• No results found

Fuel Injection System for One Cylinder Motor Cycle Engine

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2020

Share "Fuel Injection System for One Cylinder Motor Cycle Engine"

Copied!
6
0
0

Loading.... (view fulltext now)

Full text

(1)

77

SISTEM INJEKSI BAHAN BAKAR

SEPEDA MOTOR SATU SILINDER EMPAT LANGKAH

Bambang Sugiarto

Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

E-mail: bangsugi@eng.ui.ac.id

Abstrak

Sistem injeksi bahan bakar telah dikembangkan sejak lama. Namun umumnya sistem injeksi bahan bakar tersebut digunakan pada mesin mobil. Penggunaan sistem ini pada mesin sepeda motor dengan silinder tunggal masih belum luas. Dengan penggunaan sistem injeksi bahan bakar, debit bahan bakar dapat dikontrol sesuai dengan parameter mesin seperti putaran mesin, debit udara yang masuk, serta volume bahan bakar untuk setiap siklus, pada semua kondisi mesin. Penelitian sistem injeksi bahan bakar ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi volumetris sistem intake manifold, kebutuhan bahan bakar untuk setiap siklus mesin, dan karakteristik mesin pada setiap kondisi yang diujikan. Penelitian sistem injeksi bahan bakar untuk mesin satu silinder dengan siklus Otto empat langkah, dilakukan pada mesin Honda CB100 dan dilaksanakan di Laboratorium Thermodinamika Departemen Teknik Mesin FTUI. Dari uji eksperimen dalam penelitian ini menunjukkan karakteristik lama buka injector yang sesuai dengan fungsi putaran mesin, dan tekanan intake pada mesin satu silinder. Sedangkan dari hasil penelitian ini menunjukan nilai efisiensi volumetris yang baik dengan desain intake manifold menggunakan hasil simulasi CFD (Computational Fluid Dynamic).

Abstract

Fuel Injection System for One Cylinder Motor Cycle Engine. Fuel injection has been developed for many years. But

its common application is limited on car’s engine. With many reason fuel injection systems in motorcycle one cylinder engine has not been widely used yet. Fuel Injection System allows the amount of fuel, injected to be controlled appropriate to engine parameters such as engine speed, amount of air inducted to cylinder, temperature, for each cycle, over the entire engine operating conditions. This fuel injection research is done to find out the Volumetric Efficiency of the intake manifold system, the amount of fuel need to be injected for each engine cycle, and the engine characteristics over variation of test conditions. This research based on Honda CB100 engine, at applied thermodynamic Laboratory of Mechanical Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia. Experiment data from this research shows the characteristics of injector duration as functions of engine speed, intake pressure, on one cylinder engine and the results of this research shows a good Volumetric Efficiency of the intake manifold designed using CFD (Computational Fluid Dynamic).

Keywords: fuel injection system for motor cycle,intake manifold, computational fluid dynamic

1. Pendahuluan

Pada mesin dengan karburator, terjadi head loss pada

venturi. Head loss ini berupa penurunan tekanan pada

saluran masuk (intake manifold) yang akan berbanding

lurus dengan penurunan debit udara yang masuk ke

dalam silinder. Sehingga besarnya head loss pada

karburator akan mempengaruhi efisiensi volumetrik secara langsung.

Sedangkan pada mesin dengan sistem injeksi bahan bakar, dimana bahan bakar diinjeksikan dekat dengan

katup hisap, maka intake manifold dapat didesain untuk

lebih memaksimalkan aliran udara yang masuk tanpa adanya kerugian tekanan pada sistem pemasukan.

Proses pengkabutan bahan bakar di karburator merupakan fungsi dari aliran udara sebagai variabel

bebas. Pada venturi kecepatan aliran udara akan

meningkat dan tekanan udara akan turun, sehingga

bahan bakar akan mengalir melalui nozzle akibat adanya

beda tekanan antara tekanan di venturi dengan tekanan

(2)

Pada mesin dengan sistem injeksi bahan bakar, pengontrolan debit bahan bakar dilakukan berdasarkan parameter beban dan kecepatan mesin untuk setiap siklus. Sehingga sistem injeksi bahan bakar memungkinkan pencampuran udara-bahan bakar dapat lebih tepat dan homogen. Disamping itu dengan

penginjeksian bahan bakar di dekat katup masuk losses

pada aliran bahan bakar akibat berat jenis dan sifat termodinamik bahan bakar dapat diminimalkan [2].

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik mesin satu silinder empat langkah yang menggunakan

sistem injeksi bahan bakar, meliputi tekanan intake

manifold, debit udara yang masuk, debit bahan bakar

yang dibutuhkan, dan efisiensi volumetris pada saluran

masuk (intake manifold).

2. Metode Penelitian

Pada tahap desain, dilakukan proses desain penempatan injektor, dengan menggunakan alat bantu program CFD

(Computational Fluid Dynamic) Phoenics untuk

mensimulasikan bentuk laluan intake manifold sebagai

variabel yang konstan Untuk itu, pada tahap desain ini, parameter yang dinilai dalam simulasi CFD adalah letak injektor yang mampu memberikan pencampuran

udara-bahan bakar yang homogen di dalam intake manifold.

Parameter yang kedua mensyaratkan pencampuran udara-bahan bakar yang homogen harus terjadi pada berbagai kondisi putaran mesin .

Eksperimental ini dilakukan pada Mesin CB 100 di Laboratorium Thermodinamika Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia, dengan berbagai variasi putaran mesin tanpa beban dan data

pengukurannya dikirim ke komputer melalui data

acquisition system.

Spesifikasi Mesin uji ( Honda CB 100):

Bore x stroke, mm : 50,5 x 49,5

Compression ratio/press, psi : 9,0 / 156 - 213

Valve timing/lift, degree/mm

Intake open/close : 5°BTDC/35°ABCD

Exhaust open/close : 30°BBDC/5°ATDC

Ignition timing, mm or : 10°(F)/1300 to

BTDC/ speed, rpm 36°-40°/3700-4000

Spark plug grade/gap, mm : NGK DR8ES/0,6-0,7

Spesifikasi Sistem Electronic Fuel Injection:

• Jenis : Haltech F9

• Kebutuhan listrik : 8,6 – 16 Volt DC

• Konsumsi Listrik

ECU : 270 mA pada 12 Volt

• Input sensor

1. Manifold Absolute Pressure (MAP) Sensor

1 Bar : -100 kPa sampai 0 kPa (Naturally

aspirated)

2.Temperatur Sensor (Udara dan Mesin)

¾Tipe NTC temperature dependent resistor

¾Jangkauan operasi

Kontinyu -40° sampai 100°C

Intermittent sampai 125°C

3. Throttle Position Sensor

4. Engine Speed Pickup

ECU output

1. Injector Driver

4 x 4/1 A peak and hold injector

2. Fuel Pump Control

Adjustable featuresBase Fuel Map

- 22 Fuel ranges, setiap 500 RPM sampai

dengan 10.500 RPM, atau

- 17 Fuel ranges, setiap 1.000 RPM sampai

dengan 16.000 RPM

Datalogging 5 titik kondisi setiap detik

• Koneksi ke komputer dengan menggunakan kabel

serial RS232C port 9 pin D connector

Sistem Bahan Bakar:

1. Pompa Bahan Bakar

Jenis : In-tank

Merk : Aisan

Tekanan Maksimal : 3,5 bar

2. Fuel pressure regulator

Merk : Denso 1262

Tekanan Maksimal : 2,5 bar

3. Fuel injector

Jenis : Pintle bertahanan tinggi

Debit massa : 200 gr/menit

Diameter dalam : 5 mm

Pengambilan data pada pengujian ini dilakukan dengan variasi sebagai berikut :

1. Pengambilan data melalui pengujian pada kondisi putaran mesin yang tetap mulai dari kecepatan putar mesin 2000 – 8500 rpm pada setiap kenaikan 500 rpm, akselerasi, dan deselerasi. Hasil dari pengambilan data ini adalah: putaran mesin,

tekanan intake, lambda dan waktu buka injector.

2. Pengolahan dan pengambilan data dimulai pada saat kondisi mesin dalam keadaan steady untuk setiap kecepatan putar mesin.

3. Menentukan lama buka injektor teoritis campuran udara-bahan bakar stokiometri (Lambda = 1) berdasarkan pengambilan data awal berupa tekanan

intake manifold, temperatur udara masuk, dan

efisiensi volumetris hasil perhitungan langkah kedua. Debit injektor telah diketahui dengan rumus teoritis yang ada.

4. Pengujian dimulai dari campuran yang rich, dan

diarahkan ke kondisi lean, dan hasil eksperimen ini

(3)

3. Hasil dan Pembahasan

Analisis Desain Penempatan Injektor hasil simulasi

CFD. Simulasi CFD ini menyatakan proses

penginjeksian bahan bakar sesaat, dimana hasil simulasi menunjukan distribusi aliran bahan bakar yang

diinjeksikan secara terputus-putus (intermittent).

Pada Gambar 1 dan 2, adalah hasil simulasi CFD yang

dilakukan pada elbow dari intake manifold dimana

terjadi proses percampuran udara dengan bahan bakar

yang diinjeksikan. Elbow memiliki diameter dalam 10

mm, dan diameter luar 40 mm. Diameter intake 30 mm.

Tekanan intake manifold dianggap konstan antara inlet

dan outlet dan beda tekanan injektor dengan intake

selalu 2,5 bar. Pada tahap ini, simulasi dilakukan dua

kali, pada tekanan intake -54 kPa dan 0 kPa. Dari hasil

simulasi CFD ini diketahui bahwa desain yang dibuat mampu menghasilkan campuran udara-bahan bakar yang cukup homogen (merah-orange). Ini membuktikan

bahwa desain intake manifold bantuan CFD tersebut

cukup baik dari segi pencampuran udara-bahan bakar.

Data simulasi CFD adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kontur Konsentrasi Bahan Bakar pada

tekanan intake manifold elbow -54 kPa

Gambar 2. Kontur Konsentrasi Bahan Bakar pada

tekanan intake manifold elbow 0 kPa

Analisis Efisiensi Volumetris, data-data diambil pada

kondisi kecepatan putaran mesin yang tetap untuk setiap titik data.

Dari Gambar 3, dapat diketahui bahwa kecepatan

rendah tekanan intake berkisar -56 kPa. Dan pada

kondisi putaran tertinggi tekanan intake -16 kPa. Namun

demikian kenaikan tekanan intake manifold tidak

menunjukan kenaikan yang kontinyu. Kenaikan tekanan

intake berfluktuasi, hal ini disebabkan oleh karena

kondisi mesin belum pada keadaan steady. Efisiensi

volumetris maksimal yang dapat tercapai 1,100 pada kecepatan 2500 rpm dan 3500 rpm, dan efisiensi volumetris minimal 0,755 pada kecepatan 8000 rpm. Setelah mencapai nilai maksimal di kecepatan 3500 rpm, efisiensi volumetris turun secara kontinyu dan berkisar pada nilai 0,800. Penurunan efisiensi volumetris ini dapat disebabkan oleh gesekan yang makin besar.

Analisis Campuran Udara-Bahan Bakar, berdasarkan data hasil perhitungan teoritis dan hasil pengujian eksperimental, durasi bukaan injektor ditampilkan pada Gambar 4.

0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2

2000 2500 3000 3500 4000 4200 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500

N(rpm)

Ef

f V

o

l.

-60 -50 -40 -30 -20 -10 0

p

(kP

a)

eff vol. p(kPa)

Gambar 3. Karakteristik Efisiensi Volumetris dan

tekanan Intake Manifold

0 0.5 1 1.5 2 2.5

00:51.5 00:55.8 01:00.1 01:04.5 01:08.8 01:13.1 01:17.4 01:21.7 01:26.1 01:30.4

Time

t(

m

sec)

t teori t aktual

Poly. (t teori) Poly. (t aktual)

(4)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

00:51.5 01:00.3 01:09.3 01:18.2 01:27.2

Time N( rp m ) 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 1.600 La m bda

N(rpm) Lambda Poly. (Lambda)

Gambar 5. Perubahan Nilai Lambda

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

02:05.8 02:06.7 02:07.6 02:08.5 02:09.4 02:10.3 02:11.0

Time N(r p m ) -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 p (kP a)

N(rpm) p(kPa) Poly. (N(rpm)) Poly. (p(kPa))

Gambar 6. Karakteristik intake saat stasioner pada

kecepatan tinggi 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500

02:05.8 02:06.7 02:07.6 02:08.5 02:09.4 02:10.3 02:11.0

Time t( m sec) 0.8280 0.8290 0.8300 La m bda

t(msec) Lambda Poly. (t(msec)) Poly. (Lambda)

Gambar 7. Grafik durasi injektor dan lambda saat

stasioner kecepatan tinggi

Dari Gambar 5, maka dapat diketahui bahwa nilai durasi buka injektor aktual didapat lebih besar dibandingkan nilai durasi buka injektor teoritis. Nilai durasi buka injektor aktual ini adalah nilai minimal yang dapat dicapai sebelum mesin cenderung untuk mati. Hal ini

disebabkan untuk campuran yang lebih lean, proses

pembakaran menjadi sangat lambat, delay period

meningkat dan terjadi pembakaran parsial, akibatnya variasi pembakaran didalam silinder semakin fluktuatif. Dari referensi yang ada [3], dijelaskan pada putaran

rendah beda tekanan intake manifold dengan exhaust

manifold adalah sangat besar. Sehingga gas sisa

pembakaran akan mengalir dari silinder ke intake

manifold, dan mengakibatkan presentase gas sisa

pembakaran meningkat pada kondisi idle, yang akan

mengencerkan (diluted) fresh mixture yang masuk ke

silinder.

Dari Gambar 6 dan 7 pada 7000 rpm dapat dianalisis diketahui bahwa pada kecepatan putar yang tinggi,

tekanan intake manifold berfluktuasi pada amplitudo

yang tinggi. Fluktuasi ini dapat disebabkan aliran udara yang berkecepatan tinggi dan siklus buka-tutup katup masuk yang menyebabkan terjadinya inersia aliran udara yang tinggi dan menimbulkan gelombang tekanan

yang berfluktuasi dan mempengaruhi tekanan intake

manifold. Terlihat kecenderungan bukaan injektor

sebanding dengan tekanan intake manifold. Garis

persamaan polinomial durasi buka injektor dan tekanan

intake manifold menunjukan periode yang sama. Terjadi

2200 2300 2400 2500 2600 2700 2800

01:31.6 01:32.5 01:33.4 01:34.3 01:35.3

Time N( rp m ) -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 p (kP a)

N(rpm) p(kPa) Poly. (N(rpm)) Poly. (p(kPa))

Gambar 8. Karakteristik intake saat stasioner pada kecepatan rendah 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000

01:31.6 01:32.5 01:33.4 01:34.3 01:35.3

Time t( m s e c ) 0.7690 0.7700 0.7710 La m b da

t(msec) Lambda Poly. (t(msec)) Poly. (Lambda)

Gambar 9. Grafik durasi injektor dan lambda saat

(5)

beberapa keterlambatan respons injektor terhadap

tekanan intake manifold yang sangat berfluktuasi.

Dari Gambar 8 dan 9 dapat diketahui bahwa pada

kecepatan yang rendah kevacuuman yang tinggi terjadi

didalam intake manifold. Hal ini menyebabkan aliran

udara yang lebih kontinyu, sehingga mengakibatkan amplitudo pulsa tekanan akan lebih kecil dibandingkan dengan kondisi mesin pada kecepatan tinggi. Untuk kecepatan putar mesin yang rendah durasi buka injektor

diatur cenderung lebih rich. Hal ini diperlukan untuk

menjaga operasi mesin yang stabil.

Pada saat mesin berakselerasi dari kecepatan putar 5280 rpm ke sekitar 8000 rpm, didapatkan data kecepatan

putar, tekanan intake manifold, dan durasi buka injector

sehingga dapat dihitung nilai lambda saat akselerasi.

Dari Gambar 10 dan 11 dapat diketahui bahwa terjadi

keterlambatan respons perubahan tekanan intake

manifold terhadap perubahan putaran mesin. Hal ini

disebabkan volume intake manifold yang terbatas

sehingga tingkat tekanan didalam manifold bertambah

dengan lebih lambat. Akibatnya perbedaan tekanan

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

01:04.8 01:05.7 01:06.6 01:07.5

Time N(r p m ) -50 -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 p( k P a )

N(rpm) p(kPa) Poly. (p(kPa)) Poly. (N(rpm))

Gambar 10. Karakteristik intake saat akselerasi

1.65 1.70 1.75 1.80 1.85 1.90 1.95 2.00 2.05 2.10 2.15

01:04.8 01:05.7 01:06.6 01:07.5

Time t( m sec) 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 La m b d a

t(msec) Lambda Poly. (t(msec)) Poly. (Lambda)

Gambar 11. Grafik durasi injektor dan lambda saat

akselerasi

antara kondisi awal dan akhir pada perubahan throttle

menjadi lebih besar. Durasi buka injektor menunjukan kenaikan, tetapi tidak sebanding dengan kenaikan

tekanan intakemanifold, hal ini dikarenakan pengaturan

campuran udara-bahan bakar yang lebih lean pada

kondisi kecepatan putar mesin yang lebih tinggi dan

juga tekanan intake yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil eksperimen pada saat mesin berdeselerasi dari 3960 rpm ke 2700 rpm, didapatkan

data kecepatan putar, tekanan intake manifold, dan

durasi buka injektor sehingga dapat dihitung nilai Lambda pada saat deselerasi.

Dari Gambar 12 dan 13 dapat diketahui bahwa pada saat

deselerasi tekanan intake manifold secara keseluruhan

turun dengan drastis dan sebanding dengan turunya

kecepatan putar mesin. Fluktuasi tekanan intake

manifold masih tetap terjadi. Pada akhir deselerasi

tekanan intake akan mengalami kenaikan untuk menuju

kondisi steady pada putaran rendah. Hal ini diikuti oleh

durasi buka injektor, namun penurunan dan kenaikan

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

01:28.2 01:29.1 01:30.2 01:31.1 01:31.9 01:32.9

Time N(r p m ) -90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 p( k P a )

N(rpm) p(kPa) Poly. (N(rpm)) Poly. (p(kPa))

Gambar 12. Karakteristik Intake Manifold saat

Deselerasi 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

01:28.2 01:29.1 01:30.2 01:31.1 01:31.9 01:32.9

Time t( m se c) -90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 La m b da

t(msec) Lambda Poly. (t(msec)) Poly. (Lambda)

(6)

tekanan intake ini tidak sebanding dengan durasi buka injektor. Oleh karena durasi buka injektor diatur untuk

menghasilkan campuran yang lebih rich pada kecepatan

putar mesin uang rendah. Sehingga Lambda pada putaran rendah akan lebih rendah dibandingkan pada putaran tinggi.

4. Kesimpulan

Dari pembahasan berdasarkan simulasi dan pengamatan

data pengujian maka diketahui pengaruh desain intake

manifold terhadap efisiensi volumetris dan karakteristik

kerja mesin. Berdasarkan analisis tersebut dapat

disimpulkan bahwa desain intake manifold model elbow

dengan bantuan simulasi CFD mampu menghasilkan campuran udara-bahan bakar yang cukup homogen. Ini

membuktikan bahwa desain intake manifold bantuan

CFD tersebut sangat baik dari segi pencampuran

udara-bahan bakar. Desain intake manifold dengan bantuan

simulasi CFD ini, menghasilkan efisiensi volumetris yang cukup baik, khususnya pada kecepatan rendah. Pada mesin 4 langkah satu silinder ini terjadi fluktuasi tekanan masuk yang besar terutama pada kecepatan putar mesin yang tinggi. Fluktuasi ini dapat menyebabkan keterlambatan respons alat. Pada penelitian ini, yang menggunakan kondisi mesin tanpa

beban diperoleh nilai Lambda yang tidak dapat mencapai nilai stoikiometri. Nilai Lambda yang didapat adalah parameter batas operasi mesin yang stabil.

Terjadi keterlambatan respons perubahan tekanan intake

manifold terhadap perubahan kondisi mesin sehingga

perlu dikembangkan bentuk geometri manifold dan

perletakkan injektor yang lebih optimal.

Ucapan Terima Kasih

Kepada Bayu Priyantoro ST dan dilanjutkan oleh Indra Nugroho yang telah mengambil topik skripsi dalam riset ini atas seluruh kerja keras dan dedikasinya.

Daftar Acuan

[1] J.B. Heywood, Internal Combustion Engine

Fundamentals, McGraw Hill Int. Ed., New York, 1988, p.151.

[2] J.H. Weaving, Internal Combustion Engineering:

Science and Technology,

Elsevier Applied

Science

, London, 1990, p.223.

[3] A.A. Quader, SAE Technical Papers No.760760,

Figure

Gambar  2.  Kontur Konsentrasi Bahan Bakar pada  tekanan intake manifold elbow 0 kPa
Gambar  7.  Grafik durasi injektor dan lambda saat  stasioner kecepatan tinggi
Gambar 10. Karakteristik intake saat akselerasi

References

Related documents

Completed in 1958 on Park Avenue in midtown Manhattan, the Seagram, designed by Mies van der Rohe, was famously described by the late architectural historian Manfredo Tafuri

CPSA = College of Physicians and Surgeons of Alberta; DND = Department of National Defence Canadian Armed Forces drug benefit plan; DPP = duplicate prescription pad; NIHB =

To see the adverse yaw, do one of the following: (1) Fly the plane up- wind and when in front of you, roll the plane left or right with aileron, or (2) Fly the plane upwind and

There are 100 possible winning numbers and since each has the same chance of being chosen, we assign a probability of 1/100 = .01 to each number. Suppose we want to find

Ground penetrating radar and electrical resistivity were used to collect stratigraphic data within and near six sandhill wetlands and a wetland-pond complex in west-central Florida

I dette studiet er det ingen fasit på stammens faktiske form, men alle målemetodene underestimerte estimatet for grunnflateareal i forhold til måling med målebånd.. Pulkinnen

Before a group leaves school the school office must be provided with a list of pupils participating in the visit and accompanying adults (with emergency contact numbers for

During the STAAARTE 96 Hellen aircraft campaign the lidar ALTO together with in situ measurements examined the ozone and aerosols variability in the lower