• No results found

Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Kas Pada Perusahaan Otomotif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Share "Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Kas Pada Perusahaan Otomotif"

Copied!
19
0
0

Loading.... (view fulltext now)

Full text

(1)

Volume 1 Nomor 1,

Volume 1 Nomor 1, Januari 2013Januari 2013

PENGARUH PROFITABILIT

PENGARUH PROFITABILITAS DAS DAN LIKUIDITAS TERHADAPAN LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN

KEBIJAKAN DIVIDEN KADIVIDEN KAS PADA PS PADA PERUSAHAAN OTOMOTIERUSAHAAN OTOMOTIFF

Ahmad Sandy Ahmad Sandy

Dy_san7@ymail.com Dy_san7@ymail.com

Nur Fadjrih Asyik Nur Fadjrih Asyik

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi I

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabayandonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of financial ratios which consists of profitability ratio and liquidity ratio This study aimed to examine the effect of financial ratios which consists of profitability ratio and liquidity ratio of the cash dividend policy. Data were obtained from the financial statements of the automotive companies in of the cash dividend policy. Data were obtained from the financial statements of the automotive companies in Indonesia Stock Exchange from 2009-2011. The analysis used to determine the effect of financial ratio of the cash Indonesia Stock Exchange from 2009-2011. The analysis used to determine the effect of financial ratio of the cash dividend policy is to use a multiple linear regression. Based on the results of the F test is known that dividend policy is to use a multiple linear regression. Based on the results of the F test is known that simultaneous financial ratio significantly influence the cash dividend policy. Based on the results of the t test is simultaneous financial ratio significantly influence the cash dividend policy. Based on the results of the t test is only partially known that return on assets (ROA) which significantly influence the cash dividend policy, while only partially known that return on assets (ROA) which significantly influence the cash dividend policy, while  four other ratios are

 four other ratios are profit margin (PM), return on equity profit margin (PM), return on equity (ROE), current ratio (CR), and quick (ROE), current ratio (CR), and quick ratio (QR) hadratio (QR) had not significant influence on the cash divident policy. It is suggested that the next researcher who conducted the not significant influence on the cash divident policy. It is suggested that the next researcher who conducted the with this

with this study should add to the number of variables in study should add to the number of variables in the study,.the study,. Keywords : profitability ratio, liquidity ratio, cash dividend policy Keywords : profitability ratio, liquidity ratio, cash dividend policy

ABSTRAK ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan yang terdiri atas rasio profitabilitas Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan yang terdiri atas rasio profitabilitas dan rasio likuiditas terhadap kebijakan dividen kas. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan dan rasio likuiditas terhadap kebijakan dividen kas. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011. Analisis yang digunakan untuk perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011. Analisis yang digunakan untuk menguji pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan dividen kas adalah dengan menggunakan menguji pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan dividen kas adalah dengan menggunakan regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa secara simultan rasio keuangan regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa secara simultan rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa secara parsial hanya

secara parsial hanya return on assetsreturn on assets  (ROA) yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen  (ROA) yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas, sedangkan empat rasio lainnya yaitu

kas, sedangkan empat rasio lainnya yaitu  profit margin profit margin (PM), (PM), return on equityreturn on equity (ROE), (ROE), current ratiocurrent ratio (CR) (CR) dan

dan quick ratioquick ratio  (QR) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden kas.  (QR) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden kas. Disarankan kepada peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan penelitian ini Disarankan kepada peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan penelitian ini hendaknya menambah jumlah variabel dalam penelitian, menambah periode pengamatan,

hendaknya menambah jumlah variabel dalam penelitian, menambah periode pengamatan, Kata kunci: rasio profitabilitas, rasio likuiditas, kebijakan dividen kas

Kata kunci: rasio profitabilitas, rasio likuiditas, kebijakan dividen kas

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Setiap/ perusahaan membutuhkan dana untuk kegiatan operasional dan mencakup Setiap/ perusahaan membutuhkan dana untuk kegiatan operasional dan mencakup kinerja perusahaan. Dana yang diperoleh perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber kinerja perusahaan. Dana yang diperoleh perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber pendanaan berupa modal pemilik, pinjaman, laba ditahan hingga penjualan saham bagi pendanaan berupa modal pemilik, pinjaman, laba ditahan hingga penjualan saham bagi investor terutama pada perusahaan yang telah Go Publik dan terdaftar di Bursa Efek. investor terutama pada perusahaan yang telah Go Publik dan terdaftar di Bursa Efek. Kegiatan pasar modal di Bursa Efek menjadi jantung perusahaan Go Publik diberbagai Kegiatan pasar modal di Bursa Efek menjadi jantung perusahaan Go Publik diberbagai bidang.

bidang.

Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

(2)

mengurangi risiko tersebut, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara.

Tujuan utama seorang investor dalam menginvestasikan dananya adalah untuk memperoleh pendapatan (return) yang dapat berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen, para investor pada umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Stabilitas dividen akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, karena akan mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya.

Keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para investor disebut kebijakan dividen (dividend policy). Di sisi lain perusahaan dihadapkan dalam berbagai macam kebijakan, antara lain perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen.

Pemegang saham dapat memperoleh dua jenis dividen, yaitu dividen kas dan non kas. Dividen kas (cash dividend) adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Dividen non kas adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Contoh dividen non kas adalah dividen saham (stock dividend) dan dividen aset.

Dividen kas merupakan masalah yang sering kali menjadi topik pembicaraan yang hangat di antara para pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan emiten, bahkan cenderung terjadi kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan emiten.

Investor mengharapkan untuk mendapat tingkat kembalian (return) baik berupa dividen maupun capital gain  tidak didasarkan pada kebijakan manajemen (intern) perusahaan tetapi didasarkan pada hasil atau kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Kebijakan apapun yang ditempuh oleh manajemen perusahaan, bagi investor tidak terlalu dipertimbangkan, karena kebijakan manajemen hanya dapat diketahui oleh pihak intern perusahaan. Bagi investor yang terpenting adalah melihat bagaimana perkembangan perusahaan terutama dari kinerja keuangannya.

Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan adalah merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu kepada berbagai pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan meliputi faktor rasional yang mempengaruhi penggunaan laporan keuangan berkaitan dengan sesuatu yang disebut analisis fundamental. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam analisis data keuangan untuk mengevaluasi posisi perusahaan diantaranya analisis rasio. Rasio keuangan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan serta membandingkan kinerja antara perusahaan satu dengan yang lain. Dari segi eksternal, rasio keuangan digunakan untuk menetukan pembelian saham perusahaan, pembelian pinjaman serta memprediksi kekuatan keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen. Santoso (2005) menguji Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cash position, return on asset, dan debt to equity terhadap cash dividend. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel cash position  dan DER tidak memiliki pengaruh terhadap cash deviden sedangkan ROA dan EPS memiliki pengaruh

(3)

terhadap cash dividend. T ujuan penelitian ini adalah: (1) menguji pengaruh secara simultan rasio profitabilitas dan rasio likuiditas terhadap kebijakan deviden kas; (2) menguji pengaruh secara parsial rasio profitabilitas dan rasio likuiditas terhadap kebijakan deviden kas.

TINJAUAN TEORETIS Pasar modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan  jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi (pemerintah) dan sarana kegiatan untuk berinvestasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:01).

Pasar modal yang efisien menunjukkan hubungan antara harga pasar dan bentuk pasar. Pengertian harga pasar dalam hal ini adalah harga saham yang ditentukan dan dibentuk oleh mekanisme pasar modal. Efisiensi pasar modal ditentukan oleh seberapa besar pengaruh informasi yang relevan dan akan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan (Sunariyah, 2003:168).

Di dalam Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan Pasar Modal sebagai kegiatan yang besangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek. Jenis Pasar Modal antara lain pasar perdana (Primary Market) dan pasar sekunder (Second Market). Pasar Perdana merupakan kegiatan emiten (perusahaan) untuk menawarkan saham dan efek lainnya untuk pertama kali dengan pihak penjamin emisi (underwriter ) melalui perantara perdagangan efek (broker-dealer ). Proses ini dinamakan Penawaran Harga umum Perdana atau IPO (Initial Public Offering), sedangkan Pasar Sekunder merupakan kegiatan  jual beli saham atau efek lainnya yang sudah tercatat pada bursa.

Laporan keuangan

Menurut Baridwan (2010:17) Laporan Keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:01), Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya: sebagai arus kas atau laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuat ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan (Djarwanto, 2004:5).

Menurut Hanafi dan Halim (2007:12) secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan:

a. Neraca

Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Neraca bisa digambarkan sebagai potret kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu

(4)

tertentu yang meliputi aset perusahaan dan klaim atas aset tersebut (meliputi hutang dan saham sendiri).

b. Laporan laba rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan perusahaannya yang sebenarnya untuk memperoleh keuntungan.

c. Laporan aliran kas

Laporan aliran kas atau laporan perubahan posisi keuangan. Laporan ini menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasi, investasi, dan pendanaan. Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Analisis rasio

Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka di dalam atau laporan rugi-laba dan neraca. Dengan cara rasio semacam ini diharapkan pengaruh perbedaan akan hilang. Pada dasarnya analisi rasio bisa dikelompokkan kedalam lima macam kategori (Hanafi dan Halim, 2007:76) yaitu:

Rasio likuiditas

Ada 3 macam cara mengukur rasio likuiditas, yaitu: 1. Current Ratio

Current ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang segera harus dibayar dengan menggunakan liabilitas lancar. Current ratio ini dapat dihitung dengan cara membagi aset lancar (current asset), dengan liabilitas lancar (current liabilitas) dan formulanya adalah sebagai berikut:

Current Ratio =  Aset Lancar x100% Liabilitas Lancar

 Jika perusahaan menetapkan bahwa current ratio  2:1 merupakan current ratio minimum yang harus dipertahankan berarti perusahaan itu telah menetapkan suatu line of credit yang menunjukkan batas minimum kredit yang tidak boleh dilanggar.

2.  Acid-Test Ratio/Quick Ratio

Dengan quick ratio berarti likuiditas perusahaan diukur dengan menggunakan unsur-unsur aset lancar yang likuid, dengan cara tidak mempertimbangkan yang kurang likuid seperti persediaan. Quick ratio  dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Quick Ratio = Kas + Surat Berharga + Piutang x100% Liabilitas Lancar

3. Cash Ratio

Rasio likuiditas yang paling menjamin pembayaran liabilitas jangka pendek adalah cash ratio, sebab yang menjadi penjaminnya hanyalah kas dan surat berharga. Cash ratio dapat dihitung dengan cara berikut:

Cash Ratio = Kas + Surat Berharga x100% Liabilitas Lancar

 Jika ditinjau dari segi penjaminan liabilitas lancar dapat dikatakan bahwa cash ratio yang tinggi adalah baik, namun jika ditinjau dari segi profitabilitas belum tentu.

(5)

Dikatakan demikian karena semakin banyak perusahaan menyimpan uang kas di tangan (cash on hand) berarti semakin banyak pula dana yang menganggur.

Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melihatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aset. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaliknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aset yaitu persediaan, piutang, aset tetap dan aset yang lainnya.

a. Inventory Turn Over

Inventory Turn Over = Cost of Goods Sold x100%  Average Inventory

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagangan. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.  Average inventory  dapat dicari dengan cara menjumlahkan persediaan awal dan persediaan akhir kemudian dibagi dua. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan baik.

b. Fixed Assets Turn Over

Fixed Assets Turn Over = Net Sales x100%  fixed assets

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aset tetap. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan asetnya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. Artinya kemampuan aset tetap menciptakan penjualan yang tinggi.

c. Total Assets Turn Over

Total Assets Turn Over = Sales x100% Total Assets

Rasio ini merupakan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjulan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.

Rasio Solvabilitas

Martono dan Hardjito (2002:58) menjelaskan bahwa rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah: debt total asset ratio dan debt to equity ratio. Kedua rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Debt Total Asset Ratio

Rasio ini mengukur seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan ( financial leverage) yang tinggi. Penggunaan financial leverage  yang tinggi akan meningkatkan Rentabilitas Modal Saham (Return On Equity atau ROE) dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham (ROE) akan cepat menurun pula. Resiko perusahaan dengan  financial leverage  yang tinggi akan semakin tinggi pula. Rasio ini dapat dihitung dengan

(6)

Debt Total Asset Ratio = Total Liabilitas x100% Total Aset

2. Debt to Equity Ratio

Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar liabilitas dengan modal sendiri pemilik perusahaan. Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Debt Equity Ratio = Total Liabilitas x100% Modal Sendiri

Rasio Profitabilitas

Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas, yaitu:  profit margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE).

a. Profit Margin (Marjin Laba Bersih)

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common-size untuk laporan laba rugi (baris paling akhir). Rasio ini bisa diinterpretasikan  juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Profit Margin = Laba Bersih(sesudah pajak) x100% Penjualan

Profit margin  yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya  profit margin  yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari industri ke industri, sebagai contoh: industri retailer  cenderung mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur.

b. Return On Asset (ROA)

Rasio ini untuk mengukur  kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment). Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih (Sesudah Pajak) x100% Total Aset

Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, berarti efisiensi manajemen.

c. Return On Equity (ROE)

Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

ROE = Laba Bersih (Sesudah Pajak) x100% Ekuitas

Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu

(7)

rasio ini bukan pengukur return  pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan.

Rasio Pasar

Rasio yang terakahir adalah rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Ada beberapa jenis rasio yang bisa dihitung yaitu: PER (Price Earning Ratio), Dividend Yield, dan pembayarannya dividen (dividend payout). PER melihat harga saham relatif terhadap earningnya, bisa dihitung sebagai berikut:

Harga Pasar perlembar

PER =

Earning perlembar

Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek baik) mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan yang rendah akan mempunyai PER yang rendah.

Rasio yang lain adalah dividend yield yang bisa dihitung sebagai berikut: Dividen perlembar

D iv idend Yield  =

Harga pasar per lembar

Dari segi investor, rasio ini cukup berarti karena dividend yield  merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh oleh investor. Bagian return yang lain adalah capital  gain, yang diperoleh dari selisih positif antara harga jual dengan harga beli.

Rasio yang terkahir adalah rasio pembayaran dividen. Rasio ini melihat pendapatan (earning) yang akan dibayarkan sebagai dividen sebagai investor. Rasio ini dapat dihitung:

Dividen perlembar

Rasio pembayaran dividen =

Earning perlembar

Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, dan sebaliknya.

Pengertian Saham

Tandelilin (2001:18) mendefinisikan pengertian saham sebagai bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham adalah kepemilikan suatu perseroan yang diwakili dengan saham, yang merupakan tagihan atas penghasilan dan aktiva perusahaan (Syahrul et al., 2000).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda penyertaan modal terhadap suatu perseroan di mana dengan saham tersebut invsetor dapat mempunyai hak atas kekayaan perusahaan.

 Jenis-Jenis Saham

Ada dua jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan, yaitu:

a. Saham biasa, ialah saham yang tidak memberikan keistimewaan bagi pemiliknya.

b. Saham preferen, mengandung hak untuk menerima deviden terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa dan juga memiliki hak dividen kumulatif , yaitu hak untuk menerima dividen tahun-tahun sebelum yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.

(8)

Tingkat Keuntungan Saham (Return )

Return saham dapat diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh melalui pemilikan saham selama jangka waktu tertentu. Keuntungan atas suatu saham ini dinyatakan dalam prosentase tertentu terhadap investasi secara matematis, Widiatmodjo (1996:62) merumuskan sebagai berikut:

Ri,t = Di,t+Pi,t-Pi,t-1

Pi,t-1

Keterangan:

Ri,t = keuntungan (return) saham i pada periode t

Di,t= dividen saham i yang dibayarkan pada periode t

Pi,t Pi,t-1= harga saham i pada periode t dan t-1

Rumus di atas mencerminkan tolok ukur keuntungan atas investasi saham yang besarnya berfluktuasi dari waktu ke waktu. Keuntungan suatu saham dipengaruhi oleh besarnya dividen yang dibayarkan dan capital gain dari fluktuasi harga saham.

Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu saham adalah nilai rata-rata dari tingkat keuntungan saham tersebut atau dalam statistik disebut mean-nya. Secara matematis Halim (2005:32) merumuskan sebagai berikut:

E(Ri ) =

n

 R

n  j ij

1 Keterangan:

E(Ri) = tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham i

n = banyaknya periode pengamatan dinyatakan sebagai 1,2,3,...n

Pengertian kebijakan dividen

Dividen merupakan adalah pembayaran dari perusahaan kepada para pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001).

Gitman (2003:593) memberikan definisi kebijakan dividen sebagai suatu perencanaan tindakan perusahaan yang harus dituruti ketika keputusan dividen harus dibuat. Sundjaja dan Barlian (2001:232), mendefinisikan kebijakan dividen perusahaan adalah ”rencana tindakan dari perusahaan yang harus diikuti bilamana keputusan dividen harus dibuat”.

Dividen

Stice et al. (2004:902) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Dividen adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Besarnya dividen yang dibagikan biasanya tercermin dalam dividend payout ratio (DPR). DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa, dan secara sistematis dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003:27).

(9)

Bagi para investor atau pemegang saham, dividen merupakan keuntungan yang didapat sebagai kontribusi perusahaan atas dana yang diinvestasikan dalam bentuk lembar saham yang beredar.

Ada beberapa tipe dividen yang didistribusikan kepada para pemegangang saham (Weygandt dan Kimmel, 2002:602) yaitu:

a. Cash Dividend

Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Jenis dividen ini merupakan yang paling umum dan diminati oleh investor. Menurut Gitman (2003) dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang. Karena retained earnings (saldo laba) adalah salah satu bentuk pendanaan internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham.

Total dividen tunai Pengukuran dividen kas =

 Jumlah lembar saham b. Property Dividend

Dividen yang dibagikan dalam bentuk aset perusahaan seperti merchandise, real estate, investment, dan lain-lain. Jenis dividen ini umumnya dibagikan oleh perusahaaan tambang yang selalu berpindah-pindah lokasi penambangannya. c. Liquidating Dividend

Dividen yang dibagikan dalam rangka mengembalikan sebagian investasi kepada pemegang saham. Jenis dividen ini merupakan satu-satunya jenis dividen yang membagikan dividen dengan mengurangi agio saham (paid in capital) perusahaan.

d. Stock Dividend

Dividen yang dibagikan dalam bentuk saham di perusahaan tersebut. Jenis dividen ini biasanya akan dipakai oleh perusahaan yang tidak mempunyai uang tunai yang cukup untuk membagikan dividen tetapi perusahaan tetap ingin membagikan dividen.

e. Scrip Dividend

Dividen yang dibagikan dalam bentuk notes payable (surat hutang). Jenis dividen ini sudah jarang dipakai saat ini.

f. Posisi Likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aset yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, sehingga laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin dapat tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya. Perusahaan yang sedang berkembang walaupun punya keuntungan besar, biasanya mempunyai kebutuhan dana yang sangat mendesak. Dalam keadaan seperti ini perusahaan dapat memutuskan untuk tidak membayar dividen.

g. Kebutuhan Pelunasan Hutang

Ketika hutang perusahaan jatuh tempo, perusahaan dapat membayar hutang tersebut dengan membayar tunai atau dengan memberikan surat berharga lain. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya perlu penahanan laba.

h. Pembatasan Dalam Perjanjian Hutang

Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Larangan

(10)

yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa : (1) dividen pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang dan (2) dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja bersih telah ditentukan. Demikian pula, perjanjian saham preferen biasanya mengatakan bahwa dividen tunai saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua dividen saham preferen sudah dibayar.

Pengaruh profitabiltas terhadap kebijakan dividen kas

Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dan para calon investor dalam suatu perusahaan adalah  profitabilitas. Dalam konteks ini  profitabilitas  berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemilik dan investor. Semakin besar tingkat laba atau  profitabilitas  yang diperoleh perusahaan akan mengakibatkan semakin besar dividen yang akan dibagikan dan sebaliknya (Sunarto dan Kartika, 2003).

Profitabilitas diukur dengan menggunakan ROI (Return On Invesment), ROE (Return on Equity), dan GPM (Gross Profit Margin). Return on investment (R0I) merupakan variabel untuk mengukur rasio profitabilitas. Jika rasio ROI tinggi maka laba bersih perusahaan yang diperoleh dari perputaran total investasi akan tinggi. Jika laba perusahaan tinggi maka proporsi pembagian dividen kas juga akan naik.

Return on equity (ROE) merupakan variabel untuk mengukur rasio profitabilitas. Jika rasio ROE tinggi maka laba bersih yang diperoleh dari perputaran ekuitas yang dimiliki juga tinggi. Jika laba perusahaan tinggi maka proporsi pembagian dividen kas juga akan naik.

Gross profit margin (GPM) merupakan variabel untuk mengukur rasio profitabilitas.  Jika rasio GPM tinggi maka laba kotor perusahaan juga akan tinggi. ini berarti biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu produk itu rendah (HPP perusahaan kecil). Jika laba yang dihasilkan dari penjualan tinggi maka proporsi pembagian dividen kas  juga akan naik.

Pengaruhl i k u i d i t a s   terhadap dividen kas

Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas dapat diukur dengan current ratio. Perusahaan dalam membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup (Sunarto dan Kartika, 2003). Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki, perusahaan semakin mampu membayar dividen.

Current Ratio (CR) merupakan variabel untuk mengukur rasio likuiditas. Jika rasio CR tinggi maka perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memenuhi kewajiban  jangka pendek berupa dividen kas. Jika rasio CR tinggi maka investor dapat memperoleh

dividen kas sesuai dengan harapan pada saat berinvestasi.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Rasio keuangan yang terdiri atas rasio profitabilitas dan rasio likuiditas secara

bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kebijakan deviden kas.

H2a: Rasio profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan deviden kas.

(11)

METODA PENELITIAN Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Non- probability Sampling, yaitu teknik sampling yang tidak memberi kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. Teknik Non-probability Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau sampling pertimbangan.

Adapun Pemilihan sampel pada penelitian ini berdasarkan kriteria tertentu sebagai berikut:

1. Perusahaan  go public dalam sektor otomotif yang telah tercatat sebagai emiten periode mulai Januari 2009 sampai dengan Desember 2011 secara kontinyu.

2. Perusahaan melaporkan laporan keuangan setiap tahun selama periode 2009 sampai dengan 2011 tahun fiskal yang berakhir tanggal 31 Desember.

3. Perusahaan yang memiliki laba bersih positif berturut-turut selama periode 2009 sampai dengan 2011 tahun fiskal yang berakhir tanggal 31 Desember

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengambilan data sekunder yang didapat dari Bursa Efek Indonesia

Definisi Operasional Variabel

Variabel bebas (I ndependent Var i able )

1. Rasio Likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi (dalam jangka pendek atau satu tahun terhitung sejak tanggal Neraca dibuat).

1) Current Ratio (CR)= set Lancar x100% Liabilitas Lancar

2) Quick Ratio = set Lancar – Persediaan x100% Liabilitas Lancar

2. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya.

1) Profit Margin = Laba Bersih (sesudah pajak) x100% Penjualan

2) Return On assets = Laba Bersih (sesudah pajak) x100% Total Aset

3) Return On Equity = Laba Bersih (sesudah pajak) x100% Modal Sendiri

Variabel Terikat (D ependent Vari able )

Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Jenis dividen ini merupakan yang paling umum dan diminati oleh investor. Menurut Gitman (2003:590) dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkan

(12)

arus kas kepada pemegang saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang. Karena retained earnings (saldo laba) adalah salah satu bentuk pendanaan internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham.

Total dividen tunai Pengukuran dividen kas =

 Jumlah lembar saham

Teknik Analisis Data

a. Analisis menggunakan regresi linear berganda.

KDK = βo+ β1 ROI+ β2 ROE+ β3 GPM+ β4CR+ β5EPS

Keterangan:

KDK = Kebijakan Dividen kas βo = Konstanta

ROI = Return on Invesment ROE = Return on Equity GPM = Gross Profit Margin CR = Current Ratio

EPS = Earning Per Share b. Uji t (Parsial)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu (parsial) terhadap variabel dependen. Adapun rumusan hipotesis dengan menggunakan uji t adalah sebagai berikut:

Ho = b1-4 = 0

Ha = b1-4≠ 0

Dengan menggunakan α = 5%, maka kesimpulannya:

- Ho diterima bila Nilai sig ≥ = 5% ,H1 ditolak, Artinya tidak ada pengaruh variabel

indenpendent terhadap variabel dependent.

- Ho ditolak bila Nilai sig ≤ = 5% , H1  Diterima, Artinya ada pengaruh variabel

indenpendent terhadap variabel dependent. c. Uji F (Simultan)

Uji ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Untuk menguji kebenaran hipotesis digunakan uji F yaitu untuk menguji keberartian regresi secara simultan dengan rumus hipotesis sebagai berikut:

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0

Ha : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ 0

Dengan menggunakan= 5% , maka kesimpulannya:

- Ho diterima bila Nilai sig ≥ = 5% ,H1 ditolak, Artinya tidak ada pengaruah variabel

indenpendent terhadap variabel dependent.

- Ho ditolak bila Nilai sig ≤ = 5% ,H1  Diterima, Artinya ada pengaruah variabel

indenpendent terhadap variabel dependent.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Model Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda merupakan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat. Regresi linier berganda

(13)

diterapkan pada penelitian ini untuk menguji apakah terdapat pengaruh profit margin, return on assets, return on equity, current ratio  dan quick ratio  baik secara simultan maupun parsial terhadap deviden kas, serta mengetahui besar pengaruhnya.

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1

Koefisien Regresi Linear Berganda

Tabel tersebut menunjukkan persamaan regresi yang dapat menjelaskan ada atau tidaknya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat serta dapat menginformasikan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari tabel diperoleh model regresi linier berganda sebagai berikut :

KDK = 27,287 + 363,795 PM + 2676,585 ROA – 447,636 ROE – 63,190 CR + 11,212 QR Berdasarkan model regresi di atas dapat dijelaskan bahwa:

a. Nilai a sebesar 27,287

Menunjukkan bahwa jika semua variabel bebas sama dengan nol maka besarnya deviden kas akan konstan yaitu sebesar 27,287.

b. Nilai b1 sebesar 363,795

Menunjukkan bahwa jika  profit margin  (PM) meningkat satu satuan maka akan meningkatkan deviden kas sebesar 363,795 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain yaitu return on assets (ROA), return on equity (ROE), current ratio (CR), dan quick ratio (QR) konstan.

c. Nilai b2 sebesar 2676,585

Menunjukkan bahwa jika return on assets  (ROA) meningkat satu satuan maka akan meningkatkan deviden kas sebesar 2676,585 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain yaitu  profit margin  (PM), return on equity  (ROE), current ratio  (CR), dan quick ratio (QR) konstan.

d. Nilai b3 sebesar – 447,636

Menunjukkan bahwa jika return on equity  (ROE) meningkat satu satuan maka akan menurunkan deviden kas sebesar 447,636 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain yaitu  profit margin  (PM), return on assets (ROA), current ratio  (CR), dan quick ratio (QR) konstan.

e. Nilai b4 sebesar – 63,190

Menunjukkan bahwa jika current ratio  (CR) meningkat satu satuan maka akan menurunkan deviden kas sebesar 63,190 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain

Coefficientsa 27,287 75,994 ,359 ,722 363,795 235,516 ,255 1,545 ,133 2676,585 794,649 ,723 3,368 ,002 -447,636 368,508 -,238 -1,215 ,234 -63,190 91,143 -,237 -,693 ,493 11,212 144,361 ,027 ,078 ,939 (Constant) PM ROA ROE CR QR Model 1 B Std. Error   Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Dependent Variable: KDK a.

(14)

yaitu  profit margin  (PM), return on assets  (ROA), return on equity  (ROE), dan quick ratio (QR) konstan.

f. Nilai b5 sebesar 11,212

Menunjukkan bahwa jika quick ratio (QR) meningkat satu satuan maka akan meningkatkan deviden kas sebesar 11,212 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain yaitu profit margin (PM), return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan current ratio (CR) konstan.

Dari model tersebut diketahui adanya pengaruh profit margin, return on assets, return on equity, current ratio dan quick ratio terhadap deviden kas yang dilihat dari koefisien regresi ≠ 0, namun pengaruh tersebut harus diuji lagi dengan uji F dan uji t.

Pengujian Pengaruh Simultan dengan Uji F

Uji signifikansi model dengan uji F digunakan untuk mengetahui apakah model regresi linier berganda yang telah didapatkan telah signifikan (telah sesuai untuk menggambarkan pengaruh simultan variabel bebas terhadap variabel terikat). Uji signifikansi model ini dapat dilihat pada nilai F hitung yang telah diperoleh dari program SPSS sebagai berikut:

Tabel 2

Analisis of Varians

Untuk mengetahui variabel-variabel independen berpengaruh secara simultan (bersama) terhadap variabel dependen digunakan uji F dengan tingkat signifikansi α = 0,05.  Jika hasil statistik F pada taraf signifikansi ≤ 0,05 berarti variabel-variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variabel terikat dan sebaliknya. Karena nilai sig < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05, maka H0  ditolak dan H1  diterima,

sehingga dapat diambil simpulan bahwa  profit margin, return on assets, return on equity, current ratio dan quick ratio secara simultan berpengaruh terhadap deviden kas.

Hasil penelitian ini berarti mendukung hipotesis bahwa rasio profitabilitas dan rasio likuiditas berpengaruh secara simultan terhadap deviden kas pada perusahaan otomotive.

Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t

Uji parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui apakah model persamaan regresi telah signifikan untuk digunakan mengukur pengaruh secara parsial variabel bebas  profit margin, return on assets, return on equity, current ratio dan quick ratio terhadap deviden kas. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS diperoleh hasil uji t sebagai berikut:

Tabel 3 Uji Parsial (Uji t)

 ANOVAb 737419,4 5 147483,885 8,445 ,000a 523904,1 30 17463,470 1261324 35 Regression Residual Total Model 1 Sum of 

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), QR, ROA, PM, ROE, CR a.

Dependent Variable: KDK b.

(15)

Prodedur pengujian dilakukan melalui uji t dengan membandingkan tingkat signifikansi dari nilai t dua sisi (α/2 = 0,025):

a. Uji parsial antara variabel bebas  profit margin  (PM) terhadap kebijakan deviden kas (KDK), dengan nilai sig = 0,133

Karena nilai sig 0,133 > 0,025 maka H0  tidak berhasil ditolak dan Ha  ditolak,

sehingga dapat diambil simpulan bahwa variabel bebas profit margin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas.

b. Uji parsial antara variabel bebas return on assets (ROA) terhadap kebijakan deviden kas (KDK), dengan nilai sig = 0,002

Karena nilai sig 0,002 < 0,025 maka H0  ditolak dan Ha  diterima, sehingga dapat

diambil simpulan bahwa variabel bebas return on assets  secara parsial berpengaruh signifikan terhadap deviden kas.

c. Uji parsial antara variabel bebas return on equity (ROE) terhadap kebijakan deviden kas (KDK), dengan nilai sig = 0,234

Karena nilai sig 0,234 > 0,025 maka H0  tidak berhasil ditolak dan Ha  ditolak,

sehingga dapat diambil simpulan bahwa variabel bebas return on equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas.

d. Uji parsial antara variabel bebas current ratio (CR) terhadap kebijakan deviden kas (KDK), dengan nilai sig = 0,493

Karena nilai sig 0,493 > 0,025 maka H0  tidak berhasil ditolak dan Ha  ditolak,

sehingga dapat diambil simpulan bahwa variabel bebas current ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas.

e. Uji parsial antara variabel bebas quick ratio (QR) terhadap kebijakan deviden kas (KDK), dengan nilai sig = 0,939

Karena nilai sig 0,939 > 0,025 maka H0  tidak berhasil ditolak dan Ha  ditolak,

sehingga dapat diambil simpulan bahwa variabel bebas quick ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas.

Dari pengujian parsial dengan uji t di atas, maka dapat diketahui bahwa variabel yang mempunyai pengaruh secara parsial terhadap deviden kas adalah return on assets, sedangkan variabel yang lain yaitu profit margin, return on equity, current ratio dan quick ratio tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap kebijakan deviden kas.

Interpretasi

Pengaruh profitabilitas terhadap dividen kas

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara ROA dengan kebijakan dividen kas (KDK). Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah dikemukakan, yaitu “rasio profitabilitas

Coefficientsa 27,287 75,994 ,359 ,722 363,795 235,516 ,255 1,545 ,133 2676,585 794,649 ,723 3,368 ,002 -447,636 368,508 -,238 -1,215 ,234 -63,190 91,143 -,237 -,693 ,493 11,212 144,361 ,027 ,078 ,939 (Constant) PM ROA ROE CR QR Model 1 B Std. Error   Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Dependent Variable: KDK a.

(16)

mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen kas.” Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimiliki. Rasio ini merupakan rasio terpenting di antara rasio rentabilitas/profitabilitas yang lainnya. ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba bersih dengan total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (aset) semakin besar. Adanya kinerja keuangan yang baik akan mendorong investor untuk menanamkan sahamnya di suatu perusahaan sehingga menawarkan kebijakan dividen kas (KDK) yang baik pula. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik karena tingkat kembalian yang semakin besar. Semakin tinggi ROA maka semakin meningkatkan daya tarik investor sehingga investasi saham meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kas. Dengan demikian ROA berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen kas (KDK).

Sedangkan dua rasio profitabilitas lainnya yaitu profit margin (PM) dan return on equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen kas (KDK). Hal ini menunjukkan bahwa kedua rasio ini tidak mendukung hipotesis yang telah dikemukakan, yaitu “rasio profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen kas.” Tidak adanya pengaruh  profit margin  (PM) dan return on equity (ROE) terhadap kebijakan dividen kas (KDK) ini karena profit margin (PM) dan return on equity (ROE) secara umum rasio ini menunjukkan efisiensi manajemen dalam mengelola usaha. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sebaliknya  profit margin  yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Laba bersih pada rasio  profit margin  (PM) yang dihasilkan dihubungkan dengan penjualan, padahal dalam

penjualan masih terdapat unsur-unsur biaya yang dapat mengurangi besarnya pencapaian laba. Biaya-biaya tersebut misalnya harga pokok penjualan, biaya usaha, biaya pajak, dan bagi hasil. Besarnya biaya-biaya tersebut merupakan salah satu penyebab tak tentunya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan untuk membiayai pembayaran dividen kas, sehingga hal ini menyebabkan  profit margin  (PM) pengaruhnya tidak signifikan terhadap kebijakan dividen kas (KDK). Rasio return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu, dan merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Namun meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain  untuk pemegang saham, karena rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya, besarnya ROE lebih dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan. Sehingga hal ini menyebabkan return on equity (ROE) pengaruhnya tidak signifikan terhadap kebijakan dividen kas (KDK).

Menurut Halim (2005:186), ROA memperhitungkan kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba terlepas dari pendanaan yang dipakai. Sedangkan ROE secara eksplisit memperhitungkan kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa, setelah memperhitungkan bunga (biaya liabilitas) dan dividen saham preferen (biaya saham preferen). Laba yang diperoleh oleh perusahaan dengan menggunakan aset yang dimiliki bisa dialokasikan ke beberapa pemberi dana. Kreditur menerima bunga. Bagi perusahaan, biaya liabilitas yang muncul adalah liabilitas dikurangi penghematan pajak dan bunga karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Beberapa liabilitas seperti liabilitas dagang, liabilitas gaji, tidak mempunyai beban biaya yang eksplisit, dan karena itu tidak diperhitungkan. Saham preferen menerima dividen untuk saham preferen. Saham preferen tidak bisa dipakai sebagai pengurang pajak, karena

(17)

itu saham preferen tidak disesuaikan dengan (dikurangi oleh) penghematan pajak. Sisa laba bersih (yang menjadi numerator) yang tidak dialokasikan ke liabilitas atau saham preferen menjadi bagian pemegang saham biasa sebagai pemegang hak sisa laba bersih setelah dikurangi hak pemegang liabilitas dan hak pemegang saham preferen. Demikian juga dengan pembiayaan aset, bagian aset yang tidak dibiayai oleh liabilitas atau oleh saham preferen, harus dibiayai oleh saham biasa. Apabila ROA melebihi biaya modal liabilitas dan biaya modal saham preferen, maka ROE akan melebihi ROA. Sisa kelebihan ROA atas biaya modal liabilitas dan biaya modal saham preferen menjadi bagian pemegang saham biasa.

Pengaruh likuiditas terhadap dividen kas

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rasio likuiditas yang terdiri atas current ratio (CR) dan quick ratio (QR) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen kas (KDK). Hal ini menunjukkan bahwa kedua rasio ini tidak mendukung hipotesis yang telah dikemukakan, yaitu “rasio likuiditas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen kas.” Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Perusahaan dalam membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Pada current ratio (CR) dan quick ratio (QR). Pada current ratio (CR) dan quick ratio (QR) terdapat kas sebagai salah satu sumber untuk pembayaran dividen, namun besarnya current ratio (CR) dan quick ratio (QR) tidak hanya dipengaruhi oleh kas saja namun juga oleh beberapa akun seperti piutang dan persediaan. Kedua rasio ini juga lebih mencerminkan kemampuan aset lancar dalam membayar liabilitas jangka pendek, bukan pada kemampuan untuk membagikan capital gain atau dividen kas, semakin besar current ratio (CR) dan quick ratio (QR) maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi liabilitas jangka pendek, dan sebaliknya semakin kecil current ratio (CR) dan quick ratio (QR) maka semakin kecil kemampuan perusahaan untuk melunasi liabilitas jangka pendek. Sehingga hal ini menyebabkan return on equity (ROE) pengaruhnya tidak signifikan terhadap kebijakan dividen kas (KDK).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa simpulan yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, yaitu:

1. Dari hasil perhitungan didapatkan model regresi:

Y = 27,287 + 363,795 PM + 2676,585 ROA – 447,636 ROE – 63,190 CR + 11,212 QR

Dari model tersebut diketahui adanya pengaruh profit margin, return on assets, return on equity, current ratio  dan quick ratio  terhadap deviden kas yang dilihat dari koefisien regresi ≠ 0, namun pengaruh tersebut harus diuji lagi dengan uji F dan uji t.

2. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai sig < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05, maka H0

ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa profit margin, return

on assets, return on equity, current ratio  dan quick ratio  secara simultan berpengaruh terhadap deviden kas. Hal ini berarti mendukung hipotesis yaitu ”rasio keuangan yang terdiri atas rasio profitabilitas dan rasio likuiditas secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen kas.”

3. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai sig pengaruh  profit margin  terhadap deviden kas adalah 0,133 > 0,025, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas profit margin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas. Hal ini berarti tidak mendukung hipotesis yaitu ”rasio profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen kas.”

(18)

4. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai sig pengaruh return on assets  terhadap deviden kas adalah 0,002 < 0,025, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas return on assets secara parsial berpengaruh signifikan terhadap deviden kas. Hal ini berarti mendukung hipotesis yaitu ”rasio profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen kas.”

5. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai sig pengaruh return on equity terhadap deviden kas adalah 0,234 > 0,025, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas return on equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas. Hal ini berarti tidak mendukung hipotesis yaitu ”rasio profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen kas.”

6. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai sig pengaruh current ratio terhadap deviden kas adalah 0,493 > 0,025, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas current ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas. Hal ini berarti tidak mendukung hipotesis yaitu ”rasio likuiditas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen kas.”

7. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai sig pengaruh quick ratio terhadap deviden kas adalah 0,939 > 0,025, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas quick ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas. Hal ini berarti tidak mendukung hipotesis yaitu ”rasio likuiditas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen kas.”

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diambil maka saran-saran yang dapat penulis ajukan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan penelitian ini hendaknya menambah jumlah variabel dalam penelitian.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya hendaknya menambah periode pengamatan yang lebih banyak daripada penelitian ini.

3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menambah jumlah sampel yang lebih banyak daripada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Z. 2010.  Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Djarwanto. 2004. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE

Darmadji, Tjiptono dan H. M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal Di Indonesia. Edisi 2.  Jakarta.Salemba Empat.

Financial Accounting Standard Board (FASB). Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 .

Gitman, L. J. 2003. Principles of Managerial Finance. edisi 10. Addison

Halim, A. 2005. Analisis Investasi. Cetakan Kedua. Jakarta.Salemba Empat. Hanafi, Mamduh H dan A. Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan.

---. 2007.  Analisis Laporan Keuangan, edisi 3. Yogyakarta : Penerbit UPP STIM YKPN.

---. 2007.  Analisis Laporan Keuangan, edisi 3. Yogyakarta: Penerbit UPP STIM YKPN

(19)

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1: Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Indrianto, N. dan B. Supomo. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE

Keown, A. J. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat. Kieso, D. E. and W. Jerry J. 2002. Akuntasi Intermediate. Edisi 9. Jakarta. Erlangga.

Martono dan A. Hardjito. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Ekonosia. Yogyakarta. Pujiono. 2002. ”Dampak Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Pada

Santoso,Agung S. 2005. ” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Kas Pada Perusahaan GO Publik Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi diterbitkan, STIE Perbanas Surabaya

Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Stice, E. K., J. D. Stice, dan F. Skousen. 2004. Akuntansi Keuangan Menengah, Jilid I. Jakarta. PT

Salemba Empat.

Sudarsi, S. 2002. ” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia (BEI )”. Jurnal Bisnis Ekonomi. Vol. 9 (Maret) : Hal 76-88.

Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi 3. Yogyakarta.UPP-AMP YKPN. Sundjaja, Ridwan S dan I. Barlian. 2001. Manajemen Keuangan Dua. Edisi

Sunarto. dan A. Kartika. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 5 (1): 35-57.

Sutrisno. 2001. ” Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio”. TEMA, Volume II, Nomor 1, Maret 2001.

Syahrul, N., M. Afdi, dan Ardiyos. 2000. Istilah-istilah Akuntansi Keuangan dan Investasi Kamus Lengkap Ekonomi. Citra Harta Prima, Jakarta Indonesia.

Tandelin, E. 2001.  Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Ketiga, Jilid I, Bayumedia.Malang Weygant, J. J. dan P. D. Kimmel 2002. Akuntasi Intermediate. Edisi 10. Jakarta

References

Related documents

With stagnation and even slow-down of traditional sales channels and serious growth opportunities in online offers, fast-play games and sports betting, Szerencsejáték Zrt in

Findings: There were four major themes of instructional leadership research that analyzed SASS data: principal leadership and influence, teacher autonomy and influence,

Both adult development theories are contextual and provided the conceptual framework for this research in understanding how separated enlisted service members experience

With this respect, the current study aimed to investigate the prevalence of thermophilic Campylobacter species isolated from raw meat chicken samples and their genetic

Thus, the aim of the present chapter is to present history and current status of Mangalitsa pig breed, its exterior pheno- typic characteristics, geographical distribution,

other non-target effects such as competition with native organisms and potential indirect effects on the environment need to be considered. The potential

and Ru 4 d orbitals in the scenario where the Ru d xy orbital is doubly occupied and the d xz and d yz singly occupied, see, e.g., Ref. There, because of Pauli exclusion principle,

region in order to ensure improvement of the heritage sites. This study demonstrated that religious tourists seem to be the largest group of visitors to the Madinah