua juga bisa melatih fokus, mengembangkan koordinasi tangan dan mata, dan melatih penguasaan emosi.
4 Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terorganisasi.2 Keterampilan motorik kasar adalah keterampilan motorik kasar
merupakan keterampilan yang melibatkan otot-otot yang besar, seperti menggerakkan tangan dan berjalan.3 Dengan demikian eterampilan motorik halus mengacu pada
manipulasi dan koordinasi otot-otot kecil yang digunakan untuk menulis, menggambar, bermain, dan berbicara.
Sumantri juga menyatakan bahwa keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit, dan lain-lain.4 Karenanya bisa disimpulkan bahwa motorik halus adalah gerakan yang
melibatkan otot-otot kecil, terutama pada bagian jari dan tangan manusia.
Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi gerakan tangan dan mata yang cermat. Jadi, semakin baik gerakan motorik halus maka anak dapat dengan mudah berkreasi seperti menggambar, mewarnai, menganyam, menempel, menggunting dan lain sebagainya. Pendapat tersebut diperkuat oleh Hildebrand menyatakan bahwa pengembangan motorik halus merupakan kegiatan yang memerlukan kecepatan, ketepatan, dan keterampilan menggerakkan. Keterampilan motorik halus diperlukan untuk memegang pensil, atau gerakan yang menggunakan jari ibu dan jari telunjuk. Ini juga termasuk memegang objek seperti pensil, jarum jahit, pinset, dan penjepit.5
2. Tujuan Perkembangan Motorik Halus
Secara garis besar tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia 4- 6 tahun adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan, sebagai persiapan untuk pengenalan
2 B.E. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978).
3 J.W. Santrock, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1.Alih Bahasa: Mila Rachmawati. (Jakarta: Erlangga, 2007).
4 Sumantri, Model Pengembangan Keterampilan … 5 J.W. Santrock, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas …
Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 5
menulis.6 Sumantri menyatakan bahwa tujuan pengembangan motorik halus secara
rinci dapat dijabarkan sebagai berikut: 7
a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
b. Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari, seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda.
c. Mampu mengkoordinasi indera mata dan aktivitas tangan. Koordinasi permainan membentuk dari tanah liat atau adonan dan lilin, menggambar, mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce).
Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Kegiatan yang melibatkan motorik halus dapat melatih kesabaran anak dalam mengerjakan atau membuat suatu karya.
3. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun
Yuliani menyatakan bahwa perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Semakin baik gerakan motorik halus, maka semakin bebas pula anak untuk berkreasi. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental. 8
Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sebenarnya sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian, anak usia ini jika masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan, ini disebabkan oleh berkurangnya keinginan anak untuk melakukan sesuatu secara sempurna. Pada usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini, anak mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan.
Menurut Yuliani kemampuan motorik anak usia 4-6 tahun yaitu: 9
a. Mampu berlari, meloncat, memanjat dan keseimbangan menguatkan kemampuan motorik kasar yang telah berkembang dengan baik.
b. Peningkatan kemampuan kontrol jari tangan dalam mengambil benda-benda kecil, memotong garis dengan gunting, memegang pensil dengan bantuan orang dewasa, merangkai manik-manik.
c. Membangun yang membutuhkan keahlian, biasanya menyukai konstruksi dan aktivitas besar dengan unit dan bahan konstruksi yang besar.
6 Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta: Pusat Balitbang Puskur, Depdiknas, 2002). 7 Sumantri, Model Pengembangan Keterampilan …
8 Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: Indeks, 2011). 9 Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan …
6 Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 d. Menunjukkan minat yang besar dalam permainan bola dengan menggunakan
peraturan yang sederhana.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun adalah: 10
a. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran.
b. Menjiplak bentuk.
c. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit.
d. Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media.
e. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media. 4. Metode Pembelajaran dan Kurikulum Montessori
Metode Montessori adalah pendekatan pendidikan yang berpusat pada anak berdasarkan pengamatan ilmiah sejak anak lahir hingga dewasa. Metode ini telah digunakan selama lebih dari 100 tahun di berbagai belahan dunia. Di dalam kelas Montessori, anak-anak dapat dengan bebas bereksplorasi dan menentukan pembelajaran mereka sendiri, sementara guru atau disebut juga sebagai “pembimbing” menawarkan kegiatan yang sesuai usia anak dan memandu proses pembelajaran.11
Anak-anak bekerja dalam kelompok dan individual untuk menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan dunia dan mengembangkan potensi maksimal mereka.
Sebelum memulai pembelajaran, guru akan menyiapkan alat kerja dan lingkungan yang sesuai bagi anak. Ruang kelas Montessori didesain dalam bentuk lingkungan yang indah dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak dalam rentang usia tertentu. Setiap materi di ruang kelas Montessori mendukung aspek perkembangan anak, menciptakan kecocokan antara minat alami anak dan kegiatan yang tersedia. Anak-anak dapat belajar melalui pengalaman mereka sendiri dan dengan langkah mereka sendiri. Ciri yang mencolok dari sistem Pendidikan ini adalah penekanannya pada lingkungan.
Setiap tingkatan usia mempelajari hal yang berbeda. Jika melihat ke dalam kelas Montessori, anda akan melihat penggabungan kelompok anak-anak dengan usia yang berbeda-beda. Anak yang lebih muda dapat belajar dari anak yang lebih tua, sekaligus memberikan kesempatan kepada anak yang lebih tua untuk belajar memimpin adik-adiknya. Konsep kehidupan bermasyarakat inilah yang membuat anak menyiapkan
10 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pembelajaran di TK. (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2010).
Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 7
dirinya untuk kehidupan nantinya, saat bekerja dan bersosialisasi dengan banyak orang sewaktu mereka besar nanti.
Sebuah studi tahun 2006 menemukan bahwa "ketika diimplementasikan secara ketat, pendidikan Montessori memupuk keterampilan sosial dan akademik yang setara atau lebih unggul daripada yang dipupuk oleh jenis sekolah lainnya". Namun, penelitian ini memiliki ukuran sampel yang relatif kecil dan sangat dikritik. Studi lain di Milwaukee Public Schools12, menemukan bahwa anak-anak yang telah menghadiri
Montessori dari usia 3-11 dapat mengungguli teman sekelas SMA mereka beberapa tahun kemudian pada matematika dan sains.
Anak-anak secara alami tertarik dengan kegiatan yang mereka lihat. Oleh karena itu, Maria Montessori mulai menggunakan “Kegiatan Keterampilan Hidup” untuk memungkinkan anak melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari sehingga anak dapat menyesuaikan dirinya dalam masyarakat. Kegiatan keterampilan hidup sangat dipercaya dapat membantu dalam pengembangan kontrol motorik halus dan motorik kasar.13 Contoh kegiatan yang meningkatkan kontrol motorik halus adalah
menggenggam, menyendok, menuangkan, menggunting, menggunakan pinset, dll. Sedangkan aktivitas seperti mencuci tangan, mengelap kaca, dan mengancingkan baju dapat membantu dalam mengembangkan koordinasi motorik halus dan kasar pada anak-anak. Kegiatan keterampilan hidup juga membantu dalam membangun koordinasi mata-tangan yang merupakan prasyarat perkembangan motorik anak. a. Kegiatan Memasak
Kegiatan memasak merupakan wahana yang tepat untuk anak TK yang mampu menumbuhkan dan meningkatkan pengalaman belajar anak secara langsung. Pada saat yang sama aktivitas ini mampu membangun kreativitas anak, mengenalkan bahan makanan, perpaduan warna, perubahan bentuk, dan bahkan melatih motorik halus melalui gerakan memotong, meremas, membentuk, dan mencetak.
Kegiatan memasak adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan yang secara langsung melibatkan anak untuk bergerak dan berkreasi dengan menggunakan jari-jari tangan mereka. Anak diberikan sumber belajar yang nyata berupa bahan makanan yang akan diolah dan siap disajikan. Hasil pembuatan dapat dinikmati langsung oleh anak. Menurut Sukerti dalam e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha, kegiatan memasak adalah belajar membuat makanan agar mudah dicerna dalam perut, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang seni memasak,
12 Nooshin Ahmadpour and Adis Kraskian Mujembari, “The Impact of Montessori Teaching Method on
IQ Levels of 5-Year Old Children”, Procedia - Social and Behavioral Sciences, Vol. 205, (2015), available at https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815050557
13 Berti Setya Ningsih, “Pelaksanaan Stimulasi Motorik Halus Pada Latihan Kehidupan Praktis Di Taman
Kanak-Kanak Pioneer Montessori School Padang”, Pendagogi Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini, Ningsih, Vol. Vol 5, No 1, (2019).
8 Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 melatih mengolah makanan dengan berbagai teknik dan mengetahui cara membuat makanan itu aman untuk dikonsumsi.14
Di kelas Montessori, guru akan mempersiapkan bahan dan peralatan yang sesuai agar anak dapat memasak setiap harinya. Anak diberikan ruang untuk bekerja sendiri dari proses pengolahan hingga makanan tersebut siap untuk dihidangkan sampai pembersihan alat dan bahan yang telah dipakai. Mereka bisa bekerja sendiri maupun berkelompok. Hidangan tersebut bisa dinikmati perseorangan maupun satu kelas. Bagi anak usia dini, kegiatan memasak ini sangat baik dilakukan dalam rangka mengembangkan motorik halusnya, daya konsentrasi, dan pengembangan sosial. b. Kegiatan Mencuci Kain
Kegiatan mencuci kain memberikan pengalaman nyata bagi anak sehingga anak bisa mempunyai kemampuan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini selain melatih kemandirian mereka, mencuci kain dapat melatih koordinasi gerakan dan fokus. Anak juga dapat membantu lingkungannya dengan mencuci kain yang digunakan di dalam kelas oleh anak lainnya, maupun membantu dirinya sendiri dengan mencuci kaos kaki, maupun lap tangan.
Di dalam kelas Montessori, kegiatan mencuci kain mempunyai meja khusus. Di situ, guru telah mempersiapkan ember, sabun, sikat, papan sikat, serta jemurannya. Dimulai dari menyiapkan air, memberikan sabun ke kain kotor, anak lalu harus menggunakan tangannya untuk menyikat kainnya. Setelah bersih, anak harus membilasnya dengan air bersih dan memerasnya baru digantung di tempat jemuran. Keesokan harinya, ketika kering, anak bisa melipat kainnya dan menyimpan di tempatnya. Biasanya untuk mencuci kain, anak akan bekerja secara individual, namun mereka bisa bekerja secara kelompok untuk melipat. Bagi anak, kegiatan mencuci kain ini sangat berguna bagi penguatan motorik halusnya dan fokus.
c. Kegiatan Menuang Air
Menuang merupakan gerakan dasar yang perlu bagi anak usia dini. Dengan menuang air anak akan belajar banyak hal. Salah satunya adalah pengontrolan gerakan tangan yang mana merupakan bagian dari kemampuan motorik halus. Saat menuang air, anak harus memperhatikan banyak hal, dari wadah mana air tersebut, ke wadah mana air tersebut harus dituang, serta seberapa banyak air tersebut harus dituang hingga tidak tumpah atau luber. Kegiatan ini sangat penting dalam melatih fokus dan kontrol pergerakan tangan.
14 Luh Putu Juniyanasari, dkk, “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui Cooking Class Untuk
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Pada Anak”, e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha :Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 3, No. 1, (2015)
Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 9
Di kelas Montessori, guru telah menyiapkan beberapa bahan untuk kegiatan ini. Seperti, menuang air dari teko ke teko, menuang air dari teko ke gelas wine, menuang air dari teko ke cangkir kopi, menuang air dari teko ke tiga gelas yang berbeda, menuang air dari teko ke dalam botol menggunakan corong, dll. Kegiatan menuang air dibuat untuk menyenangkan anak dengan berbagai media. Dan juga mempunyai tujuan sekunder yaitu agar anak mengetahui sifat air yang menyerupai bentuk wadahnya. Kegiatan ini dilakukan secara individual sehingga anak dapat dengan mandiri melatih kemampuan motorik halus mereka dan fokus.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dalam bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif, dengan model siklus, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi dan situasi. 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah murid TK Islam Silmi kelompok A yang berjumlah 12 anak usia dini.
2. Instrumen
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dengan intrumen berupa lembar observasi anak yaitu lembar observasi yang digunakan untuk memantau kecerdasan motorik halus.
Tabel 1. Instrumen Observasi Tingkat Pencapaian Kemampuan Motorik Halus
Variabel Aspek yang dinilai 3 Penilaian 2 1
Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan memegang dan memanipulasi benda Mengkoordinasikan mata dan tangan
Keterangan :
Skor 1 = Tidak mampu
Skor 2 = Mampu dengan bantuan Skor 3 = Mampu
Tabel 2. Deskriptor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak
Indikator 3 2 1
Kekuatan
jari-jemari Jari-jemari anak lentur dan kuat
Jari-jemari anak belum begitu kuat, masih memerlukan bantuan
Jari-jemari anak belum lentur (kaku)
10 Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 Koordinasi mata dan tangan Anak mampu menyelesaikan kegiatan dengan baik
Anak mampu
menyelesaikan kegiatan dengan bantuan
Anak tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik Keterangan penilaian:
3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang
Tabel 3. Kriteria Penilaian Anak
Kriteria Skor Individual Skor Kelas Persentase %
Baik 9 – 12 27 – 36 75% - 100%
Cukup 7 – 8 19 – 26 51% - 74%
Kurang 4 – 6 12 – 18 30% - 50%
3. Prosedur Analisis Data
Teknik analisa data menggunakan teknik deskriftif kompratif. Analisis ini juga digunakan untuk menghitung nilai yang diproleh masing-masing anak yaitu besarnya peningkatan kemampuan motorik halus per individual. Hasil komparasi tersebut digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kegagalan dalam setiap siklus. Indikator yang belum tercapai dapat diupayakan peningkatannya pada siklus berikutnya. Kedua adalah data kualitatif yaitu mencakup dokumentasi tulisan berdasarkan observasi kelas pada proses pembelajaran. Hasil analisa tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan keterampilan hidup Montessori. Penelitian dapat dinyatakan berhasil apabila persentase nilai keseluruhan kelas kelompok A telah mencapai nilai di atas 75%. Sehingga kelompok A dapat dinyatakan:
a. Mampu memegang dan memanipulasi benda-benda yaitu tangan anak kuat dan lentur.
b. Mampu dalam koordinasi tangan dan mata yaitu anak dapat menggunakan jari-jemarinya dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
D. Temuan 1. Siklus I
Tabel 4. Data Hasil Belajar Anak Siklus I
Kegiatan Aspek yang diamati Baik Hasil Pengamatan (3) Cukup (2) Kurang (1)
Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 11
Memasak Kekuatan dan kelenturan jari-jari tangan 6 6 0
Koordinasi mata dan tangan 6 4 2
Mencuci Kain
Kekuatan dan kelenturan jari-jari tangan 3 9 0
Koordinasi mata dan tangan 4 6 2
Menuang Air
Kekuatan dan kelenturan jari-jari tangan 6 6 0
Koordinasi mata dan tangan 4 8 0
Skor Persentase
29 39 4
40% 54% 6%
Dari tabel di atas terlihat bahwa hanya ada 40% anak yang mampu mengerjakan keterampilan hidup Montessori sehingga dapat dikatakan baik dalam kemampuan motorik halus mereka. Sedangkan 54% anak mampu mengerjakannya dengan bantuan, dan 6% anak tidak mampu mengerjakan keterampilan hidup Montessori. Ini dengan artian guru lebih banyak mengerjakannya daripada sang anak, sehingga kemampuan motorik halus mereka pun memang dibuktikan sangat kurang. Nilai keseluruhan anak dalam kategori baik belum mencapai 70% sehingga hal ini belum sesuai dengan yang diharapkan guru. Dilihat dari jumlah persentase anak yang berhasil baru 40%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran belum berhasil.
2. Siklus II
Tabel 5. Data Hasil Belajar Anak Siklus II
Kegiatan Aspek yang diamati Baik Hasil Pengamatan (3) Cukup (2) Kurang (1) Memasak Kekuatan dan kelenturan jari-jari tangan 11 1 0
Koordinasi mata dan tangan 10 2 0
Mencuci Kain
Kekuatan dan kelenturan jari-jari tangan 11 1 0
Koordinasi mata dan tangan 10 2 0
Menuang Air
Kekuatan dan kelenturan jari-jari tangan 12 0 0
Koordinasi mata dan tangan 12 0 0
Skor Persentase
66 6 0
92% 8% 0%
Dari tabel di atas terlihat bahwa ada 92% anak yang mampu mengerjakan keterampilan hidup Montessori sehingga dapat dikatakan baik dalam kemampuan motorik halus mereka. Sedangkan 8% anak mampu mengerjakannya dengan bantuan, dan 0% anak tidak mampu mengerjakan keterampilan hidup Montessori. Nilai keseluruhan anak yang mampu dalam kemampuan motorik halus mereka sudah
12 Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 mencapai lebih dari 70%. Ini sudah sesuai dengan harapan pembelajaran dan dinyatakan pembelajaran berhasil.
E. Pembahasan
Dilihat dari dua siklus yang sudah dilakukan, peneliti melakukan perbandingan dengan hasil pengamatan siklus 1 dan siklus 2. Terlihat dari kedua siklus itu adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak yang drastis. Kemampuan ini dilihat dari adanya peningkatan skor yang diperoleh anak.
Tabel 6. Perbandingan Hasil Skor Anak
Aspek yang diamati Siklus 1 Siklus 2
Kekuatan dan kelenturan jari-jari tangan 40% 92%
Koordinasi mata dan tangan 40% 92%
Gambar 2. Grafik Perbandingan Skor Anak
Data yang diperoleh diatas merupakan perbandingan hasil rekap nilai anak yang berada dalam kategori baik dalam 2 siklus. Jika dilihat dari aspek yang dinilai, yaitu kekuatan dan kelenturan jari-jari tangan, persentase dalam dua siklus mengalami kenaikan yang baik, dari 40% di siklus 1 menjadi 92% di siklus 2. Begitu pula dari aspek koordinasi mata dan tangan juga, persentasenya mengalami peningkatan dari 40% pada siklus 1 menjadi 92% pada siklus 2. Ini berarti adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan keterampilan hidup Montessori.
F. Kesimpulan
Dari hasil temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan kegiatan keterampilan hidup Montessori telah berhasil dilakukan. Walaupun hasil nilai skor anak pada awalnya tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, hal ini terlihat dari hasil pelaksanaan siklus I yang mencapai ke dalam kategori Baik hanya 40%, kemudian pada siklus II, setelah dilakukan refleksi maka jumlah anak dalam kategori Baik mengalami peningkatan yang signifikan dengan nilai anak telah melebihi batas pencapaian keberhasilan yaitu 92%. Hal
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Kekuatan dan kelenturan
jari-jari tangan Koordinasi mata dan tangan
Perkembangan Nilai Baik Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus 1 Siklus 2
Southeast Asian Journal of Islamic Education, Volume 02 (01), 2019 13
ini menandakan kegiatan keterampilan hidup Montessori yang dilakukan secara terus menerus, dengan melewati latihan dan pengulangan serta pembiasaan, kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan.
Dengan adanya perbaikan dan pengulangan tersebut anak mendapat kesempatan mengembangkan kemampuan motorik halusnya melalui kegiatan keterampilan hidup Montessori yang dilakukan melalui pembiasaan hidup sehari-hari, yang akhirnya dapat membantu meningkatkan perkembangan kemampuan motorik halus anak usia dini secara optimal.
Referensi
Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Pembelajaran di TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2010.
Hurlock, E. B. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Keenam. Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa: Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978.
Juniyanasari, Luh Putu dkk. “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui Cooking Class Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Pada Anak”, e-Journal Universitas
Pendidikan Ganesha: Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3
No. 1-Tahun 2015): 1-10.
Ningsih, Berti Setya. “Pelaksanaan Stimulasi Motorik Halus Pada Latihan Kehidupan Praktis Di Taman Kanak-Kanak Pioneer Montessori School Padang”, Pendagogi Jurnal Anak
Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini, Ningsih, (Vol. 5, No 1, 2019): 1-14.
Nooshin Ahmadpour and Adis Kraskian Mujembari, The Impact of Montessori Teaching Method on IQ Levels of 5-Year Old Children, Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 205 (2015),122 – 127, available at https://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S1877042815050557.
Nurani, Yuliani. Konsep DasarPendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2011.
Santrock, J. W, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1. Alih Bahasa: Mila Rachmawati. Jakarta: Erlangga, 2007.
Sumantri. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005.