• No results found

Text ABSTRAK pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2020

Share "Text ABSTRAK pdf"

Copied!
65
0
0

Loading.... (view fulltext now)

Full text

(1)

ANALISIS KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DI KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

CITRA GINATRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

QUALITY SETTLEMENT ANALYSIS USING QUICKBIRD IMAGES IN BETUNG SELATAN BAY DISTRICT BANDAR LAMPUNG CITY

By

Citra Ginatri

(3)

Kelurahan. Data collection is done through image interpretation, field measurements, and documentation. The results of the study in the form of a map of the quality of settlements in the District of Teluk Betung Selatan Bandar Lampung City and distribution of settlement quality based on a map of the quality of settlements. Settlement quality is divided into three classes, namely good settlement quality 27.50 ha, moderate settlement quality with an area of 123.69 ha, bad quality with an area of 51.33 ha. The distribution of good settlement quality is only found in Gedong Pakuon Village, the quality of medium settlement is mostly found in Talang Village and Pesawahan Village, and the bad settlement quality is in Pesawahan Village.

(4)

ABSTRAK

ANALISIS KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DI KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Citra Ginatri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis kualitas permukiman di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung berdasarkan beberapa paremeter penentu yang di interpretasikan melalui citra Quickbird. Desain pada penelitian ini menggunakan gabungan teknik interpretasi citra dan teknik pengukuran lapangan. Teknik interpretasi citra dilakukan untuk melihat sebagian variabel kualitas lingkungan permukiman didaerah penelitian yaitu kepadatan permukiman, tata letak bangunan, lebar jalan dengan menggunakan citra

(5)

permukiman ada di Kelurahan Teluk Betung, Kelurahan Gedong Pakuon, Kelurahan Pesawahan, Kelurahan Talang, dan Kelurahan Gunung Mas. Pengumpulan data dilakukan melalui interpertasi citra, pengukuran lapangan dan dokumentasi. Hasil penelitian berupa peta kualitas permukiman di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung dan persebaran kualitas permukiman berdasarkan peta kualitas permukiman. Kualitas permukiman dibedakan menjadi tiga kelas yaitu kualitas permukiman baik 27,50 ha, kualitas permukiman sedang dengan luas 123,69 ha, kualitas buruk dengan luas 51,33 ha. Persebaran kualitas permukiman baik hanya terdapat di Kelurahan Gedong Pakuon, kualitas permukiman sedang tersebar paling banyak terdapat di Kelurahan Talang dan Kelurahan Pesawahan, dan kualitas permukiman buruk paling banyak tersebar di Kelurahan Pesawahan.

(6)

ANALISIS KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN MENGGUNAKAN

CITRA QUICKBIRD DI KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh Citra Ginatri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)
(10)

RIWAYAT HIDUP

Citra Ginatri dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 1 April 1997, sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara dari Alm. Bapak Abdul Gani dan Ibu Siti Ayuda.

Penulis menyelsaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Kartika II-6 Kota Bandar Lampung pada tahun 2004, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 14 Kota Bandar Lampung pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bandar Lampung pada tahun 2013. Tahun 2015, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur mandiri.

(11)

MOTTO

“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah,

dan jangan malas (patah semangat)”

(HR. Muslim)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(Q.S. Asy Syarh: 5-6)

“Sesulit apapun harimu ingatlah pada allah dan ibumu, percayalah

kau bisa melaluinya”

(12)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan

karunia dan nikmat-Nya, dengan kerendahan hati kupersembahkan karya kecilku

ini untuk :

Ayahanda (Alm. Abdul Gani ) dan Ibundaku (Sti Ayuda) tercinta

yang doa nya selalu mengalir untukku, selalu menyayangi, selalu memberikan

yang terbaik untukku. Terima kasih atas segala pengorbanan, semangat yang

selalu diberikan, dan kasih sayang yang selalu Ayah dan Ibu curahkan untukku.

Kakak Pertamaku (Dewi Martayani) dan Kakak Keduaku (Ayu Indriyani) tercinta

yang senantiasa memberikan keceriaan dan semangat untuk menantikan

keberhasilanku.

(13)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, dengan judul penelitian “Analisis Kualitas Permukiman Dengan Menggunakan Citra QUICKBIRD di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung”.

Penulis menyadari bahwasanya terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik moral maupun material. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama.

3. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan.

(14)

6. Bapak Dr. Sugeng Widodo, M.Pd., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi nasihat, motivasi, kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

8. Bapak Listumbinang Halengkara, S.Si., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi nasihat, perhatian, dan motivasi kepada penulis demi terselesaikannya skrispsi ini.

9. Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama menyusun skripsi ini.

10. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

11. Kepala Camat dan Staff Kecamatan Teluk Betung Selatan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung.

(15)

13. Sahabat sekaligus teman seperskripsianku Nor Achidah Fitri, yang telah menemani dan memberikan semangat mengerjakan skripsi hingga terselesaikannya skripsi ini.

14. Dino Satria Wibowo, yang telah mendengarkan keluh kesahku dan memberi semangat serta motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.

15. Teman dekatku semasa kuliah M. Edwansyah Rissal, Oktavia Dian Permatasari, dan Julius Siahaan, yang setia mengajariku dalam mengerjakan tugas selama berkuliah.

16. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 di Program Studi S1 Pendidikan Geografi Universitas Lampung, terima kasih atas kebersamaannya, pengalaman berbagi susah dan duka dalam menuntut ilmu dan menggapai impian.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandar Lampung, 05 Februari 2020 Penulis,

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ... xv

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Gambar ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Pengertian dan Pendekatan Geografi ... 8

2. Ruang Lingkup Studi Geografi Permukiman ... 9

3. Pengertian Permukiman di Lingkungan Permukiman ... 10

4. Kualitas Permukiman ... 11

5. Parameter Kualitas Permukiman ... 12

6. Penginderaan Jauh ... 16

7. Interpretasi Citra ... 18

8. Citra Quickbird... 21

9. Sistem Informasi Geografi ... 22

B. Kajian Penelitian Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

C. Variabel Penelitian ... 32

(17)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Interpretasi Citra Quickbird ... 35

2. Pengukuran Lapangan ... 36

3. Dokumetasi ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 37

1. Pengharkatan Parameter Kualitas Permukiman ... 37

2. Pengujian Tingkat Akurasi Interpretasi Citra ... 37

3. Penilaian Kelas Kualitas Permukiman ... 38

G. Diagram Alur Penelitian ... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

1. Letak, Luas dan Batas Wilayah... 41

2. Topografi Dan Iklim ... 42

3. Kondisi Sosial Ekonomi ... 45

B. Hasil dan Pembahasan ... 45

1. Kepadatan Permukiman ... 45

2. Tata Letak Bangunan ... 52

3. Lebar Jalan Masuk ... 59

4. Kondisi Permukaan Jalan ... 64

5. Pohon Pelindung ... 69

6. Hasil Identifikasi Tingkat Kualitas Permukiman ... 72

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 82

B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Teluk Betung Selatan dari

Tahun 2013-2017 ... 3

2. Parameter Klasifikasi dan Harkat Parameter Kualitas Permukiman ... 15

3. Penelitan yang Relevan ... ……….…24

4. Sampel pada masing-masing Kelas ... 32

5. Parameter Klasifikasi dan Harkat Paremeter Kualitas Lingkungan ... 34

6. Matriks Uji Akurasi Hasil Interpreatasi ... 38

7. Klasifikasi Kelas Kualitas Permukiman... 39

8. Hasil Interpretasi Citra Parameter Kepadatan Permukiman ... 45

9. Uji Ketelitian Kepadatan Permukiman ... 47

10.Perbandingan Kepadatan Permukiman Berdasarkan Kenampakan Objek Pada Citra Dan Kenampakan Objek Pada Lapangan ... 48

11.Luas dan Persentase Variabel Kepadatan Permukiman di Lima Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 49

12.Jumlah blok Permukiman berdasarkan Kepadatan Permukiman Per Kelurahan ... 50

13.Hasil Interpretasi Citra Parameter Tata Letak Bangunan ... 52

14.Uji Ketelitian Tata Letak Bangunan . ... 54

15.Perbandingan Pola permukiman Berdasarkan Kenampakan Objek Pada Citra Dan Kenampakan Objek Pada Lapangan ... 55

16.Luas dan Persentase Variabel Tata Letak Bangunan di Lima Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 56

(19)

18.Hasil Interpretasi Citra Parameter Lebar Jalan Masuk. ... 59 19.Uji Ketelitian Lebar Jalan Masuk ... 61 20.Perbandingan Lebar Jalan Berdasarkan Kenampakan Objek Pada

Citra Dan Kenampakan Objek Pada Lapangan ... 62 21.Luas dan Persentase Variabel Lebar Jalan Masuk di Lima Kelurahan

di Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 63 22.Jumlah blok Permukiman berdasarkan Lebar Jalan Masuk Per

Kelurahan ... 63 23.Hasil Pengukuran Lapangan Parameter Kondisi Permukaan.Jalan ... 66 24.Luas dan Persentase Variabel Kondisi Permukaan Jalan di Lima

Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 66 25.Jumlah blok Permukiman berdasarkan Kondisi Permukaan Jalan Per

Kelurahan ... 66 26.Perbandingan Kondisi Permukaan Jalan Berdasarkan Kenampakan

Objek Pada Citra Dan Kenampakan Objek Pada Lapangan ... 67 27.Hasil Pengukuran Lapangan Parameter Pohon Pelindung ... 69 28.Luas dan Persentase Variabel Pohon Pelindung Jalan di Lima

Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 69 29.Jumlah blok Permukiman berdasarkan Pohon Pelindung Jalan Per

Kelurahan ... 70 30.Perbandingan Pohon Pelindung Jalan Berdasarkan Kenampakan

Objek Pada Citra Dan Kenampakan Objek Pada Lapangan ... 71 31.Hasil Interpretasi Citra Tingkat Kualitas Permukiman di Kecamatan Teluk

Betung Selatan Bandar Lampung... 72 32.Uji Ketelitian Tingkat Kualitas Permukiman Per Kelurahan ... 74 33.Perhitungan Omisi Komisi Uji Ketelitian Tingkat Kualitas Permukiman ... 74 34.Luas dan Persentase Blok Permukiman di Lima Kelurahan di Kecamatan

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangkan Pikir Penelitian ... 27 2. Peta Blok Permukiman Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota

Bandar Lampung ... 30 3. Peta Lokasi Sampel Penelitian ... 33 4. Diagram Alur Penelitan ... 40 5. Peta Administrasi Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar

Lampung ... 43 6. Citra Quickbird Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar

Lampung ... 44 7. Peta Hasil Interpretasi Kepadatan Permukiman Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung ... 46 8. Peta Kepadatan Permukiman Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kota Bandar Lampung ... 51 9. Peta Hasil Interpretasi Tata Letak Permukiman Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung ... 53 10. Peta Tata Letak Permukiman Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kota Bandar Lampung ... 58 11. Peta Hasil Interpretasi Lebar Jalan Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota

Bandar Lampung ... 60 12. Peta Lebar Jalan Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar

Lampung ... 65 13. Peta Kondisi Permukaan Jalan Kecamatan Teluk Betung Selatan

(21)

14. Peta Kondisi Permukaan Jalan Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kota Bandar Lampung ... 73

15. Kondisi Permukiman Kualitas Baik. ... 77

16. Kondisi Permukiman Kualitas Sedang ... 78

17. Kondisi Permukiman Kualitas Buruk ... 79

18. Kondisi Permukiman Sekitar Sungai di Kelurahan Pesawahan... 80

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandar Lampung selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, pada tahun 2010-2015 Kota Bandar Lampung mengalami peningkatan laju pertumbuhan penduduk sekitar 2,04 % dan merupakan laju pertumbuah penduduk yang paling tinggi di Provinsi Lampung. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Kota Bandar Lampung ini dapat menyebabakan berbagai masalah. Hal tersebut dikarenakan penduduk yang tumbuh secara cepat disuatu daerah akan menyebabkan tekanan penduduk di daerah tersebut menjadi tinggi. Semakin meningkatnya jumlah penduduk di suatu tempat maka akan meningkat pula kebutuhan sumber daya alam yang diperlukan (Djuahari Noor, 2006).

(23)

Pertumbuhan penduduk tersebut dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor alami dan faktor urbanisasi yang tidak terkendali.

Tingginya pertumbuhan penduduk di kota disebabkan karena kota merupakan pusat kegiatan manusia dan menawarkan berbagai kesempatan yang lebih baik dari pada di daerah pedesaan, sehingga tidak mengherankan jika terjadi banyak penduduk pedesaan yang melakukan migrasi ke kota untuk memperbaiki kehidupan dan sebagai akibatnya maka laju pertumbuhan penduduk kota berlangsung sangat cepat, dan hal inilah yang menimbulkan berbagai masalah dalam pengadaan dan penataan ruang untuk permukiman, pendidikan, perdagangan, rekreasi, industri, olahraga, dan ekonomi (Bintarto, 1987).

Tahun 2017 Kota Bandar Lampung memiliki jumlah penduduk sebesar 1.015.910 jiwa. Jumlah penduduk ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 992.728 jiwa. Banyaknya jumlah penduduk yang bertempat tinggal di Kota Bandar Lampung tersebut mengakibatkan semakin menyempitnya lahan permukiman di Kota Bandar Lampung. Kebutuhan akan rumah tiap tahunnya selalu meningkat dikarenakan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat sedangkan lahan permukiman di Kota Bandar Lampung semakin menyempit. Bila permukiman di Kota Bandar Lampung terus berkembang secara alami tanpa adanya perencanaan yang baik dapat mengakibatkan tidak teraturnya letak rumah dan tidak memenuhi syarat kesahatan baik dari segi kontruksi maupun fasilitas, yang dapat berdampak terhadap kesehatan masyarakatnya.

(24)

yang berbeda-beda. Masyarakat yang memiliki kondisi perekonomian rendah akan membangun rumah dengan kemampuan mereka sendiri dan menyampingkan syarat minimum rumah yang baik pada permukiman yang ditinggali dan menyebabkan kualitas permukiman yang buruk dibeberapa daerah permukiman di Kota Bandar Lampung.

Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kota Bandar Lampung yang mengalami peningkatan penduduk tiap tahunnya karena kecamatan ini merupakan kecamatan yang dekat dengan pusat Kota Bandar Lampung. Hal ini menyebabkan banyaknya minat masyarakat untuk tinggal dan menetap di Kecamatan Teluk Betung Selatan.

Berikut tabel jumlah penduduk di Kecamatan Teluk Betung Selatan 5 tahun terakhir :

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Teluk Betung Selatan Dari Tahun 2013-2017.

No Tahun Jumlah

Penduduk

Kepadatan Penduduk Per Km2

1. 2013 37.864 9.991

2. 2014 38.615 10.189

3. 2015 39.353 10.383

4. 2016 40.103 10.581

5. 2017 46.528 12.277

Sumber : Kecamatan Dalam Angka 2018.

[image:24.595.112.456.580.663.2]
(25)

peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi yaitu 1.696 jiwa. Kecamatan Teluk Betung Selatan memiliki luas wilayah 3,79 km2 dengan kepadatan penduduk sebesar 12.277 jiwa per km2 merupakan salah satu kepadatan penduduk tertinggi di Kota Bandar Lampung.

Tingginya kepadatan penduduk dan penggunaan lahan yang didominsai oleh permukiman menjadikan Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung merupakan daerah yang rentan terhadap daerah permukiman kumuh dan memiliki kualitas lingkungan permukiman yang kurang baik. Hal ini harus cepat ditanggulangi sehingga tidak terjadi pemerosotan kualitas lingkungan lebih lanjut yang berakhir menjadi permukiman kumuh. Dari 6 kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan terdapat 5 kelurahan yang memiliki daerah permukiman yang cukup padat yaitu Kelurahan Teluk Betung, Kelurahan Gedong Pakuon, Kelurahan Pesawahan, Kelurahan Talang, Kelurahan Gunung Mas.

Oleh karena itu maka diperlukan pengkuran dan evaluasi terhadap kualitas lingkungan permukiman. Akan tetapi persoalannya kemudian adalah pengukuran dan evaluasi memerlukan biaya yang tinggi, tenaga yang banyak dan waktu yang lama, mengingat lingkungan didaerah perkotaan sangat padat dan ramai, maka dari itu diperlukan metode yang dapat mengatasi kendala-kendala tersebut. Salah satu metode yang paling populer untuk mengetahui kualitas permukiman adalah dengan pemanfaatan data penginderaan jauh.

(26)

ingin diteliti atau diuji. Citra penginderaan jauh dapat memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran dan evaluasi kualitas lingkungan permukiman.

Salah satu citra yang dapat digunakan untuk melihat parameter kualitas lingkungan merupakan citra Quickbird. Citra Quickbird memiliki resolusi spasial 0,6 meter pada sensor pankromatik, sedangkan untuk sensor multispectral memiliki reoslusi spasial 2,4 meter (Purwadhi dan Sanjoto 2008 dalam Gayuh Supakat, 2018). Resolusi citra yang tinggi tersebut dapat menyajikan ketelitian data yang cukup akurat untuk mengidentifikasi perameter kualitas lingkungan permukiman seperti kepadatan permukiman, keteraturan banguan, lebar jalan masuk. Proses pengidentifikasian parameter dilakukan dengan interpretasi visual dengan memanfaatkan perangkat sistem informasi geografis (SIG), sehingga dapat menghasilkan informasi baru yaitu berupa peta persebaran kualitas lingkungan permukiman.

(27)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah analisis kualitas permukiman di Kecamatan Teluk Betung Selatan berdasarkan parameter kepadatan permukiman, tata letak bangunan, lebar jalan masuk, kondisi permukaan jalan, pohon pelindung jalan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui analisis kualitas permukiman di Kecamataan Teluk Betung Selatan berdasarkan parameter kepadatan permukiman, tata letak bangunan, lebar jalan masuk, kondisi permukaan jalan, pohon pelindung jalan..

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai pengetahuan dan wawasan sebagai referensi sampingan dalam belajar penginderaan jauh khususnya dalam pemanfaatan citra Quickbird.

(28)

2. Ruang lingkup subjek adalah tingkat kepadatan permukiman, tingkat tata letak bangunan, tingkat lebar jalan masuk, tingkat kondisi permukaan jalan, tingkat pohon pelindung jalan.

3. Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung.

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian dan Pendekatan Geografi

Geografi berasal dari bahasa yunani yaitu geo(s) dan graphien. Geo(s) dapat berarti bumi, sedangkan graphien berarti menggambarkan, mendeskripsikan, maupun menceritakan. Ruang lingkup geografi bukan hanya terkait wujud fisik bumi saja tapi juga mencangkup gejala dan proses yang terjadi di dalamnya (Muh Aris Maftai, 2015).

Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) (dalam Budiyono 2011) Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Sedangkan, menurut Bintarto (1977) geografi adalah ilmu pengetahuan yang menceritakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam, dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dan unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.

Menurut Sumarni, 2012 dalam geografi terdapat 3 pendekatan yaitu sebagai berikut :

1. Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)

(30)

organisme hidup yang penting dalam proses interaksi. Oleh karena itu timbul pengertian ekologi dimana dipelajari interaksi antar manusia dan manusia dengan lingkunganya.

3. Pendekatan Kompek Wilayah (Regional Complex Approach)

Pendekatan ini merupakan kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi yang disebut menjadi analisis kompleks wilayah. Pada analisis pendekatan ini, diperhatikan pula mengenai persebaran fenomena tertentu (analisis keruangan) dan interaksi antar variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitanya analisis ekologi.

2. Ruang Lingkup Studi Geografi Permukiman

Ilmu geografi adalah suatu ilmu yang bersifat human oriented, maka pengertian permukiman selalu dikaitkan dengan eksistensi manusia sebagai objek dalam lingkungan (Hadi Sabari Yunus, 2007). Sejak zaman dahulu manusia sudah membutuhkan tempat tinggal untuk berlangsungnya kehidupan sehari-hari, sehingga dikenal bentuk permukiman yang bersifat artifical maupun natural

dengan segala kelengkapanya yang dipergunakan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok, untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka menyelengarakan kehidupannya (Hadi Sabari yunus, 2007).

(31)

pendekatan ekologi (Ecological Approach), dan (3) pendekatan komplek wilayah (Regional Ecological Approach) (Hagget, 1972 dalam Hadi Sabari Yunus, 2007).

3. Pengertian Permukiman di Lingkungan Permukiman

Pada hakikatnya kehidupan manusia tadak lepas dari permukiman. Permukiman sendiri memiliki arti sempit yaitu tempat tinggal atau bangunan tempat tinggal. Dalam arti yang luas permukiman perihal tempat tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal (Hadi Sabari Yunus, 1987). Dari dua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa permukiman bukan hanya tempat berteduh saja, tetapi permukiman juga merupakan tempat berlangsungnya aktifitas manusia sehari-hari. Menurut Hadi Sabari Yunus (1987). Permukiman adalah suatu bentuk

artifical maupun natural dengan segala kelengkapannya yang dipergunakan oleh manusia, baik secara individu atau kelompok, untuk bertempat tinggal, baik sementara waktu ataupun menetap dalam untuk mealakukan aktifias kahidupannya sendiri.

(32)

objek penelitian ini masuk dalam kajian permukiman buatan atau (artifical) karena permukiaman yang terbentuk dalam proses pembentukanya terdapat campur tangan manusia. Adapun skala ruang lingkupnya, termasuk dalam skala permukiman meso, karena cakupan wilayahnya yang tidak terlalu luas (blok, perumahan, kecamatan).

4. Kualitas Permukiman

Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, yakni lingkungan hidup yang berada di luar kawasan lindung, baik itu berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan. Permukiman menurut UU no. 4 tahun 1992 :

“Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungantempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat yang mendukung kehidupan adan penghidupan. Satuan lingkungan permukima adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana, dan sarana lingkungan yang terstruktur.”

Mempelajari studi permukiman haruslah memerhatikan dua aspek terpenting, yaitu kondisi banguanan rumah itu sendiri dan juga lingkungan permukiman. Menurut Nurhadi 1989 (dalam jurnal Wahyu Tirto, 2013) :

(33)

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup didalam permukiman tersebut.”

Secara umum cara untuk menilai kualitas permukiman ada dua cara, yaitu cara terestrial dan menggunakan teknik penginderaan jauh. Penilaian terestrial dilakukan dengan melakukan dengan survei langsung ke lapangan untuk memperoleh informasi, sedangkan teknik penginderaan jauh yaitu dengan memanfaatkan citra satelit. Teknik penginderaan jauh lebih menguntungkan dari pada terestral dari segi waktunya karena dengan teknik penginderaan jauh akan memperoleh data lebih cepat dengan bantuan satelit.

5. Parameter Kulitas Permukiman

Kualitas permukiman memiliki parameter penentu dalam menentukan kualitas pada suatu permukiman. Parameter kualitas merupakan alat ukur baik atau tidaknya suatu permukiman. Perameter kualitas permukiman dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal.

(34)

(Soemarwoto 1991 dalam Wahyu Tirto 2013). Banyaknya bangunan pada lahan sempit menyebabkan terjadinya permukiman yang padat. Hal ini biasanya disebabkan banyaknya masyarakat yang ingin bertempat tinggal di daerah tersebut. Fasilitas yang lengkap dan dekat dengan pusat kota merupakan daerah yang paling banyak diminati masyarakat. Semakin banyaknya masyarakat tinggal pada daerah tersebut maka akan banyak pula bangunan yang dibangun dan mempersempit lahan non permukiman. Untuk mengkatagorikan kepadatan permukiman dihitung dengan cara melihat perbandingan keseluruhan atap rumah dan luas blok permukiman.

Sumber : (Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2006).

2. Tata Letak Bangunan

Tata letak bangunan merupakan pola letak bangunan dalam permukiman. Penilain tingkat kualitas permukiman biasanya dilihat dari keteraturan letak bangunan dan besar kecilnya bangunan dalam suatu permukiman (Ditjen Cipta Karya, 2006). Tata letak permukiman merupakan tolak ukur kualitas lingkungan permukiman semakin rapih tata letak bangunan disuatu lingkungan maka semakin baik pula kualitas permikiman dilingkungan permukiman tersebut. Tata letak banguan permukiman dapat dilihat dari perbandingan antara bangunan yang tertata teratur dengan luas permukiman.

(35)

Sumber : (Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2006).

3. Lebar Jalan Masuk

Lebar jalan masuk dapat diartikan sebagai lebar rerta badan jalan yang menghubungkan jalan lokal dengan jalan utama pada suatu blok unit permukiman tersebut (Soemarwoto 1991 dalam Wahyu Tirto 2013). Besar kecilnya lebar jalan masuk biasanya dipengaruhi bayaknya bangunan pada permukiman, semakin banyaknya bangunan pada suatu permukiman akan mempersempit jalan masuk permukiman karena jalan masuk pada area tersebut. Hal ini terjadi karena banyaknya area jalan yang dijadikan area permukiaman oleh masyarakat yang tinggal dilingkungan tersebut.

Selain ketiga parameter tersebut, berikut ini merupakan parameter pengukur kualitas permukiman. Namun dalam penilaiannya dilakukan melalui pengkuran langsung atau cek lapangan secara langsung kedaerah yang akan diteliti.

4. Kondisi Permukaan Jalan.

Kondisi permukaan jalan masuk adalah pengerasan permukaan badan jalan dengan aspal atau konblok yang dibedakan atas bahan pengeras jalan tersebut (Soemarwoto 1991 dalam Wahyu Tirto 2013). Baik dan buruknya kondisi permukaan jalan sangat berpengaruh untuk aksebilitas keluar dan masuk permukiman.

Tata Letak Bangunan = 𝑩𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒕𝒖𝒓

(36)

kendaraan bermotor dan penahan silau matahari bagi pengguna jalan (Soemarwoto 1991 dalam Wahyu Tirto 2013). Pohon pelindung jalan juga dimaksudkan untuk memperindah area lingkungan permukiman supaya lingkungan terlihat bersih dan asri.

Pengukuran tiap parameter kualitas lingkungan permukiman menurut Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2006 diklasifikasikan menjadi tiga kelas baik, sedang, buruk berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Parameter, Klasifikasi dan Harkat Parameter Kualitas Permukiman.

No. Parameter Kreteria Klarifikasi Harkat

1. Kepadatan

Permukiman Kepadatan rumah rata-rata pada suatu unit permukiman termasuk jarang (kepadatan <40%).

Tinggi 3

Kepadatan rumah rata-rata pada suatu unit permukiman termaksut sedang (kepadatan 40%-60%).

Sedang 2

Kepadatan rumah rata-rata pada suatu unit permukiman termasuk padat (kepadaran >60%).

Rendah 1

2. Tata Letak Bangunan >50% bangunan yang ada pada satuan unit permukiman tertata teratur.

Teratur 3

25%-50% bangunan yang ada pada satuan unit permukiman tertata teratur.

(37)

Sumber : Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2006.

6. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan

<25% bangunan yang ada pada suatu uni permukiman tertata teratur.

Tidak Teratur 1

3. Lebar Jalan Masuk

Lebar jalan masuk rata-rata >6m (dengan asumsi pada jalan tersebu dapat dilalui dua/tiga mobil secara bebas).

Baik 3

Lebar jalan masuk rata-rata 4m-6m (dengan asumsi pada jalan tersebut dapat dilalui satu dua mobil secara bebas).

Sedang 2

Lebar jalan masuk <4m. Buruk 1

4. Kondisi Permukaan

Jalan >50% Panjang jalan masuk yang ada pada unit permukiman di

perkeras dengan aspal atau semen. Diperkeras 3

25% - 50% panjang jalan masuk yang ada pada unit permukiman diperkeras dengan aspal atau semen.

Setengah

Diperkeras 2

<25% Panjang jalan masuk yang ada pada unit permukiman diperkeras dengan aspal atau semen.

Tiadak

Diperkeras 1

5. Pohon Pelindung

Jalan <50% jalan masuk yang ada pada unit permukiman dikanan kirinya ada pohon pelindung jalan.

Baik 3

25% - 50% jalan masuk yang ada pada unit permukiman dikanan kirinya ada pohon pelindung jalan.

Sedang 2

<25% jalan masuk yang ada pada unit permukiman dikanan kirinya ada pohon pelindung jalan.

(38)

tanpa terjun langsung ke lapangan yang ingin diteliti.

Penginderaan jauh yaitu teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan menganlisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khususnya berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan di permukaan bumi (Lilesand and Keifer dalam Dedy Miswar dan Listumbinang Halengkara, 2016).

Penginderaan jauh merupakan aktivitas untuk dapat, mengidentifikasikan, dan menganalisis objek atau kenampakan dengan mengunakan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery dalam Agus Suryanto, 2013) Tujuan dari penginderaan jauh merupakan adalah untuk menyadap data dan informasi dari citra foto dan non foto dari berbagai objek dipermukaan bumi yang direkam atau digambarkan oleh alat penginderaan jauh (sensor). Dasar-dasar interpretasi citra pengindraan jauh merupakan pengetahuan dasar yang harus dikuasai sebelum mempelajari dan melakukan interpretasi foto maupun non foto dalam bidang apapun.

Pemanfaatan penginderaan jauh semakin meningat pesat dalam penggunaanya selama di berbagai bidang. terdapat 6 hal peningkatan yang berlandasi oleh beberapa alasan (Dedy Miswar dan Listumbinang Halengkara, 2016) yaitu sebagai berikut :

(39)

permukaaan bumi, kemudian relatf lengkap dan meliputi daerah yang luas, permanen.

2. Jenis citra tertentu dapat di timbulkan gambar dimensional apabila pengamatannya menggunakan alat yang disebut stereoskop

3. karakteristik obyek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya.

4. Citra dapat di buat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestial.

5. Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana. 6. Citra dapat dibuat dengan periode ulang yang pendek.

Dengan beberapa alasan yang menjadi keunggulannya, maka saat ini penginderaan jauh telah digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu pemanfaatnya dalam bidang perencanaan wilayah. Dengan segala kelebihan yang dimiliki, penginderaan jauh yang diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) saat ini selalu digunakan dalam bidang perencanaan wilayah, seperti penentuan arah pengembangan satu wilayah, serta penentuan lokasi pembangunan dan model penembangan suatu wilayah.

Selain itu penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk memantau perubahan dengan cepat seperti pemekaran kota, pembukaan daerah hutan, perubahan kualitas lingkungan.

7. Interpretasi Citra

(40)

menginterpretasi objek pada citra. Unsur dasar pengenal citra adalah tanda-tanda pada untuk mengenal suatu benda atau objek. Menurut Soetoto, 2015 dalam interpretasi citra terdapat 8 unsur dasar pengenalan citra yaitu :

1. Rona

Rona adalah cerah-gelapnya citra yang mencerminkan ukuran banyak cahaya yang dipantulkan oleh suatu objek dan direkam oleh citra hitam-putih. Benda yang banyak memantulkan cahaya matahari akan tampak cerah, sedangkan yang menyerap cahaya matahari akan tampak abu-abu sampai gelap.

Way dalam Soetoto menyebutkan bahwa beragam rona dapat dibagi menjadi :

a. Rona seragam (uniform) ditunjuk oleh objek yang mempunyai tingkat kecerahan yang tinggi kecerahan sama disetiap bagian.

b. Rona mottled, tampak berupa rona cerah dan gelap dengan bentuk yang relative bundar dan berukuran relative sama, berselang-selang

c. Rona banded tampak berupa rona cerah dan gelap berselang-seling seperti berkas atau pita lurus atau meliuk-liuk.

d. Rona scrabbled, tampak berupa rona yang cerah dan gelap dengan bentuk yang tidak menentu dan ukuran bervariasi.

2. Tesktur

(41)

adalah drajat kekerasan atau kehalusan yang ditunjukan oleh citra. Tekstur sangat berkaitan erat dengan rona foto, bentuk, ukuran, dan pola.

3. Pola

Pola adalah susunan meruang yang teratur suatu objek mengenai kenampakan misalnya, pola aliran sungai, jaringan jalan, dan permukiman penduduk (Soetoto, 2015). Pola merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk mendeskripsikan tata ruang pada kenampakan di citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan beberapa objek alamiah. Hal ini membuat unsur pola penting untuk membedakan pola alamiah dan hasil budidaya manusia.

4. Bentuk

Bentuk adalah variabel kualitatif yang memamerkan konfigurasi atau kerangka suatu objek (Sutanto, 1989 dalam Soetoto 2015). Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dikenali berdasarkan bentuk saja.

5. Ukuran

Ukuran adalah atribut suatu objek berupa jarak, lebar, tinggi, luas, dan volume (Soetoto, 2015). Oleh karena ukuran objek pada citra merupakan fungsi skala, maka dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu di ingat skalanya.

6. Letak

(42)

objek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya objek yang lain.

8. Bayangan

Bayangan dapat digunakan untuk mengenal bentuk benda dari pandangan samping, sehingga membantu dalam interpretasi. Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada pada daerah gelap (Nur Hidayat, 2007).

8. Citra Quickbird

Citra Quickbird merupakan salah satu satelit sumber daya milik kerja sama Amerika Serikat dan Hitachi Jepang yang diluncurkan pada tanggal 18 Oktober 2001 oleh Vendenberg Air Force Base di California. Satelit ini mempunyai resolusi spasial yang sangat tinggi (0,65 m). Satelit QuicKbird ini biasanya mengambil citra dengan ketinggian 800 m. Resolusi Spasial yang dimiliki citra ini 0,65×0,65 mater untuk saluran pankromatik dan ±4m×4m untuk saluran multispektral (Nur Hidayat, 2007).

(43)

dibandingkan dengan citra satelit yang lainnya. Satelit lain yang mempunyai kemampuan setara dengan Quickbird adalah IKONOS (milik Amerika Serikat).

Menurut Edi Prahasta (2008) , citra pengindraan jauh mempunyai level pemrosesan yaitu sebegai berikut :

a. Basic Imagery

Basic imagery merupakan citra Quickbird yang mempunyai jumlah pengilahan yang paling sedikit (masih mentah). Produk ini baru mengalami koreksi terhadap sensor satelit dan koreksi radiometrik.

b. Standar Imagery

Standar imagery merupakan citra Quickbird yang suadah mengalami koreksi radiometrik, koreksi geometrik dan koreksi distorisi terhadap sensor dan sudah di proyeksi dalam peta

c. Orthorectified Imagery

Orthorectified imagery merupakan citra Quickbird yang mempunyai jumlah pengolahan yang paling lengkap yaitu telah mengalami koreksi radiometrik, geometrik dan topografis serta sudah di proyeksikan ke dalam suatu proyeksi peta.

9. Sistem Informasi Geografi

(44)

seperangkat alat yang kuat untuk mengumpulkan, menyimpan, menerima, mengubah, dan menampilkan data spasial dari dunia nyata (Lousbury dan Haring, 1971 dalam Muh Aris Marfai, 2015). Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. Data grafis/spasial ini merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi (kordinat) lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil interpretasi penduduk, catatan survey dan data statistik lainnya. Kumpulan data dalam jumlah besar dapat disusun menjadi basis data. Jadi dalam SIG juga dikenal adanya basis data yang lazim disebut sebagai basis data spasial (spatial database).

(45)

Jadi, faktor penyebab dari manusia yang merupakan elemen kunci dimensi manusia pada pengambilan keputusan, akan memberikan akibat pada lingkungan seperti meningkatkan pemakaian sumber daya alam, urbanisasi, industrialisasi, kontruksi, konsumsi energi dan lain-lain. Akibat yang terjadi pada manusia ini akan berpengaruh pada perubahan lingkungan, seperti perubahan penggunaan tanah, perubahan gaya hidup, degradasi tanah, polusi, perubahan iklim, dan lain-lain. Perubahan lingkungan itu dapat dipantau untuk meingkatkan kewaspadaan publik. Aplikasi SIG akan dapat sangat berguna untuk pemahaman yang lebih baik atas akibat pada menusia dengan perubahan lingkungan, selain aplikasi SIG juga membangun basis data.

Dimensi fisik/lingkungan yang dipantau dengan SIG dapat memberikan umpan balik pada manusia melalui analisis dan pengkajian untuk mendukung keputusan yang lebih baik (Murai 1990 dalam buku Muhamad Jafar, 2009).

[image:45.595.111.507.528.751.2]

B. Kajian Penelitian Relevan Tabel 3. Penelitian Yang Relevan

No Peneliti Judul Metode Hasil

1. Wahyu Tirto (2013)

Kajian Kualitas Permukiman dengan Citra Quickbird dan SIG di Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Interpretasi Citra Quickbird dan Kerja Lapangan.

- Peta Kualitas Lingkungan di Kecamatan Seragen Kota Surakarta.

- Permukiman disana memiliki tiga kelas kualitas permukiman yaitu baik, sedang, dam buruk. - Kualitas permukiman di

Kecamatan Serigen di dominasi dengan kualitas permukiman sedang. 2. Rahmad

Yuniawan (2011) Analisis Kondisi Kualitas Lingkungan Permukiman Menggunakan Citra Quickbird di Interpretasi Citra Quickbird dan Kerja Lapangan.

- Peta persebaran kondisi kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman - Analisis faktor-faktor

(46)

dan SIG di Kecamatan Batam Kota, Batam.

permukiman dengan kualitas sedang.

4. Gayuh Supakat (2018) Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Menganalisis Kualitas Lingkungan Permukiman Di Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan. Metode pengharkatan (scoring), dan kerja lapangan

- Permukiman di KecamatanPekalongan Selatan dengan kualitas baik dengan luas 60.9 Ha, kualitas sedang dengan luas 373.9Ha, dan kualitas buruk dengan luas 89.1 Ha. - Permukiman di Kecamatan

Pekalongan Selatan

didominasi oleh permukiman dengan kualitas sedang. 5. Satrio

Wisnu Swardhana (2013) Pemanfaatan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Tingkat Kualitas Permukimaan Metode kuantitatif berjenjang tertimbang

Penilaian dan pemetaan kualitas permukiman ini diharapkan mampu untuk menunjukkan persebaran kualitas permukiman di Desa Maguwoharjo DIY.

C. Kerangka Berpikir

Kota Bandar Lampung memiliki beberapa wilayah yang memerlukan perhatian dan penanganan khusus guna menghindari penurunan kulitas permukiman yang dapat berujung dengan munculnya permukiman kumuh. Salah satunya adalah Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Namun dalam penelitian ini hanya meneliti 5 Kelurahan yang di Kecamatan Teluk Betung Selatang Kota Bandar Lampung yaitu Kelurahan Teluk Betung, Kelurahan Gedong Pakuon, Kelurahan Pesawahan, Kelurahan Talang, dan Kelurahan Gunung Mas.

(47)

permukiman yaitu parameter kepadatan permukiman, parameter tata letak bangunan, dan parameter lebar jalan masuk. Sebagian parameter lainnya yaitu parameter kondisi permukaan jalan dan parameter pohon pelindung jalan dalam pengindentifikasiannya dengan menggunakan cara cek lapangan. Cek lapangan juga dilakukan untuk menguji ketelitian hasil interpretasi objek pada citra

Quickbird dan objek pada dunia nyata. Data yang terkumpul setelah cek lapangan diolah dengan metode pemberian harkat sehingga didapatkan data kualitas permukiman.

(48)
[image:48.595.118.490.80.482.2]

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian. Kualitas Lingkungan Permukiman

Peta Sebaran Kualitas Permukiman Di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung.

- Kelurahan Gunung Mas - Kelurahan Gunung Mas

Parameter penilaian kualitas permukiman secara interpretasi visual.

1. Kepadatan permukiman 2. Tata letak banguan 3. Lebar jalan

Parameter penilaian kualitas permukiman dengan cara cek lapangan.

(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitan yang digunakan pada penelitian ini adalah interpretasi citra

Quickbird dan teknik pengukuran lapangan. Teknik interpretasi citra dilakukan untuk melihat sebagian variabel kualitas lingkungan permukiman didaerah penelitian yaitu kepadatan permukiman, tata letak bangunan, lebar jalan masuk dengan menggunakan citra Quickbird. Sedangkan untuk dua variabel kualitas permukiman lainnya yaitu kondisi permukaan jalan dan pohon pelindung jalan menggunakan teknik pengkuran lapangan.

(50)

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh blok permukiman yang ada di Kelurahan Teluk Betung, Kelurahan Gedong Pakuon, Kelurahan Pesawahan, Kelurahan Talang, dan Kelurahan Gunung Mas. Untuk dapat mengetahui blok permukiman di 5 kelurahan tersebut diperlukan pemetaan blok permukiman kemudian membedakan blok permukiman dan blok non permukiman. Pada 5 kelurahan tersebut terdapat 66 blok permukiman yang dapat dijadikan populasi. Untuk dapat lebih jelas peta blok permukiman disajikan pada Gambar 2.

2. Sampel

(51)
[image:51.842.91.753.89.492.2]

Gambar 2. Peta Blok Permukiman Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung.

(52)

Kelurahan Gunung Mas Kota Bandar Lapung. Kepadatan permukiman yang akan dijadikan sampel memiliki tiga kelas yaitu kepadatan permukiman yang termasuk kelas jarang, kelas sedang dan kelas padat.

Dalam pengambilan titik sampel dalam penelitian ini haruslah dapat mewakili populasi yang ada. Maka dari itu digunakan rumus Solvin dalam pengambilan jumlah sampel, yaitu :

Keterangan :

n = Jumlah sampel. N = Jumlah populasi. e = Tingkat kesalahan.

Pada penelitian ini ditetapkan tingkat kesalahan sebesar 10% atau 0,1, maka didapatkan n =

= 39,76 yang dapat dibulatkan menjadi 40 unit

permukiman (unit pemetaan). Oleh karena itu jumlah titik sampel yang akan dicek di lapangan berjumlah 40 sampel. Sampel yang berjumlah 40 tersebut akan dibagi menjadi 3 kelas yaitu kepadatan permukiman kelas jarang, sedang dan rapat. Untuk mendapatkan sampel dengan masing-masing kelas sampel harus diitung terlebih dahulu dengan rumus berikut:

n =

𝑁

(53)
[image:53.595.112.530.225.340.2]

Berdasarkan rumus tersebut, berikut ini adalah hasil perhitungan sampel pada masing-masing kelas:

Tabel 4. Sampel Pada Masing-Masing Kelas.

Kelas Jumlah blok Jumlah sampel pada masing- masing kelas

Jarang 23

Sedang 12

Padat 31

Sumber : Analisis Data, 2019.

Untuk dapat lebih jelasnya peta lokasi sampel disajikan pada Gambar 3.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2016), “Variabel penelitian adalah segala sesuatu suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel dalam penelitian ini terbagi manjadi dua yaitu :

1. Variabel kualitas permukiman secara interpretasi visual yang berupa : a. Kepadatan permukiman

b. Tata letak bangunan c. Lebar jalan masuk

2. Variabel kualitas permukiman secara kerja lapangan yang berupa : a. Kondisi permukaan jalan

b. Pohon pelindung jalan.

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒔 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

(54)
[image:54.842.81.773.89.497.2]

Gambar 3. Peta Lokasi Sampel Penelitian Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung..

(55)

D. Definisi Oprasional Variabel

Definisi oprasional variabel merupakan definisi atau pengertian dari variabel penelitian yang bersifat oprasional. Definisi oprasional variabel diperlukan untuk mengukur variabel yang ingin diteliti. Definisi operasiaonal variabel pada penelitian ini :

[image:55.595.118.491.438.754.2]

Kualitas permukiman yang dimaksud pada penelitian ini merupakan kualitas permukiman yang dalam pengukurannya menggunakan lima parameter yaitu kepadatan permukiman, tata letak bangunan, lebar jalan masuk permukiman, kondisi pemukaan jalan permukiman dan pohon pelindung jalan. Masing-masing parameter akan diberikan harkat sesuai keadaan yang sebenarnya. Adapun nilai harkat secara lengkap dijabarkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Parameter, Klasifikasi dan Harkat Parameter Kualitas Permukiman. No. Parameter Kreteria Klarifikasi Harkat

1. Kepadatan Permukiman

Kepadatan rumah rata-rata pada suatu unit permukiman termasuk jarang (kepadatan <40%).

Tinggi 3

Kepadatan rumah rata-rata pada suatu unit permukiman termaksut sedang (kepadatan 40%-60%).

Sedang 2

Kepadatan rumah rata-rata pada suatu unit permukiman termasuk padat (kepadatan >60%).

Rendah 1

6. Tata Letak Bangunan

>50% bangunan yang ada pada satuan unit permukiman tertata teratur.

Teratur 3

25%-50% bangunan yang ada pada satuan unit permukiman tertata teratur.

Semi Teratur 2

<25% bangunan yang ada pada suatu uni permukiman tertata teratur.

Tidak Teratur 1

7. Lebar Jalan Masuk Lebar jalan masuk rata-rata >6m (dengan asumsi pada jalan tersebu dapat dilalui dua/tiga mobil secara bebas).

(56)

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah citra Quickbird Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Citra Quickbird tersebut nantinya akan dilakukan interpretasi citra untuk mengidentifikasi objek berupa permukiman dan non permukiman. Tahapan pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

1. Interpretasi Citra Quickbird

Interpretasi citra Quickbird merupakan suatu kegiatan mengkaji citra satelit Quickbird di 5 Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung dengan maksud untuk mengidentifikasi objek yang ada di citra tersebut.

Jalan yang ada pada unit permukiman di perkeras dengan aspal atau semen.

Diperkeras 3

25% - 50% panjang jalan masuk yang ada pada unit permukiman diperkeras dengan aspal atau semen.

Setengah

Diperkeras 2

<25% Panjang jalan masuk yang ada pada unit permukiman diperkeras dengan aspal atau semen.

Tiadak

Diperkeras 1

9. Pohon Pelindung Jalan

<50% jalan masuk yang ada pada unit permukiman dikanan kirinya ada pohon pelindung jalan.

Baik 3

25% - 50% jalan masuk yang ada pada unit permukiman dikanan kirinya ada pohon pelindung jalan.

Sedang 2

<25% jalan masuk yang ada pada unit permukiman dikanan kirinya ada pohon pelindung jalan.

(57)

Intepretasi citra ini dilihat berdasarkan unsur-unsur interpretasi yaitu rona, warna, asosiasi, ukuran, pola , bayangan, tekstur, situs, dan asosiasi. Hasil interpretasi citra berupa data yang kemudian dianalisis berdasarkan parameter yang digunakan pada penelitian ini.

Kegiatan penyadapan data dilakukan secara manual on screen guna memisahkan data yang akan digunakan. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data blok permukiman. Interpretasi blok permukiman dilihat dari kenampakan fisik lingkungan yang diidentifikasi berdasarkan parameter kualitas lingkungan yaitu : kepadatan bangunan, tata letak bangunan, lebar jalan masuk.

2. Pengukuran Lapangan

Pengukuran Lapangan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengelakukan pengamatan atau pengukuran secara langsung ditempat yang ingin diteliti. Pada penelitian ini terdapat dua parameter pengkur yang teknik pengumpulan datanya didapatkan dengan cara pengkuran lapangan yaitu parameter kondisi permukaan jalan dan pohon pelindung jalan.

(58)

kenampakan lingkungan permukiman sebenarnya di lapangan yang nantinya difoto melalui kamera digital untuk nanti dijadikan sumber perbandingan pada penelitian.

F. Teknik Analisis Data

1. Pengharkatan Parameter Kualitas Permukiman

Perameter penilaian kualitas permukiman diberikan nilai atau harkat berdasarkan harkat Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum tahun 2006. Dalam penilain tiap parameter kualitas permukiman dilakukan dua cara yaitu menggunakan hasil interpretasi citra dan hasil pengukuran lapangan.

2. Pengujian Tingkat Akurasi Interpretasi Citra

Pengujian tingkat akurasi interpretasi citra dilakukan guna menjabarkan tingkat kebenaran hasil interpretasi pada citra maupun pemetaan. Variabel yang dapat dilihat melalui citra seperti kepadatan permukiman, tata letak bangunan, lebar jalan masuk akan diuji keakurasiannya dengan menggunakan metode tabel

(59)
[image:59.595.116.450.124.231.2]

Tabel 6. Matriks Uji Akurasi Hasil Interpreatasi.

Katagori Hasil Interpretasi Katagori

Lapangan

A B C D Jumlah

A (a)

B (b)

C (c)

D (d)

Jumlah (e)

Sumber : Sutanto, 1994 (dalam Aris Kurniadi tahun 2010).

Keterangan :

A, B,C, D : Jenis Objek

Ketelitian Keseluruhan Citra :

Omisi : Jumlah semua objek bukan X pada garis X Komisi : Jumlah semua objek bukan X pada lajur X Ketelitian Pemetaan (Kp) :

3. Penilaian Kelas Kualitas Permukiman

Penilaian kualitas permukiman dilakukan setelah pemberian nilai pada setiap parameter kualitas permukiman dan diinput dalam tabel atribut. Kelas kualitas permukiman ditentukan berdasarkan hasil jumlah skor total yang dihitung dengan menjumlahkan parameter-parameter kualitas permukiman yang digunakan.

(60)

(Ci = R : K)

Keterangan : Ci = interval kelas.

R = Range (selisih skor total tertinggi dan skor total terendah). K = Jumlah kelas.

Berdasarkan rumus diatas didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Nilai tertinggi dari skor total yaitu 3 X 5 = 15 2. Nilai terendah dari skor total yaitu 1 X 5 = 5

3. Banyaknya kelas yang digunakan pada penelitan adalah 3 kelas, dengan interval kelas (15-5) / 3 = 3,3 dibulatkan menjadi 3.

[image:60.595.112.456.571.620.2]

Berikut adalah tabel pengklasan kelas kualitas permukiman:

Tabel 7. Klasifikasi Kelas Kualitas Lingkungan.

Total Harkat Kreteria

13-15 Kualitas Baik

9-12 Kualitas Sedang

5-8 Kualitas Buruk

(61)

G. Diagram Alur Penelitian

[image:61.595.63.539.141.599.2]

Berikut adalah diagram alur penelitian yang terdapat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Alur Penelitian Citra Quickbird

- Kelurahan Teluk Betung - Kelurahan Gedong

Pakuon

- Kelurahan Pesawahan - Kelurahan Talang - Kelurahan Gunung Mas

Interpretasi Visual dan Digitasi On screen

Tata Letak Bangunan Lebar Jalan Masuk Kepadatan Permukiman

Peta Tentatif Kepadatan Permukiman, Tata Letak Permukiman dan Lebar Jalan

Peta Administrasi

- Kelurahan Teluk Betung - Kelurahan Gedong

Pakuon

- Kelurahan Pesawahan - Kelurahan Talang - Kelurahan Gunung Mas

Cek Lapangan dan Uji Interpretasi Citra Kepadatan Permukiman, Tata Letak

Bangunan dan Lebar Jalan

Kondisi Permukaan Jalan

Pohon Pelindung Jalan

(62)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan yaitu :

Kualitas permukiman di lima kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung didominasi oleh kualitas permukiman sedang yaitu sebesar 50,06% atau 123,70 ha dengan jumlah 39 blok permukiman yang banyak tersebar di Kelurahan Pesawahan dan Kelurahan Talang. Sedangkan kualitas permukiman paling sedikit merupakan kualitas permukiman baik yaitu sebesar 11,13% atau 27,51 dengan jumlah 1 blok permukiman berada di Kelurahan Gedong Pakuon. Blok lainnya merupakan blok dengan kualitas permukiman buruk yaitu sebesar 20,78% atau 51,33 ha dengan jumlah 26 blok permukiman yang banyak tersebar di Kelurahan Pesawahan.

(63)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan pada penelitian ini saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah :

1. Kepada pemerintah pemerintah Kota Bandar Lampung diharapkan lebih memerhatikan daerah-daerah padat permukiman untuk meminimalisir penurunan kualitas permukiman pada daerah-daerah padat permukiman di Kota Bandar Lampung.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto. (1987). Pola Kota dan Permasalahannya. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM

Bintarto. (1977). pengantar geografi kota.Yogyakarta : Spring. Dedy Miswar (2012). Kartografi Tematik. Aura : Bandar Lampung.

Dedy Miswar dan Listumbinang Halengkara. (2016). Pengantar Penginderaan Jauh. Mobius : Yogyakarta.

Dinas Cipta Karya. (2006). Konsep Pedoman Indentifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Penyangga Kota Metropolitan. Jakarta : Direktorat Pengembangan Permukiman-Direktorat Jendral Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum.

Djuahari Noor. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Edi Prahasa. (2008). Remote Sensing Praktis Penginderaan Jauh & Pengolahan Citra Digital Dengan Perangkat Lunak ER-Mapper. Bandung : PT Informatika Bandung.

Gayuh, Erni, Tjaturahono. (2018). Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Menganalisis Kualitas Lingkungan Permukiman Di Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan. Jurnal Geografi, Fakultas Ilmu Sosial UNS Vol 7, No 2.

Hadi Sabari Yunus. (2007). Subject Matter dan Metode Penelitian Geografi Permukiman Kota.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Juli Soemirat Slamet. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muhamad Jafar Elly. (2009). Sistem Informasi Geografi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Muh Aris Marfai. (2015). Pemodelan Geograf. Yogyakarta: Ombak.

(65)

Priyono, Jumadi dan Kurniasari, M.I. (2013). Pengukuran Kualitas Permukiman Hubungannya denagan Tingkat Kesehatan Masyarakat Seragen. Jurnal Geoedukasi Vol 2, No1.

Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman pasal 1 ayat 3.

Soetoto, S.U. (2015). Pengindraan Jauh Untuk Geologi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Figure

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Teluk Betung Selatan  Dari Tahun  2013-2017.
Tabel 3. Penelitian Yang Relevan
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.
Gambar 2. Peta Blok Permukiman Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung.
+7

References

Related documents

Investigations that focused on the encrustation of wellheads and selected zones of occurrence of mineral water were conducted from 2014 to 2017 in Serbia, at Bogatić (well

Unlike tEPEC, aEPEC strains do not possess the EPEC ad- herence factor (EAF) virulence plasmid that contains the bun- dle-forming pili (BFP) responsible for a localized adherence

The inhibition of the vagal-induced AV block by potassium and the failure of the cation to af- fect either sinus arrhythmia or the heart rate in- dicate a dissociation between

The results of the present study indicate that 1) Na+ is necessary for the active transport of AIB and its stimulation by insulin, 2) sugar trans- port and its insulin stimulation

Of the 22 subjects in whom estriol in Figure 3, together with figures for the simul- clearances were determined, 12 had an estriol taneously determined endogenous creatinine

PCV = packed cell volume; VA = mean alveolar volume; DL = total pulmonary diffusing capacity when breathing air; DM = membrane dif- fusing capacity; Vc = pulmonary capillary

Previous Internet use; age of onset for Internet use; frequency of Internet use; daily time spent online; devices used for Internet use; setting for Internet use; reasons for

I manage our portfolio internally but know that many credit unions rely on brokers for advice, and Federal regulation 703 places restrictions on discretionary