• No results found

Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Share "Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern"

Copied!
15
0
0

Loading.... (view fulltext now)

Full text

(1)

1

PENGARUH LIKUIDITAS, AUDIT LAG,

DISCLOSURE, OPINION SHOPPING DAN KEPEMILIKAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING

CONCERN

Puput Anggraini

Drs. H. Hardi, SH., MM., Ak, CPA Edfan Darlis, SE, M.Si., Ak

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru

ABSTRACT

The financial statements present the financial condition of the company's information to be used as a basis for making decisions. Therefore the auditor not only assess the fairness of a report or just detect irregularities, but also responsible for assessing the company's ability to continue its business activities. Going Concern Audit Opinion is an opinion in the auditor's assessment that there is substantial doubt about the ability of the company to maintain business continuity during a reasonable period of time.

The aim of this study was to obtain empirical evidence about the influence of Liquidity, Audit Lag, Disclosure, Opinion Shopping and Corporate Ownership of Income Going Concern Audit Opinion. The sample was selected using purposive sampling technique. The population was all Mining and Mining Services Companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the years 2008-2011. By using the purposive sampling method 13 companies were sampled. All data were analyzed with logistic regression using SPSS version 17.0

The results of this study indicate that Liquidity, Audit Lag, Disclosure and Opinion Shopping has a significant influence on the Going Concern Audit Opinion. While the Corporate Ownership are Managerial Ownership and Institutional Ownership does not significantly influence the Going Concern Audit Opinion.

Keywords: Going Concern Audit Opinion, Audit Lag, Disclosure, Opinion Shopping, Corporate Ownership.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Saat ini dunia telah menghadapi krisis global yang berkelanjutan, pengaruh dari krisis keuangan memiliki peranan penting bagi perusahaan untuk tetap terus menjaga kelangsungan usahanya agar dapat terus beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Krisis keuangan global menunjukkan bahwa krisis keuangan di salah satu Negara dapat berimplikasi terhadap negara-negara lain. Apa yang terjadi di Amerika Serikat bisa berdampak di Eropa, Indonesia atau bahkan negara-negara terbelakang di Afrika sekalipun. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan krisis keuangan global ini akan berakhir. Namun yang pasti, krisis keuangan global tersebut berdampak terhadap kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan hidupnya (Purba, 2009:2).

(2)

2

Opini audit going concern yang diberikan auditor menggambarkan kondisi internal perusahaan yang sedang bermasalah. Menurut Altman dan McGough (1974) dalam Praptitorini dan Januarti (2007), masalah going concern terbagi dua: pertama, masalah keuangan yang meliputi defisiensi likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana. Kedua, masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian yang lemah atas operasi.

Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu (Widyantari, 2011). Dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dapat dinilai jika perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tersebut sehingga opini audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan cenderung merupakan opini yang bersih (clean opinion). Namun, jika sebaliknya jika perusahaan mengalami kesulitan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendek, akan berakibat diragukannya kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Audit lag didefinisikan sebagai jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going

concern ketika laporan audit tertunda lebih lama (McKeown et al, 1991).

Disclosure atau pengungkapan berhubungan dengan komponen-komponen

tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan semestinya (Mulyadi, 2002:73). Perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit informasi akuntansi cenderung menerima opini unqualified dari auditor eksternal (Gaganis dan pasiouras, 2007). Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari Auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Januarti, 2009). Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan. Kepemilikan manajerial adalah salah satu bentuk mekanisme corporate

governance yang bisa menyamakan kepentingan pemilik dan pengelola

perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004). Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun. Dengan kepemilikan perusahaan diharapkan akan ada

monitoring atau pengawasan terhadap keputusan manajemen, sehingga

mengurangi potensi kebangkrutan.

TELAAH PUSTAKA

Teori Keagenan (agency theory)

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan perbedaan kepentingan antara pemegang saham sebagai pelaku utama (principal) dan manajemen sebagai agen. Manajemen sebagai pengelola perusahaan berharap akan memperoleh bonus yang besar jika perusahaan menunjukkan laba yang besar pada akhir tahun. Oleh karena itu, kadang-kadang mereka dapat melaporkan laba yang tidak riil, dengan

(3)

3

melakukan window dressing atau earning management yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi (Agoes dan Husada, 2009:116).

Going Concern dan Opini Audit Going Concern

Going concern menurut Belkaoui (2009 : 271) adalah suatu dalil

kontinuitas yang menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Going concern dipakai sebagai asumsi pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (SPAP Seksi 341 paragraf 6).

Opini audit going concern merupakan opini audit yang telah dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAPI, 2011: SA Seksi 341). Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis.

Pengaruh Likuiditas Terhadap Opini Audit Going Concern

Likuiditas selalu digambarkan dengan kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya yang diukur dengan current ratio. Oleh karena itu, makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat memengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu kelangsungan usahanya. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern.

Pengaruh Audit Lag Terhadap Opini Audit Going Concern

Audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan

keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan (Januarti, 2009). Dengan melihat rentang waktu dari tanggal disusunnya laporan keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan yang semakin lama menunjukkan bahwa terjadi beberapa indikasi yang dikemukakan oleh Lennox (2004). Jika semakin lama jarak antara kedua peristiwa tersebut, maka kemungkinan perusahaan dalam keadaan yang tidak baik dan kemungkinan memperoleh opini audit going concern dari auditor, sehingga memerlukan waktu yang lama bagi auditor untuk mengeluarkan opininya diakibatkan kemungkinan indikasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Maka hipotesis yang disajikan adalah sebagai berikut:

H2: Audit lag berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini

(4)

4

Pengaruh Disclosure Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan

sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan (Tanor, 2009). Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat disclosure perusahaan, maka semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3: Disclosure mempengaruhi dikeluarkannya opini going concern

oleh auditor.

Pengaruh Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari

auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Januarti, 2009). Geiger et al (1996) menemukan bukti banyaknya perusahaan yang melakukan pergantian auditor ketika auditor mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan. Perusahaan biasanya menggunakan pergantian auditor (auditor switching) untuk menghindari penerimaan opini going concern dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu : (1) perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going

concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika

auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen ini disebut opinion shopping. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diajukan dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H4: Opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Linoputri (2010), menunjukkan bahwa dewan direksi yang memiliki saham di perusahaan, apalagi dalam jumlah besar cenderung berusaha mempertahankan atau bahkan meningkatkan fungsi pengelolaan dan pengawasannya terhadap perusahaan agar kinerja perusahaan juga dapat lebih baik dan dapat bertahan dalam jangka panjang. Selain itu juga untuk mencegah auditor meragukan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga tidak memberikan opini going concern pada laporan keuangannya. Maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H

5: Kepemilikan manajerial dalam suatu dewan direksi perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain (Kadir,

(5)

5

2011). Dengan adanya pengawasan dari pemilik institusional ini, pihak manajemen akan selalu mengawasi agar tidak terjadi tindakan manipulasi. Jika tindakan manipulasi dalam suatu peusahaan dapat diminimalisir, maka perusahaan akan bisa terhindar dari penerimaan opini audit going concern yang akan diberikan oleh auditor. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diajukan hipotesis penelitian:

H6: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit going concern.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) yang bergerak dalam bidang Mining

and Mining Services pada tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011 terdapat sebanyak 27

perusahaan total keseluruhan dari populasi.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang bergerak dalam bidang Mining and Mining Services pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 yang dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan jumlah tertentu (Sugiyono, 2012:122).

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo (2012:147) data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain). Data diperoleh dari laporan laporan keuangan auditan, laporan keuangan yang dipublikasikan dan annual report perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian yaitu 2008-2011. Sumber data pada penelitian ini berasal dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM).

Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen atau variabel bebas (Sugiyono, 2012:59). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit

going concern. Opini audit diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika auditee menerima opini audit going concern maka diberi nilai 1 dan jika auditee

tidak menerima opini audit going concern maka diberi nilai 0.

Variabel Independen Likuiditas (LIKD)

Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio yaitu aktiva lancar dibagi kewajiban lancar (Mutchler, 1985 dalam Widyantari, 2011). Variabel ini diperoleh berdasarkan perhitungan:

Current Ratio

(6)

6 Audit Lag (ALAG)

Audit lag merupakan jumlah kalender antara tanggal laporan keuangan

sampai dengan tanggal opini auditor independen. Peraturan BAPEPAM dan Lembaga Keuangan NO. 06/BL/2006 menyatakan lamanya auditor dalam menerbitkan laporan auditor adalah maksimal tiga bulan setelah laporan keuangan disusun. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going

concern ketika laporan audit tertunda lebih lama (McKeown et al, 1991).

Disclosure (DISC)

Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks, dimana peneliti akan melihat dari tingkat pengungkapan atas informasi keuangan perusahaan dibandingkan dengan jumlah yang seharusnya diungkapkan oleh perusahaan sesuai dengan peraturan BAPEPAM SE-02/PM/2002.

Jika perusahaan mengungkapkan item informasi dalam laporan keuangannya, maka skor 1 akan diberikan dan jika item tersebut tidak diungkapkan, maka 0 akan diberikan. Setelah melakukan scoring, disclosure level dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Cooke, 1992) :

Disclosure Level =

Ket : Skor Maksimum = 33 Skor Minimum = 1 Opinion Shopping (OS)

Variabel opinion shopping diukur dengan menggunakan metode yang diterapkan oleh Lennox (2002). Variabel ini diukur dengan variabel dummy, 1 jika melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini audit going concern, dan 0 jika tidak melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini audit going

concern.

Kepemilikan Manajerial (MAN_OWN)

Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah menggunakan persentase proporsi kepemilikan saham oleh manajer terhadap jumlah saham yang beredar, yang dihitung sebagai berikut (Andreas, 2009:104): Kepemilikan Manajerial =

Kepemilikan Institusional (INST_OWN)

Dalam penelitian ini menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.

Kepemilikan Institusional =

Metode Analisis Data

Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan regresi logistik (Logistic Regression). Alasan dari penggunaan analisis logistik adalah dikarenakan variabel dependen bersifat dikotomi (menerima opini audit going

concern dan tidak menerima opini audit going concern).

Statistik Deskriptif

Digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu akan memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian yang terdiri dari rata-rata, nilai maksimum dan nilai minimum.

(7)

7 Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

multivariate dengan regresi logistik (logistic regression). Regresi logistik adalah

regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Sulistyo, 2010 :46). Model regresi logistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

GC = a + b1 LIKD + b2 ALAG + b3 DISC + b4 OS + b5 MAN_OWN + b6 INST_OWN+ e

Keterangan :

GC = Dummy variabel opini audit going concern

a = Konstanta LIKD = Rasio Likuiditas

ALAG = Audit Lag (jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai

dikeluarkannya laporan audit) DISC = Disclosure (Tingkat pengungkapan)

OS = Opinion Shopping (dummy 1 pergantian auditor dan 0 tidak)

MAN_OWN = Kepemilikan Manajerial (rasio- proporsi kepemilikan saham oleh manajer terhadap jumlah saham yang beredar)

INST_OWN = Kepemilikan Institusional (rasio-jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola)

e= Kesalahan Residual

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi

Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang

dihipotesiskan menggambarkan data input (Ghozali, 2005:218). Dengan alpha 5%, cara menilai mode fit ini adalah sebagai berikut :

1. jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data.

2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data.

Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak

dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali. 2005:219).

(8)

8 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen (Ghozali, 2005:224). Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda.

Matrik Klasifikasi

Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada

auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification Table. Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis.

Pengujian Hipotesis

Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (a). Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /a ) maka berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode

purposive sampling (judgement sampling). Berdasarkan proses pemilihan

tersebut, diperoleh 11 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dengan periode pengamatan selama empat tahun (2008-2011) sehingga total sampel keseluruhan adalah 44 sampel.

Analisis Deskriptif

Tabel IV.1.1 : Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

OPINI.GC 44 .00 1.00 .2955 .46152 LIKD 44 47.19 1064.23 284.4327 206.58135 ALAG 44 47.00 175.00 84.7955 28.90689 DISC 44 .64 1.00 .8902 .11205 OS 44 .00 1.00 .0909 .29080 MAN_OWN 44 .00 5.41 .5043 1.56988 INST_OWN 44 25.32 90.15 59.7020 16.48748 Valid N (listwise) 44

Sumber : Olah Data

Dari data di atas rata-rata likuiditas perusahaan yang diteliti sebesar 284,43 dan variasi yang terdapat dalam variabel ini sebesar 206,58. Nilai rata-rata audit lag atau mean pada variabel ini adalah sebesar 84,7955 dan nilai standar deviasinya sebesar 28,90689. Nilai rata-rata disclosure sebesar 0,8902 dengan

(9)

9

nilai deviasi standar sebesar 0,11205. Rata-rata opinion shopping sebesar 0,0909, dengan deviasi standar sebesar 0,29080. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial sebesar 0,5043 dengan nilai deviasi standar sebesar 1,56988. Nilai rata-rata kepemilikan institusional sebesar 59,7020, dengan deviasi standarnya sebesar 16,48748.

Analisis Statistik Inferensial

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Sulistyo, 2010:46). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas, heteroscedasity, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Sulistyo, 2010:49).

Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Tabel IV.2.1 : Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 53.437 -.818

2 53.413 -.869

3 53.413 -.869

Sumber : Olah Data

Output SPSS pada tabel IV.2.1 memperlihatkan nilai -2 Log Likelihood pertama sebesar 53,413, angka ini secara matematik tidak signifikan terhadap alpha (α) 5% dan hipotesis nol diterima. Hal ini berarti bahwa hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam model regresi). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log

Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood

(-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL) menunjukkan model yang dihipotesiskan fit dengan data (Sulistyo, 2010:54).

Tabel IV.2.2 : Iteration Historya,b,c,d

Sumber : Olah Data

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant LIKD ALAG DISC OS

MAN_ OWN INST_ OWN Step 1 1 43.926 1.151 -.002 .014 -3.514 -.797 .060 .011 2 41.596 1.978 -.005 .017 -4.556 -.738 .001 .018 3 41.184 2.222 -.007 .018 -4.855 -.687 -.030 .022 4 41.167 2.235 -.007 .018 -4.876 -.692 -.034 .023 5 41.167 2.235 -.007 .018 -4.875 -.692 -.034 .023

(10)

10 Tabel IV.2.3 : Overall Model Fit

-2LL awal (Block Number = 0) 53,413

-2LL awal (Block Number = 1) 41,167

Penurunan -2LL 12,246

Sumber : Olah Data

Pengujian Kelayakan Model Regresi

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan Chi Square pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow. Probabilitas signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) 5%.

Tabel IV .2.4 : Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 11.053 8 .199

Sumber : Olah Data

Tabel IV.2.4 mengidentifikasikan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow. Dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,199, nilai signifikansi jauh lebih besar daripada 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak (diterima).

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai

Nagelkarke R Square. Nilai Nagelkarke R Square dengan nilai maksimumnya. Tabel IV.2.5 : Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 41.167a .243 .346

Sumber : Olah Data

Tabel IV.2.5 menunjukkan nilai Nagelkarke R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data, nilai Nagelkarke R Square adalah sebesar 0,346 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 34,6%, sisanya sebesar 65,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian.

Matriks Klasifikasi

Tabel IV.2.6 : Classification Tablea

Classification Tablea

Observed

Predicted

OPINI GOING CONCERN Percentage Correct

NGCAO GCAO

OPINI.GC NGCAO 29 2 93.5

GCAO 7 6 46.2

Overall Percentage 79.5

(11)

11

Tabel IV.2.6 di atas menunjukkan bahwa kekuatan model regresi dalam memprediksi penerimaan opini audit going concern (GCAO) adalah sebesar 46,2%, sedangkan kekuatan prediksi dari model untuk sampel yang menerima opini audit non going concern (NGCAO) adalah sebesar 93,5%, dan ketepatan prediksi secara keseluruhan model ini adalah sebesar 79,5%.

Hasil Pengujian Hipotesis

Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat variabel

in the equestion, pada kolom Significant (Sig) dibandingkan dengan tingkat

kealphaan 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0,05, maka Ha diterima.

Tabel IV.2.7 : Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a LIKD -.007 .004 3.393 1 .005 .993 ALAG .018 .013 2.891 1 .017 1.019 DISC -4.875 3.999 2.486 1 .022 .008 OS -.692 1.333 2.270 1 .036 .500 MAN_OWN -.034 .243 .019 1 .890 .967 INST_OWN .023 .028 .659 1 .417 1.023 Constant 2.235 3.673 .370 1 .543 9.343

Sumber : Olah Data

Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

Ha1 : Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Likuiditas yang diukur dengan menggunakan skala interval, pada tabel IV.2.7 memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05. Ini berarti bahwa Ha1 diterima.

Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Church (1992) serta Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menemukan bukti bahwa rasio likuiditas, dengan menggunakan proksi current ratio, berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Dimana dalam penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) mengatakan bahwa current ratio menggambarkan besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menanggung kewajiban lancar yang dimiliki.

Ha2 : Audit lag berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel audit lag menunjukkan nilai koofisien positif sebesar 0,018 dengan tingkat signifikansi 0,017 dimana lebih kecil dari 0,05. Karena tingkat signikansi sebesar 0,017 > 0,05, ini berarti bahwa HA2 diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Lennox (2002) yang menyatakan bahwa keterlambatan penerbitan opini audit yang berhubungan dengan going concern dikarenakan auditor banyak melakukan pengujian, manajemen mungkin melakukan negosiasi dengan auditor, dan auditor

(12)

12

memperlambat penerbitan opini dengan harapan manajemen dapat memberikan solusi dari masalah going concern yang dihadapinya. Adanya keterlambatan dalam mengeluarkan laporan auditor menunjukkan bahwa perusahaan memerlukan waktu untuk mengevaluasi perusahaan dan berusaha menghindari penerimaan opini going concern yang nantinya akan berimbas pada penurunan investor pada perusahaan itu sendiri.

Ha3 : Disclosure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Disclosure yang diukur memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,022.

Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 berarti nilai 0,022 < 0,05, ini menunjukkan bahwa Ha3 diterima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Haron et al. (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan yang tidak mengungkapkan rasio-rasio keuangan yang bagus dan mengungkapkan dampak kondisi ekonomi atau keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya akan meningkatkan kemungkinan menerima opini audit going concern. Disclosure atas informasi dapat digunakan untuk membantu dalam memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi perusahaan sebenarnya.

Ha4 : Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

Opinion shopping yang diukur menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,036. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 berarti nilai 0,036 < 0,05, ini berarti bahwa Ha4 diterima. Hasil ini mendukung temuan Lennox (2002) yang menemukan bukti bahwa opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Kondisi di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu dua cara : (1) perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going

concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika

auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen ini disebut opinion shopping.

Ha5 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel kepemilikan manajerial menunjukkan tingkat signifikansi 0,890 dimana lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signikansi sebesar 0,890 > 0,05, ini berarti bahwa Ha5 ditolak, hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha5 yang diajukan. Hasil ini tidak mendukung temuan dari Linoputri (2010) yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang lebih besar kemungkinannya kecil untuk menerima opini wajar dengan pengecualian. Tetapi hasil ini mendukung temuan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Meskipun ada kepemilkan manjerial ternyata fungsi pengawasan yang ada belum

(13)

13

menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena untuk kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.

Ha6 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel kepemilikan institusional menunjukkan tingkat signifikansi 0,417 dimana lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signikansi sebesar 0,417 > 0,05, ini berarti bahwa Ha6 ditolak, hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha6 yang diajukan. Hasil ini mendukung temuan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa meskipun ada kepemilikan institusional ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena untuk kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengujian dilakukan terhadap 11 perusahaan mining and mining services (Pertambangan) yang memenuhi kriteria, sehingga jumlah sampel yang diteliti sebanyak 44 buah (selama 4 tahun, periode 2008-2011).

2. Hasil pengukuran keseluruhan model (Overall Model Fit) yang dilihat dari nilai Hosmer dan Lomeshow’s Goodness of Fit Test dan uji Log Likelihood menunjukan bahwa model yang digunakan fit dengan data, berarti model regresi dapat digunakan dan mampu untuk memprediksi nilai obeservasinya. 3. Berkaitan dengan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh

variabel independen (Nagelkerke R Square), model yang digunakan hanya mampu menjelaskan fenomena tersebut sebesar 34,6% sementara 65,4% lagi dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. kekuatan prediksi dari model regresi yang digunakan dalam memprediksi variabel dependen (Classification Table) adalah sebesar 46,2% untuk memprediksi penerimaan opini going concern (GCAO) dan 93,5% untuk opini selain going concern (NGCAO). Ketepatan prediksi secara keseluruhan model ini sebesar 79,5%. 4. Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat signifikansi 5%, diperoleh bukti

bahwa likuiditas, audit lag, disclosure dan opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan kepemilikan manajerial dan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Saran

Pada peneltian selanjutnya, bisa menambahkan variabel lain, seperti laporan arus kas yang menggambarkan aktifitas keuangan perusahaan yang sebenarnya, rasio produktifitas, rasio aktifitas, serta struktur modal perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas. Bila memiliki banyak waktu, penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan dan meneliti sampel perusahaan dari dua jenis industri atau lebih, sehingga hasil temuan yang didapat bisa mengeneralisir seluruh perusahaan go public di BEI.

(14)

14 Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno dan Hoesada, jan. 2009. Bunga Rampai Auditing. Jakarta : Salemba Empat.

Andreas. 2009. Tata Kelola Korporasi dan Masalah Keagenan di Indonesia. Argitek YPN : Malang.

Belkaoui, Ahmed. R. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Buku Satu. Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat.

Cooke, T.E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure in the Annual Reports of Japanes Listed Corporations. Accounting and Business Research, London. Summer. Vol.22. Iss.87; pp229, 9 pgs.

Chen, K C., Chruch, B K. 1992. Default on Debt Obligationts and The Issuance of

Going Concern of Going Concern Report. Auditing : Journal Practice and Theory, Fall. pp 30-49.

Faizal, 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme

Corporate Governance.” Paper ini disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.

Gaganis, Chrysovalantis and Fotios Pasiouras. 2007. “A Multivariate analisys of the determinants of auditors’ opinions on Asian Banks”. Managerial

Auditing Journal, Vol. 22, No. 3: pp.268-287.

Geiger, M., K. Raghunandan, and D.V. Rama. 1996. “Going-Concern Audit Report Recipients Before and After SAS No 59”. National Public Accountant. pp 24-25.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Haron, Hasnah, Bambang Hartadi, Mahfooz Ansari and Ishak Ismail. 2009.

Factors Influencing Auditors' Going Concern Opinion. Asian Academy of

Management Journal, Vol. 14, No. 1, 1–19, January 2009. Universiti Sains Malaysia : Pulau Pinang, Malaysia.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia). Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi

XII. Palembang: 4-6 November.

Kadir, Abdul. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol 12 No 1. April.

Lennox, Clive S. 2002. Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor Independence and Opinion Shopping.www.google.com (accessed 25 November 2012).

Lennox, Clive. 2004. “Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping: Evidence from The UK?”. Journal of Accounting and Economics 29. pp 321-337.www.google.com. Di akses 23/11/2012.

Linoputri, Ferima Purmateti. 2010. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi Universitas Diponegoro : Semarang.

(15)

15

McKeown, J.C., J.F. Mutchler, dan W Hopwood. 1991. “Toward An Explanation of Auditor Failure to Modify The Audt Reports of Bankrupt Companies”.

Auditing : A Journal of Practice & Theory, Supplement. Pp 1-13.

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1. Yogyakarta : Salemba Empat.

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 2. Yogyakarta : Salemba Empat.

Praptitorini, Mirna dan Januarti, Indira. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit,

Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).

Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.

Purba, Marisi P. 2009. Asumsi Going Concern (Suatu Tinjauan Terhadap Dampak Krisis Keuangan atas Opini Audit dan Laporan Keuangan). Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Perusahaan Terhdap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Vol. 13. No. 2.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Cakrawala. Jakarta.

Tamba, Revol Ulung Bisara. 2009. Pengaruh Debet Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi Universitas Sumatera Utara : Medan.

Tanor, L.A.O. 2009. Pentingnya pengungkapan (Discosure) Laporan Keuangan dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi. Jurnal Formas. Vol 2, No. 4 Juni 2009 hal 287-294.

Teoh, S. 1992. “Auditor Independence, Dismissal Threats, and The Market Reaction to Auditor Switches”. Journal of Accounting Research 30. pp 1-23.

Ujiyantho, Muh. Arief dan Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi X, Padang.

Warnida. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di BEI). Jurnal Akuntansi dan Manajemen Juni Vol. 1, No. 1, ISSN 1858-3687 hal 30-43.

Widyantari, A.A.Ayu Putri. 2011. Opini Audit Going Concern dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi : Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Udayana: Denpasar.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat.

References

Related documents

Indeed, it appears that there has been almost no prior analysis of the profile of differentials across the reproductive life course of immigrants that allows us to distinguish

The above observations suggest that nursing homes, especially binding ones, change their staffing levels in response to staffing mandates, confirming that regulatory changes

Forecasting error in log death rates (forecast − actual) is averaged over forecast years, countries or ages to give different views of the relative bias of the five methods..

The activity carried out between 2011 and 2014 was carried out in order to obtain butanol from renewable resources as lignocellulosic biomass (dedicated colture,

Gaudi [12] (the generic Particle Physics software framework). Any package may either belong to one of the sub-projects or be an external package. The resulting internal

The original J-A model takes the anhysteretic magnetization curve (only domain rotation is considered, without including losses due to domain wall motion), in

Durante el siglo XVIII, la dinastía borbónica materializará en los sitios reales la transformación del aparato cortesano, mediante la creación de ciudades exnovo,

Step 1: The research team in each CSV site puts together an initial basket of promising technologies based on suggestions from women and men farmers, extension agents, national