• No results found

ALAMAT PENERBIT/REDAKSI:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Share "ALAMAT PENERBIT/REDAKSI: "

Copied!
80
0
0

Loading.... (view fulltext now)

Full text

(1)

ISSN: 1412-033X

(2)

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

(3)

PENERBIT:

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Puslitbang Bioteknologi dan Biodiversitas Universitas Sebelas Maret Surakarta

ALAMAT PENERBIT/REDAKSI:

L AB O R AT O R I U M P U S A T M I P A U N I V E R S I T AS S E B E L AS M AR E T

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375; Tel.: +62-271-646994 Psw. 398, 339; Fax.: +62-271-646655.

E-mail: unsjournals@yahoo.com; biology@mipa.uns.ac.id. Online: www.unsjournals.com

TERBIT PERTAMA TAHUN:

2000

ISSN:

1412-033X

TERAKREDITASI BERDASARKAN KEPUTUSAN DIRJEN DIKTI DEPDIKNAS RI No. 52/DIKTI/Kep/2002

PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNGJAWAB:

S u t a r n o

SEKRETARIS REDAKSI:

Ahmad Dwi Setyawan, Ari Pitoyo

PENYUNTING PELAKSANA:

Suranto (Biologi Molekuler), Marsusi, Solichatun (Botani),

Edwi Mahajoeno, Sugiyarto (Zoologi), Wiryanto, Kusumo Winarno (Ilmu Lingkungan)

PENYUNTING AHLI:

Prof. Ir. Djoko Marsono, Ph.D. (UGM Yogyakarta) Prof. Dr. Hadi S. Alikodra, M.Sc. (IPB Bogor)

Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. (UNS Surakarta)

Prof. J.M. Cummins, M.Sc., Ph.D. (Murdoch University Australia) Prof. Dr. Jusup Subagja, M.Sc. (UGM Yogyakarta)

Prof. Dr. R.E. Soeriaatmadja, M.Sc. (ITB Bandung)

Dr. Setijati Sastrapradja (Yayasan KEHATI Jakarta) Dr. Dedi Darnaedi (Kebun Raya Bogor)

Dr. Elizabeth A. Wijaya (Herbarium Bogoriense Bogor) Dr. Yayuk R. Suhardjono (Museum Zoologi Bogor)

BIODIVERSITAS, Journal of Biological Diversity mempublikasikan tulisan ilmiah, baik hasil penelitian asli maupun telaah pustaka (review) dalam lingkup keanekaragaman hayati (biodiversitas) pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem. Setiap

naskah yang dikirimkan akan ditelaah oleh redaktur pelaksana, redaktur ahli, dan redaktur tamu yang diundang secara khusus sesuai bidangnya. Dalam rangka menyongsong pasar bebas, penulis sangat dianjurkan menuliskan karyanya

dalam Bahasa Inggris, meskipun tulisan dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar tetap sangat dihargai.

Jurnal ini terbit empat kali setahun, setiap bulan bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.

(4)

PEDOMAN UNTUK PENULIS

Format penulisan pada nomor ini merupakan acuan utama bagi para penulis, adapun pedoman ini hanya merupakan ringkasannya.

Setiap naskah harus disertai surat pengantar yang menyatakan bahwa tulisan merupakan hasil karya penulis atau para penulis dan belum pernah dipublikasikan. Penulis diminta mengirimkan dua kopi naskah dan satu disket ukuran 3½” atau compact disc (CD), kecuali naskah yang dikirim melalui e-mail. Pada koreksi terakhir kembali diminta satu disket untuk pencetakan.

Tulisan diketik pada satu sisi kertas putih, ukuran A4 (210x297 mm2), dalam satu kolom, menggunakan spasi ganda, jenis huruf Times New Roman, ukuran 12 point, dengan jarak tepi 2 cm di semua sisi. Program pengolah kata atau jenis huruf tambahan dapat digunakan, namun harus PC compatible dan berbasis Microsoft Word.

Nama ilmiah (genus, spesies, author), dan kultivar atau strain disebutkan secara lengkap pada penyebutan pertama kali. Nama genus dapat disingkat setelahnya penyebutan yang pertama, kecuali menimbulkan kerancuan. Nama author dapat dihilangkan setelah penyebutan pertama. Misalnya pertama kali ditulis Rhizopus oryzae L.

UICC 524, selanjutnya ditulis R. oryzae UICC 524. Nama daerah dapat dicantumkan apabila tidak menimbulkan makna ganda.

Penyebutan nama ilmiah secara lengkap dapat diulang pada bagian Bahan dan Metode. Tatanama kimia dan biokimia mengikuti aturan IUPAC-IUB. Simbol-simbol kimia standar dan penyingkatan untuk nama kimia dapat dilakukan apabila jelas dan umum digunakan, misalnya pertama kali ditulis lengkap butilat hidroksitoluen (BHT) selanjutnya ditulis BHT. Ukuran metrik menggunakan satuan SI, penggunaan satuan lain harus diikuti nilai ekuivalen dengan satuan SI pada penyebutan pertama. Penyingkatan satuan, seperti g, mg, ml, dan sebagainya tidak diikuti titik. Indek minus (m-2, l-1, h-1) disarankan untuk digunakan, kecuali dalam hal-hal seperti “per-tanaman” atau

“per-plot”. Persamaan matematika tidak selalu dapat dituliskan dalam satu kolom dengan teks, untuk itu dapat ditulis secara terpisah.

Angka satu hingga sepuluh dinyatakan dengan kata-kata, kecuali apabila berhubungan dengan pengukuran, sedangkan nilai di atasnya dituliskan dalam angka, kecuali di awal kalimat. Pecahan sebaiknya dinyatakan dalam desimal. Dalam teks digunakan “%” bukannya

“persen”. Pengungkapan ide dengan kalimat yang rumit dan bertele- tele perlu dihindari, sebaiknya digunakan kalimat yang efektif dan efisien. Naskah hasil penelitian diharapkan tidak lebih dari 25 halaman (termasuk gambar dan tabel), naskah telaah pustaka menyesuaikan, masing-masing halaman berisi 700-800 kata, atau sebanding dengan naskah dalam nomor penerbitan ini.

Judul ditulis secara padat, jelas, dan informatif, maksimum 20 kata. Judul ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris untuk naskah dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris saja untuk naskah dalam bahasa Inggris. Naskah yang terlalu panjang dapat dibuat berseri, tetapi naskah demikian jarang diterbitkan jurnal ini. Judul pelari (running title) sekitar lima kata. Nama penulis atau para penulis pada naskah kelompok ditulis secara lengkap dan tidak disingkat. Nama dan alamat institusi ditulis lengkap dengan nama dan nomor jalan (lokasi), kode pos, nomor telepon, nomor telepon genggam, nomor faksimili, alamat e-mail, dan website. Pada naskah kelompok perlu ditunjukkan penulis untuk korespondensi beserta alamat dengan urutan seperti di atas. Abstract sebaiknya tidak lebih dari 200 kata, ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris untuk naskah dalam bahasa Indonesia (teks dalam bahasa Indonesia hanya untuk kepentingan keredaksian) atau bahasa Inggris saja untuk naskah dalam bahasa Inggris. Kata kunci (Keywords) sekitar lima kata, meliputi nama ilmiah dan daerah (apabila ada), topik penelitian dan metode-metode khusus yang digunakan. Pendahuluan (Introduction) sekitar 400-600 kata, meliputi latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian. Bahan dan Metode (Materials and Methods) sebaiknya ditekankan pada cara kerja dan cara analisis data. Hasil dan Pembahasan (Results and Discussion) ditulis sebagai satu rangkaian, pada tulisan yang cukup panjang sebaiknya dibuat beberapa sub judul. Pembahasan merupakan jawaban pertanyaan mengapa dan bagaimana hasil penelitian dapat terjadi, bukan sekedar mengungkapkan kembali hasil penelitian dalam bentuk kalimat. Pembahasan yang lengkap dan menyeluruh lebih disukai dari pada pembahasan yang tidak tuntas. Naskah telaah pustaka tanpa sub judul Bahan dan Metode, serta Hasil dan Pembahasan.

Kesimpulan (Conclusion) sebaiknya tetap diberikan, meskipun biasanya sudah terungkap pada Hasil dan Pembahasan. Ucapan terima kasih (Acknowledgments) apabila diperlukan ditulis secara singkat. Gambar dan Tabel maksimum tiga halaman, dapat dibuat dengan tinta cina atau printer laser. Judul gambar ditulis di bawah gambar, sedangkan judul table ditulis di atas tabel. Foto dicetak pada kertas glossy dan diberi keterangan. Gambar berwarna dapat diterima apabila informasi ilmiah dalam naskah dapat hilang tanpa gambar tersebut. Setiap gambar dan foto sebaiknya menyertakan file digital.

Penulis dianjurkan menyertakan foto atau gambar untuk sampul depan, meskipun tidak dimuat dalam naskah sendiri. Tidak ada lampiran, semua data atau analisis data dimasukkan dalam Hasil dan Pembahasan.

Pustaka dalam naskah ditulis dalam bentuk nama belakang penulis dan tahun. Pada kalimat yang diacu dari beberapa penulis, maka nama penulis diurutkan berdasarkan kebaharuan pustaka.

Naskah yang ditulis oleh dua penulis, maka nama keduanya disebutkan, sedang naskah yang ditulis oleh tiga penulis atau lebih, maka hanya nama penulis pertama ditulis diikuti et al. atau dkk., misalnya: Sprent dan Sprent (1990) atau (Smith 1982a, b; Baker and Manwell, 1991; Suranto et al., 1998). Pada sitasi bertingkat digunakan kata cit atau dalam, misalnya (Gyorgy, 1991 cit Coward, 1999) atau Gyorgy (1991, dalam Coward, 1999).

Daftar Pustaka diketik dengan spasi ganda. Sitasi mengikuti CBE-ELSE-Vancouver style dengan modifikasi sebagai berikut:

Jurnal:

Suranto, S., K.H. Gough, D.D. Shukla, and C.K. Pallaghy. 1998. Coat protein sequence of Krish-infecting strain of Johnson-grass mosaic potyvirus. Archives of Virology 143: 1015-1020.

Buku:

Sprent, J.l., and P. Sprent. 1990. Nitrogen Fixing Organisms: Pure and Applied Aspects. London: Chapman and Hall.

Bab dalam buku:

Baker, C.M.A. and C. Manwell. 1991. Population genetics, molecular markers and gene conservation of bovine breeds. In: Hickman, C.G. (ed.). Cattle Genetic Resources. Amsterdam: Elsevier Science Publishers B.V.

Abstrak:

Liu, Q., S. Salih, J. Ingersoll, R. Meng, L. Owens, and F.

Hammerschlag. 2000. Response of transgenic ‘Royal Gala’ apple (Malus x domestica Borkh.) shoots, containing the modified cecropin MB39 gene to Erwinia amylovora [084]. Abstracts of 97th Annual International Conference of the American Society for Horticultural Science. Lake Buena Vista, Florida, 23-26 July 2000.

Prosiding:

Alikodra, H.S. 2000. Keanekaragaman hayati bagi pembangunan dae- rah otonom. Dalam: Setyawan, A.D. dan Sutarno (ed.). Menuju Taman Nasional Gunung Lawu, Prosiding Semiloka Nasional Konservasi Biodiversitas untuk Perlindungan dan Penyelamatan Plasma Nutfah di Pulau Jawa. Surakarta, 17-20 Juli 2000.

Skripsi, Tesis, Disertasi:

Purwoko, T. 2001. Biotransformasi Isoflavon oleh Rhizopus oryzae UICC 524 dan Aktivitas Antioksidan Isoflavon Aglikon dari Tempe terhadap Oksidasi Minyak Kedelai. [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Informasi dari Internet:

Rosauer, D. 1998. Forest Disturbance and Succession. http://

www.anu.edu.au/ Forestry/silvinative/ daniel/chapter1/1.1.html Naskah publikasi “in press” dapat disitasi dan dicantumkan dalam daftar pustaka. “Komunikasi pribadi” dapat disitasi, tetapi tidak dapat dicantumkan dalam daftar pustaka. Penelitian yang tidak dipublikasi- kan atau sedang dalam tahap pengajuan publikasi tidak dapat disitasi.

Beberapa catatan tambahan. Naskah diketik tanpa tanda hubung (-), kecuali kata ulang. Penggunaan huruf “l” (el) untuk “1” (satu) atau “O”

(oh) untuk “0” (nol) perlu dihindari. Simbol α, β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, bukan mengubah jenis huruf.

Kata-kata dan tanda baca sesudahnya tidak diberi spasi.

Kemajuan naskah. Pemberitahuan naskah dapat diterima atau ditolak akan diberitahukan sekitar satu bulan setelah pengiriman.

Naskah dapat ditolak apabila materi yang dikemukakan tidak sesuai dengan misi jurnal, kualitas materi rendah, format tidak sesuai, gaya bahasa terlalu rumit, terjadi ketidakjujuran keaslian penelitian, dan korespondensi tidak ditanggapi. Penulis atau penulis pertama pada naskah kelompok akan mendapatkan satu eksemplar jurnal yang memuat tulisannya selambat-lambatnya sebulan setelah naskah diterbitkan. Penulis akan kembali mendapatkan satu eksemplar jurnal nomor penerbitan berikutnya.

PENTING: Penulis atau para penulis dalam naskah kelompok setuju memindahkan hak cipta (copyright) naskah yang diterbitkan BIODIVERSITAS, Journal of Biological Diversity kepada Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. Penulis tidak lagi diperkenankan menerbitkan naskah secara utuh tanpa ijin penerbit. Penulis atau pihak lain diperkenankan memperbanyak naskah dalam jurnal ini selama tidak untuk tujuan komersial. Untuk penemuan baru, penulis disarankan mengurus hak patennya sebelum mempublikasikan dalam jurnal ini.

(5)

B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X

Volume 6, Nomor 3 Juli 2005

Halaman: 153-156

♥ Alamat korespondensi:

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126 Tel. & Fax.: +62-271-664178 e-mail: drgadiprayitno@yahoo.com

Perubahan Kadar Dopamin, Homovanillic Acid (HVA) serta Interleukin-1β (IL-1β) dan Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) pada

Cerebral Palsy

Alteration of dopamine, homovanillic acid (HVA) with interleukine-1β (IL-1β) and tumor necrosis factor-α (TNF-α) in cerebral palsy

SATIMIN HADIWIDJAJA

Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

Diterima: 4 Nopember 2004. Disetujui: 22 Maret 2005.

ABSTRACT

Now, diagnosis of cerebral palsy base only on clinical finding without involve the alteration of the neurochemistry cause by cerebral hypoxic, although cerebral palsy is a syndrome cause by cerebral hypoxic; so, the accuracy diagnosis of this disease is very low. The aim of this study is to know the alteration of neurochemistry in cerebral palsy, especially the dopamine, homovanillic acid (HVA), interleukine-1β (IL-1β) and tumor necrosis factor-α (TNF-α). So, in the future, diagnosis of this disease not only base on clinical finding as above, but must be combine with alteration of the neurochemistry. This study is conducted by observational method as cross-sectional study. Material of this study is venous blood; take by periphery venous blood vessels on median cubital vein at the upper arm. Dopamine analysis by RIA and homovanillic acid (HVA) by HPLC while Interleukine-1β (IL-1β) and tumor necrosis factor-α (TNF-α) analysis by ELISA. The result of this study show the alteration of dopamine, homovanillic acid (HVA), interleukine-1β (IL-1β) and tumor necrosis factor-α (TNF-α), in the spastic and dyskinetic type of cerebral palsy.

© 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Key words: IL-1β, TNF-α, dopamine, HVA, cerebral palsy.

PENDAHULUAN

Cerebral palsy (CP) adalah suatu sindrom akibat gangguan otak yang bersifat non progresif dan non herediter pada anak-anak karena adanya hipoksia serebri yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Berdasarkan kejadiannya, cerebral palsy dapat mulai timbul pada masa prenatal, intranatal maupun perinatal dengan manifestasi klinis munculnya gangguan gerak dan/atau sikap tubuh (Wilsdon, 1996). Faktor prenatal yang mampu menyebabkan timbulnya hipoksia serebri adalah malnutrisi, faktor intranatal terutama akibat trauma saat lahir, sedang faktor perinatal akibat infeksi serebral. Di banyak negara, baik negara berkembang maupun negara industri angka kejadian cerebral palsy masih tinggi, yaitu: 2 per 1000 kelahiran hidup atau 2‰ (Paneth dan Kiely, 1984, dalam Wilsdon, 1996). SCOPE (1994, dalam Wilsdon, 1996) melaporkan di London terdapat 1 kejadian cerebral palsy di antara 400 kelahiran hidup atau 2,5‰, di Amerika Serikat terdapat angka cerebral palsy 4,2 per 1000 kelahiran hidup, sedang di Swedia terdapat sekitar 1,5 per 1000 kelahiran hidup.

Terdapat dua kelompok besar cerebral palsy, yaitu: tipe spastik (66%) dan tipe diskinetik (21%). Cerebral palsy tipe spastik terjadi akibat kerusakan di korteks serebri dan traktus piramidalis dengan manifestasi klinik adanya

kelumpuhan disertai spastisitas; sub kelompok tipe ini dapat dalam bentuk hemiplegia (30%), diplegia (16%), dan kuadriplegia (20%). Cerebral palsy tipe diskinetik terjadi karena kerusakan ganglia basalis dan traktus ekstrapiramidalis dengan manifestasi klinik munculnya gerakan-gerakan abnormal sebagai gerak involunter; sub kelompok tipe ini dapat dalam bentuk athetoid, dystonia, dan hypotonia. Dua kelompok kecil cerebral palsy adalah tipe ataxic (3%) terjadi akibat kerusakan pada serebellum, sedang tipe campuran (10%) mempunyai gejala lebih dari satu tipe tersebut di atas. Cerebral palsy, apabila hanya disebut demikian, yang dimaksud adalah cerebral palsy tipe spastik, sehingga perubahan apapun yang ditemukan dalam cerebral palsy tipe spastik merupakan manifestasi dari keseluruhan cerebral palsy (Wilsdon, 1996).

Burt (1993) menyebutkan bahwa dopamin dapat mengontrol gangguan gerak akibat kerusakan otak.

Dopamin yang merupakan neurotransmitter kelompok katekolamin banyak terdapat di hampir seluruh jaringan otak, terutama di ganglia basalis dan substantia nigra, maka kerusakan jaringan otak akibat hipoksia serebri dapat mempengaruhi kandungan dopamin ekstraseluler.

Penelitian tentang kerusakan jaringan otak umumnya menunjukkan bahwa hipoksia serebri dapat meningkatkan sitokin IL-1β dan TNF-α (Betz et al., 1996; Silverstein et al., 1997; Yoon et al., 1997a,b). Setiap traumatic brain injury menyebabkan terjadinya peningkatan IL-1β dan TNF-α.

Semua sitokin ini dapat ditemukan di liquor serebrospinalis dan serum (Morganti-Kossman et al., 1997; Oygur et al., 1998). Sitokin IL-1β dan TNF-α secara biologis dapat

(6)

B I O D I V E R S I T AS Vol. 6, No. 3, Juli 2005, hal. 153-156 154

meningkatkan katabolisme jaringan, sehingga perubahan patologik di otak akibat pengaruh langsung hipoksia serebri akan menjadi lebih parah. Sitokin IL-1β dan TNF-α dikeluarkan oleh sel mikroglia yang merupakan stressed cell akibat adanya stressor hipoksia serebri.

Hipoksia serebri akan mempengaruhi aktifitas neuron dopaminergik pada striatum tikus yang menyebabkan meningkatnya dopamin ekstraseluler. Peningkatan dopamin ekstraseluler ini bukan saja disebabkan meningkatnya dopamine release tetapi juga akibat adanya hambatan dopamine reuptake (Akiyama et al., 1991; Chang et al., 1993). Penurunan tekanan oksigen (hipoksia) di otak bayi mempunyai korelasi negatif dengan meningkatnya kandungan dopamin ekstraseluler; artinya semakin rendah penurunan tekanan oksigen di otak maka akan semakin tinggi kandungan dopamin ekstraseluler, sehingga menyebabkan semakin turunnya kinerja sistem neuron dopaminergik. Burt (1993) mengemukakan bahwa sebagian besar gangguan gerakan yang berhubungan dengan patobiologi ganglia basalis dapat muncul ke dalam satu dari dua kategori gangguan gerakan yang gejalanya saling berlawanan, yaitu: (i) akinesia (tidak ada gerakan) dan hipertonia (rigiditas dari otot), (ii) dyskinesia (gerakan abnormal) dan hipotonia (artinya otot menjadi lemas).

Pada cerebral palsy akan terjadi peningkatan IL-1β dan TNF-α pada darah tepi yang dapat menyebabkan meningkatnya dopamin ekstraseluler. Ekspresi sitokin IL-1β dan TNF-α yang tinggi saat terjadi hipoksia serebri dalam liquor serebrospinalis dan plasma darah menyebabkan kerusakan jaringan otak melalui peningkatan katabolisme, sedang dalam konsentrasi yang rendah berfungsi untuk neuroproteksi terhadap kerusakan jaringan otak akibat hipoksia serebri (Ross dkk., 1994; Rothwell dan Strijbos, 1995; Hagberg et al., 1996). Pada masa posthipoksia serebri yang disertai dengan kerusakan jaringan otak masih dijumpai ekspresi sitokin IL-1β dan TNF-α dalam konsentrasi rendah untuk memberikan pengaruh neuroproteksi (Dammann dan Leviton, 1997).

Kerusakan otak (squelae) merupakan perubahan yang tidak reversibel, walaupun paparan hipoksia serebri sudah tidak ada. Perubahan kandungan dopamin di striatum maupun kompartemen ekstraseluler setelah hipoksia serebri disebabkan perubahan dopamine release dan dopamine uptake (Kondoh, 1995). Hasil akhir metabolit dopamin adalah homovanillic acid (HVA) yang akan dikeluarkan melalui ginjal bersama-sama dengan urin.

Besarnya kandungan HVA ini mempunyai korelasi dengan kandungan dopamin di otak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan perubahan IL-1β, TNF-α, Dopamin, dan HVA pada anak normal, cerebral palsy tipe spastik maupun tipe diskinetik serta untuk melihat data deskriptif hubungan antara cerebral palsy dengan tingkat sosial-ekonomi yang kurang baik.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional, jenis cross-sectional study yang bertujuan untuk mengetahui perubahan IL-1β, TNF-α, dopamin dan HVA di darah tepi pada anak normal dan anak cerebral palsy. Kelompok kontrol diperankan oleh anak normal (non-cerebral palsy) diambil sebanyak 13 anak berdasarkan kriteria inklusi.

Kelompok kasus cerebral palsy tipe spastik ditetapkan berdasarkan adanya spastisitas dan kelumpuhan anggota

tubuh, sedang cerebral palsy tipe diskinetik ditetapkan berdasarkan gerak involunter, masing-masing diambil 12 orang anak secara random.

Material (bahan) dalam penelitian ini adalah darah vena yang diambil melalui vena mediana cubiti baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Pertama, darah diambil sebanyak 7 mL dengan tabung venoject untuk pemeriksaan TNF-α, IL-1β, dan Dopamin. Darah kemudian disentrifus pada 3000 rpm selama 5 menit; serum yang muncul dibagi menjadi tiga bagian masing-masing untuk pemeriksaan TNF-α, IL-1β, dan Dopamin dengan dimasukkan ke dalam tabung aliquot sendiri-sendiri, disimpan pada suhu -20oC.

TNF-α dan IL-1β diperiksa dengan teknik ELISA indirect (Sandwich) dengan reagen Quantikine HS kit, sedangkan Dopamin diperiksa dengan teknik RIA dengan reagen IBL dopamine RIA kit. Kedua, darah diambil 5 mL dengan tabung venoject yang mengandung heparin untuk pemeriksaan HVA, disentrifus pada 3000 rpm selama 5 menit. Plasma yang muncul dimasukkan ke dalam tabung aliquot untuk disimpan pada suhu -20oC. HVA ini diperiksa dengan teknik HPLC metode Lawrence A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Variabel IL-1β, TNF-α, Dopamin dan HVA dianalisis dengan bantuan perangkat lunak program SPSS versi 9.

Hasilnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. IL-1β, TNF-α, dopamin dan HVA pada CTL, CPS, CPDys

Subjek Jumlah Variabel Rerata SD IL-1β (pg/mL) 0,515 0,182 TNF-α (pg/mL) 4,925 0,894 Dopamin (ng/mL) 0,419 0,229 CTL 13

HVA (μg/mL) 9,007 2,079

IL-1β (pg/mL) 1,594 0,810 TNF-α (pg/mL) 7,610 2,834 Dopamin (ng/mL) 0,712 0,264 CPS 12

HVA (μg/mL) 5,871 1,529

IL-1β (pg/mL) 0,793 0,499 TNF-α (pg/mL) 6,534 2,600 Dopamin (ng/mL) 0,504 0,181 CPDys 12

HVA (μg/mL) 3,042 0,323

Keterangan: CTL = Kontrol, CPS = CP spastik, CPDys = CP diskinetik, SD = standar deviasi.

Seluruh cerebral palsy (gabungan bersama antara cerebral palsy tipe spastik dengan tipe diskinetik) dibandingkan dengan kelompok kontrol melalui uji beda, analisis datanya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji beda dua mean variabel penelitian antara kelompok kontrol dengan cerebral palsy .

Variabel Beda rerata Nilai t Signifikansi

1. IL-1β -0,678 -3,092 0,004

2. TNF-α -2,147 -2,755 0,009

3. Dopamin -0,189 -2,281 0,029

4. HVA 4,550 6,943 0,001

Berdasarkan Tabel 2, terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p<0,01) antara variabel IL-1β, TNF dan HVA, sedang Dopamin bermakna pada (p<0,05) antara kelompok kontrol dan cerebral palsy. Dari analisis di atas, diketahui

(7)

HADIWIDJAJA – Kadar dopamin, HVA, IL-1β, dan TNF-α pada cerebral palsy 155

adanya perbedaan seluruh variabel antara anak normal dengan anak cerebral palsy.

Cerebral palsy tipe spastik merupakan kelompok cerebral palsy terbesar dan merupakan representasi dari keseluruhan cerebral palsy; sehingga perbedaan antara anak normal dengan cerebral palsy tipe spastik sama dengan analisis perbedaan antara anak normal dengan keseluruhan cerebral palsy. Perbedaan variabel IL-1β, TNF- α, Dopamin, dan HVA di darah tepi antara anak normal dengan cerebral palsy tipe spastik dapat diketahui melalui uji beda dua mean (Tabel 3).

Tabel 3. Uji beda dua mean variabel penelitian antara kelompok kontrol dengan Cerebral palsy tipe spastik.

Variabel Beda rerata Nilai t Signifikansi

1. IL-1β -1,079 -4,686 0,001

2. TNF-α -2,685 -3,250 0,004

3. Dopamin -0,293 -2,971 0,007

4. HVA 3,136 4,265 0,001

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa semua variabel IL-1β, TNF-α, Dopamin, dan HVA berbeda sangat nyata (p<0,01) antara anak normal dengan cerebral palsy tipe spastik.

Perbandingan variabel dopamin dan HVA antara cerebral palsy tipe spastik dengan tipe diskinetik disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji beda dua mean variabel penelitian antara Cerebral palsy tipe spastik dengan tipe diskinetik.

Variabel Beda rerata Nilai t Signifikansi 1. Dopamin -0,209 -2,260 0,034

2. HVA -2,830 -6,272 0,001

Tabel 4 menunjukkan adanya beda nyata pada variabel dopamin (p<0,05) antara cerebral palsy tipe spastik dengan tipe diskinetik, sementara variabel HVA berbeda dengan sangat nyata (p<0,01) antara keduanya.

Keempat variabel IL-1β, TNF-α, Dopamin, dan HVA menunjukkan variasi perbedaan antara kelompok kontrol, cerebral palsy tipe spastik dan tipe diskinetik, seperti terlihat melalui uji Anava, yang analisisnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji Anava kelompok kontrol, Cerebral palsy tipe spastik dan tipe diskinetik.

Variabel Nilai F Signifikansi

1. IL-1β 12,701 0,001

2. TNF-α 4,519 0,018

3. Dopamin 5,440 0,009

4. HVA 48,082 0,001

Tabel 5 menunjukkan variasi perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) berbagai variabel antara kelompok anak normal, anak cerebral palsy tipe spastik, dan tipe diskinetik.

Mengingat adanya variasi perbedaan antar variabel maka perlu ditetapkan nilai IL-1β, TNF-α, Dopamin, dan HVA pada anak normal dan cerebral palsy tipe spastik dan tipe diskinetik.

Dari uraian tersebut di atas, maka nilai pada: (i) Anak normal: IL-1β=0,515±0,182 pg/mL atau antara 0,333-0,697 pg/mL; TNF-α,=4,925±0,894 pg/mL atau antara 4,031-

5,819 pg/mL; Dopamin=0,419±0,229 ng/mL atau antara 0,190-0,648 ng/mL dan HVA=9,007±2,079 μg/mL atau antara 6,928-11,086 μg/mL. (ii) Anak cerebral palsy tipe spastik: IL-1β=1,594±0,810 pg/mL atau antara 0,784-2,404 pg/mL; TNF-α,=7,610±2,834 pg/mL atau antara 4,776- 10,444 pg/mL; Dopamin=0,712±0,264 ng/mL atau antara 0,448-0,976 ng/mL dan HVA=5,871±1,529 μg/mL atau antara 4,342-7,400 μg/mL. (iii) Anak cerebral palsy tipe diskinetik: IL-1β=0,793±0,499 pg/mL atau antara 0,294- 1,292 pg/mL; TNF-α=6,534±2,600 pg/mL atau terletak antara 3,934-9,134 pg/mL; Dopamin=0,504±0,181 ng/mL atau antara 0,323-0,685 ng/mL dan HVA=3,042±0,323 μg/mL atau antara 2,719-3,365 μg/mL.

Beberapa peneliti menyebutkan bahwa setiap traumatic brain injury akan meningkatkan IL-1β dan TNF-α di dalam liquor serebrospinalis dan serum (Betz, 1996; Silverstein, 1997; Morganti-Kossman, 1997). Pada cerebral palsy yang merupakan suatu kasus brain injury, sel-sel mikroglia mengekspresikan sitokin IL-1β dan TNF-α dalam jumlah yang lebih besar dari normal. Ekspresi sitokin IL-1β dan TNF-α di atas normal ini berfungsi untuk neuroproteksi (Dammann dan Leviton, 1997) dalam mencegah meluasnya kerusakan neuron akibat brain injury tersebut.

Kerusakan jaringan otak akibat ekspresi sitokin IL-1β dan TNF-α akan mempengaruhi neuron dopaminergik, mulai dari mempengaruhi mekanisme dopamine release, dopamine reuptake, densitas dan afinitas reseptor D1 dopamin maupun reseptor D2 dopamin, serta kerusakan yang lebih parah lagi. Kerusakan neuron dopaminergik ini akan meningkatkan kandungan dopamin ekstraseluler (Kondoh, 1995; Araki et al., 1996; Araki et al., 1997).

HVA (homovanillic acid) yang merupakan hasil akhir metabolit dopamin, kadarnya sangat bergantung pada metabolisme dopamin itu sendiri. Keadaan ini akan dapat dicapai pada kondisi in vitro, tetapi pada kondisi in vivo banyak faktor yang ikut menentukan besarnya kadar HVA.

Dalam keadaan iskhemia serebri, neuron dan sel-sel glia mengalami depolarisasi dan sistem transport terganggu, sehingga walaupun HVA tetap diproduksi oleh neuron, kandungan HVA di dalam kompartemen intraseluler tetap tinggi, sementara kadar HVA ekstraseluler turun (Phebus dkk., 1995). Nakajima dkk. (1996) menyebutkan bahwa hipoksia serebri akan mempengaruhi metabolisme monoamine striatal yang menyebabkan terjadinya peningkatan dopamin ekstraseluer dan penurunan HVA ekstraseluler. Kandungan HVA tidak dapat menggambarkan secara langsung sebagai metabolit akhir dopamin. Tabaddor (1978a,b) menyebutkan bahwa diffuse cerebral disease yang menyebabkan munculnya gangguan gerak akan mengakibatkan penurunan aktifitas neuron dopaminergik termasuk disfungsinya jaras nigrostriatal, yang berakibat terjadi penurunan kandungan HVA ekstraseluler. Cerebral palsy merupakan satu gangguan serebral yang disertai dengan munculnya gangguan gerak, maka penurunan aktifitas neuron dopaminergik yang terjadi akan menyebabkan terjadinya penurunan kandungan HVA ekstraseluler.

Otak merupakan organ di tubuh yang sangat sensitif, khususnya saat dalam pertumbuhan; apabila nutrisi ke otak kurang baik akibat makanan yang nilai gizinya rendah, maka akan mengganggu pertumbuhan otak. Pemberian makanan dengan nilai gizi yang tidak memenuhi kaidah- kaidah 4 sehat 5 sempurna pada anak-anak, berakibat pertumbuhan otaknya kurang baik; anak menjadi kurang cerdas, kreatifitas anak berkurang, terjadi gangguan gerak tertentu baik bersifat kaku atau lemas atau gerak tak teratur (Constantinides, 1994; McCance dan Huether, 1994).

(8)

B I O D I V E R S I T AS Vol. 6, No. 3, Juli 2005, hal. 153-156 156

Riwayat kehamilan yang kurang baik, misalnya timbulnya keracunan kehamilan (pre-eklampsia) serta gangguan persalinan (partus lama), mengakibatkan konsumsi oksigen ke otak berkurang. Gangguan otak akibat kurang gizi serta riwayat kehamilan dan persalinan yang kurang baik ini sama dengan akibat yang disebabkan oleh hipoksia serebri pada anak-anak.

Secara deskriptif terlihat bahwa dari 24 anak cerebral palsy (12 anak dengan cerebral palsy tipe spastik dan 12 anak dengan cerebral palsy tipe diskinetik), tercatat 19 anak berasal dari keluarga yang tingkat sosial-ekonominya kurang baik; sehingga dari data ini terlihat 79% anak cerebral palsy berasal dari keluarga miskin. Ke-19 anak cerebral palsy ini tercatat ada yang berasal dari ibu yang mengalami partus lama 7 orang dan keracunan kehamilan 9 orang, sedang sisanya berasal dari ibu yang riwayat kehamilan dan persalinannya normal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kerusakan jaringan otak (brain damage) akibat adanya hipoksia serebri yang terdapat pada cerebral palsy baik pada tipe spastik maupun tipe diskinetik menyebabkan terjadinya perubahan kandungan IL-1β, TNF-α, Dopamin, dan HVA di darah tepi. Nilai variabel IL-1β, TNF-α, Dopamin dan HVA pada anak normal dan anak cerebral palsy, dapat dilihat di bawah ini: (i) Anak normal:

interleukin-1β (IL-1β) = 0,515 ± 0,182 pg/mL atau antara 0,333-0,697 pg/mL; tumor necrosis factor-α (TNF-α) = 4,925 ± 0,894 pg/mL atau antara 4,031-5,819 pg/mL;

Dopamin = 0,419 ± 0,229 ng/mL atau antara 0,190-0,648 ng/mL; homovanillic acid (HVA) = 9,007 ± 2,079 μg/mL atau antara 6,928-11,086 μg/mL. (ii) Anak cerebral palsy:

interleukin-1β (IL-1β) > anak normal; tumor necrosis factor- α (TNF-α) > anak normal; dopamin > anak normal;

homovanillic acid (HVA) < anak normal. (iii) Anak cerebral palsy tipe spastik: interleukin-1β (IL-1β) = 1,594 ± 0,810 pg/mL atau antara 0,784-2,404 pg/mL; tumor necrosis factor-α (TNF-α) = 7,610 ± 2,834 pg/mL atau antara 4,776- 10,444 pg/mL; Dopamin = 0,712 ± 0,264 ng/mL atau antara 0,448-0,976 ng/mL; homovanillic acid (HVA) = 5,871 ± 1,529 μg/mL atau antara 4,342-7,400 μg/mL. (iv) Anak cerebral palsy tipe diskinetik: interleukin-1β (IL-1β) = 0,793

± 0,499 pg/mL atau antara 0,294-1,292 pg/mL; tumor necrosis factor-α (TNF-α) = 6,534 ± 2,600 pg/mL atau antara 3,934-9,134 pg/mL; Dopamin = 0,504 ± 0,181 ng/mL atau antara 0,323-0,685 ng/mL; homovanillic acid (HVA) = 3,042 ± 0,323 μg/mL atau antara 2,719-3,365 μg/mL.

Cerebral palsy banyak dijumpai di lingkungan keluarga dengan tingkat sosial-ekonomi yang kurang baik; terbukti dari 24 anak cerebral palsy tercatat 19 anak (79%) dari keluarga miskin dengan riwayat kehamilan dan persalinan ibunya kurang baik.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kasus cerebral palsy dengan rancangan penelitian kohort dengan sampel yang lebih banyak serta dilakukan pada umur sedini mungkin, terutama terhadap bayi dengan Apgar score yang rendah serta anak yang menderita infeksi serebral.

Diagnosis cerebral palsy ditegakkan disamping dari gejala- gejala klinis yang ada juga diikutsertakan adanya perubahan neurokimiawi yang terjadi akibat hipoksia serebri; dengan demikian gold standard untuk diagnosis cerebral palsy dapat ditegakkan.

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, Y., K. Koshimura, T. Ohue, K. Lee, S. Miwa, S. Yamagata, and H.

Kikuchi. 1991. Effects of hypoxia on the activity of the dopaminergic neuron system in the rat striatum as studied by in vivo brain microdialysis. Journal of Neurochemistry 57 (3): 997-1002.

Araki, T., H. Kato, K. Shuto, T. Fujiwara, K. Kogure, and Y. Itoyama. 1996.

Effects of cerebral ischemia on dopamine receptors in the gerbil striatum. European Journal of Pharmacology 306 (1-3): 73-79.

Araki, T., H. Kato, K. Shuto, T. Fujiwara, and Y. Itoyama. 1997. Effect of cerebral ischemia on dopamine receptors and uptake sites in the gerbil hippocampus. European Neuropsychopharmacology 7 (4): 275-282.

Betz, A.L., G.P. Scheilke, G.Y. and Yang. 1996. interleukin-1 in cerebral ischemia. Keio Journal of Medicine 45 (3): 230-237.

Burt, A.M. 1993. Textbook of Neuroanatomy. 1st ed. Philadelphia: W.B.

Saunders Company.

Chang, C.J., H. Ishii, H. Yamamoto, T. Yamamoto, and M. Spatz. 1993.

Effects of cerebral ischemic on regional dopamine release and D1 and D2 receptors. Journal of Neurochemistry 60 (4): 1483-1490.

Constantinides, P. 1994. General Pathobiology. Norwalk, Connecticut:

Appleton & Lange.

Dammann, O. dan A. Leviton. 1997. Maternal intrauterine infection, cytokines, and brain damage in preterm newborn. Pediatric Research 42 (1): 1-8.

Hagberg, H., E. Gilland, E. Bona, L.A. Hanson, M. Hahin-Zoric, M. Blennow, M. Holst, A. McRae, and O. Soder. 1996. Enhanced expression of interleukin (IL)-1 and IL-6 messenger RNA and bioactive protein after hypoxia-ischemia in neonatal rats. Pediatric Research 40 (4): 603-609.

Kondoh, T., S.H. Lee, and W.C. Low. 1995. Alteration in striatal dopamine release and uptake under conditions of mild, moderate and severe cerebral ischemia. Neurosurgery 37 (5): 948-954.

McCance, K.L. and S.E. Huether. 1994. Pathophysiology. The Biologic Basis for Disease in Adults and Children. 2nd edition. St.Louis Baltimore: IE International Edition Mosby.

Morganti-Kossnan, M.C., P.M. Lenzlinger, V. Hans, P. Stabel, E. Csuka, E.

Ammann, R. Stocker, and T. Kossmann. 1997. Production of cytokines following brain injury: Beneficial and deleterious for the damaged tissue.

Molecular Psychiatry 2 (2): 133-136.

Nakajima, W., A. Ishida, and G. Takada, 1996. Effect of anoxia on striatal mono-amine metabolism in immature rat brain compared with that of hypoxia: an in vivo microdialysis study. Brain Research 740 (11-2): 316- 322.

Oygur, N., O. Sonmez, O. Saka, and O. Yegin. 1998. Predictive value of plasma and cerebrospinal fluid tumour necrosis factor-alpha and interleukin-1 beta concentrations on outcome of full term infants with hypoxic-ischemic encephalopahy. Archives Disease Child Fetal Neonatal 79 (3): F190-193.

Phebus, L.A., R.E. Mincy, and J.A. Clemens. 1995. Ischemia increases tissue and decreases extracellular levels of acid dopamine metabolites in the rat striatum: further evidence for active transport of metabolites.

Life Science 56 (13): 1135-1141.

Ross, S.A., Halliday, M.I., Campbell, G.C., Byrnes, D.P., Rowlands, B.J.

1994. The presence of tumor necrosis factor in CSF and plasma after severe head injury. British Journal of Neurosurgery 8 (4): 419-425.

Rothwell, N.J. and P.J. Strijbos. 1995. Cytokines in the neurodegeneration and repair. International Journal of Developmental Neuroscience 13 (3- 4): 179-185.

Silverstein, F.S., J.D. Barks, P. Hagan, X.H. Liu, J. Ivacko, and J. Szaflarski.

1997. Cytokines and perinatal brain injury. Neurochemistry International 30 (4-5): 375-383.

Tabaddor, K., L.I. Wolfson, and N.S. Sharpless. 1978a. Diminished ventricular fluid dopamine metabolites in adult-onset dystonia. Neurology 28 (12): 1254-1258.

Tabaddor, K., L.I. Wolfson, and N.S. Sharpless. 1978b. Ventricular fluid homovanillic acid and 5-hydroxyindoleacetic acid concentrations in patients with movement disorders. Neurology 28 (12): 1249-1253.

Wilsdon, J. 1996. Cerebral palsy In: Stewart, A.M. (ed.). Occupational Therapy and Physical Dysfunction. 4th ed.New York: Wiley

Yoon, B.H., J.K. Jun, R. Romero, K.H. Park, R. Gomez, J.H. Choi, and I.O.

Kim. 1997a. Amniotic fluid inflamatory cytokines (interleukin-6, interleukin-1 beta, and tumor necrosis factor-alpha), neonatal brain white matter lesions, and cerebral palsy. American Journal of Obstetry and Gynecology 177 (1): 19-26.

Yoon, B.H., R. Romero, C.J. Kim, J.N. Koo, G. Choe, H.C. Syn, and J.G. Chi.

1997b. High expression of tumor necrosis factor-alpha and interleukin-6 in periventricular leukomalacia. American Journal of Obstetry and Gynecology 177 (2): 406-411.

(9)

B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X

Volume 6, Nomor 3 Juli 2005

Halaman: 157-159

♥ Alamat korespondensi:

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126 Tel. & Fax.: +62-271-632494.

e-mail: drgadiprayitno@yahoo.com

Ekspresi Protein p53, Rb, dan c-myc pada Kanker Serviks Uteri dengan Pengecatan Immunohistokimia

The expression of p53, Rb, and c-myc protein in cervical cancer by immunohistochemistry stain

ADI PRAYITNO1,, RUBEN DARMAWAN2, ISTAR YULIADI3, AMBAR MUDIGDO1

1 Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta 57126

2 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta 57126

3 Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan, RSUD dr Muwardi, Surakarta 57126

Diterima: 14 Pebruari 2005. Disetujui: 1 April 2005.

ABSTRACT

The pathogenesis of cancer as whole (50%) is caused by gene mutation. Pathogenesis of cervical cancer has focusing on Human Papilloma Virus (HPV). Early-7 (E7) proteins of HPV shell bind the Rb tumor suppressor gene, so pRb (Rb protein) can’t express. Because of the E2F transcription factor gene can’t bound with pRb, so E2F gene are going active and help c-myc for DNA replication and to stimuli the cell cycle. E6 protein of HPV is bind to and facilitates the degradation of the p53 tumor suppressor gene product. The objective of this experiment is to known the expression of p53, Rb and c-myc proteins in cancer of uterine cervix. Nineteen blocks paraffin tissue of cervical cancer are cut in thoroughly cleaned cryotome and place in glass plate that covered with poly-elysine. The immunohistochemistry is done with monoclonal antibody anti p53, Rb and c-myc proteins. The Result of this experiment is shown that the expression of proteins of p53 protein is 40%, Rb protein is 30.8% and c-myc protein is 50.1%. The conclusion from this experiment is that the expression of p53, Rb and c-myc proteins in cervical cancer are in mild category (30-70%). The experiment about cervical cancer is suggested.

© 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Key words: cervical cancer; p53; Rb; c-myc; immunohistochemistry.

PENDAHULUAN

Banyak faktor penyebab terjadinya kanker, baik internal maupun external. Faktor internal terutama keberadaan gen- gen yang berperan pada siklus sel telah menjadi pusat perhatian dalam hubungannya dengan proses terjadinya pertumbuhan tumor. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan tumor, terdapat dua golongan gen: Pertama adalah kelompok pemicu terjadinya tumor yang lazim disebut tumor oncogenes, seperti: gen c-myc dan gen ras;

Kedua adalah kelompok penekan terjadinya tumor yang lazim disebut tumor suppressor gene, seperti: gen p53 dan gen Rb. Hingga saat ini banyak peneliti sementara menyimpulkan bahwa penyebab terjadinya kanker (50%) adalah adanya mutasi pada gen-gen tersebut (Putsztai dkk., 1996; Cotrans dkk., 1999).

Kanker serviks uteri adalah kanker yang paling sering ditemukan terutama di negara-negara berkembang dan sekaligus merupakan penyebab kematian pada perempuan di dunia pada umumnya. Di Indonesia kanker serviks uteri ini menduduki peringkat pertama diantara jenis kanker lainnya (Badan Registrasi Kanker, 1998). Studi epidemiologi mencurigai bahwa kanker serviks uteri disebabkan oleh agen saat melakukan hubungan seksual.

Saat ini patogenesis terjadinya kanker serviks uteri tersebut

difokuskan pada keberadaan HPV (Putsztai dkk., 1996;

Schmits, 1997a,b). Protein E6 dari HPV-16 and 18 akan mengakibatkan inaktivasi gen p53 melalui mekanisme pengikatan yang disebut ubiquitin-dependent proteolytic pathway (E6AP), sehingga akan terjadi penurunan kadar protein p53 (wild type). Protein E7 (onco protein) akan mengikat gen pRb, sehingga akan berakibat sama seperti pada protein p53. Ikatan E6 dengan pRb tersebut menyebabkan tidak terikatnya gen E2F (faktor transkripsi) oleh protein-pRb, sehingga gen E2F menjadi aktif dan akan membantu c-myc untuk terjadinya replikasi DNA dan menstimuli siklus sel (Mendelshon dkk., 1995; Pusztai dkk., 1996; Dellas, 1997; Cotrans dkk., 1999).

Dari uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran ekspresi protein-protein pemicu tumor dan penekan tumor pada kanker serviks uteri.

BAHAN DAN METODE

Sampel didapat hari hasil biopsi (frozen section) serviks uteri pada bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit dr. Muwardi Surakarta dari bulan Juli- Desember 2000. sebanyak 19 belas blok parafin jaringan kanker serviks uteri dipotong menggunakan microtom yang bersih dengan hati-hati dan ditempatkan pada glass plate yang telah dilapisi dengan poly-elisen. Pengecatan imunohistokimia dikerjakan dengan metode TSA indirect (NEN Life Science Products, RENAISSENCE) mengguna- kan antibodi monoklonal anti protein p53, pRb, dan c-myc

(10)

B I O D I V E R S I T A S Vol. 6, No. 3, Juli 2005, hal. 157-159 158

(1:500). Untuk Counter stain dilakukan dengan pengecatan HE. Hasil foto mikroskop dibuat dengan perbesaran aX100 lensa obyektif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kanker serviks uteri adalah kanker penyebab kematian tersering pada perempuan di negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya. Di Indonesia data ini tidak jauh berbeda (Badan Registrasi Kanker, 1998). Faktor resiko yang diketahui adalah hubungan seksual pada usia yang sangat muda dan pasangan yang selalu berganti- ganti. Faktor resiko lainnya adalah status sosial ekonomi yang rendah, pemakaian kontrasepsi oral, merokok, paritas yang tinggi dan adanya riwayat penyakit menular seksual. Penyebab penyakit menular seksual pertama kali diduga oleh Virus herpes simpleks tipe 2, tetapi kemudian dipastikan bahwa penyebab- nya adalah virus human papiloma setelah mempelajari patogenesis kanker serviks uteri dan condyloma acuminata (Schmits, 1997a,b; Cotrans dkk., 1999).

Sembilan puluh persen penderita Kanker serviks uteri menunjukkan HPV-DNA positif (Borysiewicz, 1996) dan hampir 100% kasus Squamous Cell Ca. juga menunjukkan HPV-DNA positif (Hollema, 1998). HPV dapat menyebabkan verucca, papilloma dan kanker pada kulit serta mukosa manusia (Mendelshon dkk., 1995). HPV tipe 16 dan 18 dianggap paling berpotensi sebagai penyebab kelainan tersebut (Hollema, 1998).

Tabel 1. Ekspresi protein p53, Rb dan c-myc (%) pada kanker serviks uteri.

No. sampel p53 Rb c-

myc

1. 30* 40 40

2. 30* 40 50

3. 30* 30* 60

4. 40 30* 70

5. 50 50 40

6. 40 40 50

7. 50 40 70

8. 40 30* 60

9. 30* 20* 40

10. 50 50 30*

11. 40 20* 50

12. 40 30* 50

13. 40 20* 30*

14. 40 50 60

15. 50 40 70

16 40 10* 30*

17 40 60 70

18. 40 40 60

19. 30* 30* 50

Rata-rata 40 30,8 50,1

Keterangan: persentase didapat dari sel positif/100 sel/satu lapang pandang. 5-30% : katagori ekspresi ringan (*); 31-70%: kategori ekspresi sedang; 71-100%: kategori ekspresi kuat.

Gambar 1. Ekspresi protein p53 pada kanker serviks uteri. Warna hitam kecoklatan pada inti sel kanker (tanda panah) memperlihatkan ekspresi protein p53 tersebut.

Gambar 2. Ekspresi protein Rb pada kanker serviks uteri. Warna hitam kecoklatan pada inti sel kanker (tanda panah) memperlihatkan ekspresi protein pRb tersebut.

Gambar 3. Ekspresi protein c-myc pada kanker serviks uteri. Warna hitam kecoklatan pada inti sel kanker (tanda panah) memperlihatkan ekspresi protein c-myc tersebut.

0 20 40 60 80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

p53 pRb c-myc

Gambar 4. Ekspresi p53 (biru), Rb (merah) dan c-myc (warna terang) dari 19 sampel kanker serviks uteri.

Ekspresi protein (%)

Jumlah sampel

(11)

PRAYITNOdkk. – Protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri 159

Human Papiloma Virus (HPV) adalah virus DNA-circular dengan genome 7800-8000 base pairs. Human Papilloma Virus ada lebih dari 70 jenis yang tidak dapat diidentifikasi secara serologis, tetapi dengan DNA-hybridization dan PCR-spesifik primer dapat teridentifikasi (Mendelshon dkk., 1995). Genome virus ini terdiri dari the early region (E) yang mengkode protein yang berperan pada replikasi genome, mengkrontrol transkripsi dan replikasi serta transformasi sel. The late region (L) berisi L-genes yang mengkode protein capsid (Smits, 1997a,b). Definisi tipe HPV yang terbaru tidak lebih dari 90% terlihat adanya homologi pada sequence DNA E6, E7 dan L1. Protein E6 (onco-protein) high-risk HPV (tipe 16 dan 18) mempunyai peran dalam proliferasi sel yang dihubungkan dengan keberadaan tumor supressor gene-p53. E6-protein HPV 16 and 18 akan mengakibatkan inaktivasi gen p53 melalui mekanisme pengikatan yang disebut ubiquitin-dependent proteolytic pathway (E6AP). Jadi dengan penurunan kadar protein p53 dalam sel akan berakibat pada kegagalan pengendalian pertumbuhan sel, karena tidak terjadinya hambatan aktivasi sel (Ngan dkk., 1997; Mendelshon dkk., 1995; Pusztai dkk., 1996; Cotrans dkk., 1999). Protein E7 (onco-protein) high- risk HPV mempunyai peran dalam proliferasi sel yang dihubungkan dengan keberadaan tumor supressor gene- Rb. Protein E7 (onco protein) akan mengikat gen Rb. Ikatan tersebut menyebabkan tidak terikatnya gen E2F (faktor transkripsi) oleh protein Rb, sehingga gen E2F menjadi aktif dan akan membantu c-myc (faktor transkripsi) untuk terjadinya replikasi DNA dan menstimuli siklus sel (Mendelshon dkk., 1995; Pusztai dkk., 1996; Dellas, 1997;

Cotrans dkk., 1999). Foto-foto hasil penelitian ini disajikan pada Gambar 1-3.

Protein c-myc (proto-oncogene) adalah protein yang disandi oleh gen c-myc, yang berfungsi sebagai protein inti sel untuk transkripsi dan replikasi sel dalam siklus sel, sehingga dikelompokkan dalam gen-gen pemicu terjadinya tumor. Gen ras adalah famili proto-oncogenes juga yang merupakan second major class dari GTP-binding proteins, dimana dalam banyak penelitian protein ini dipastikan berperan dalam mitogenic signal transduction pada siklus sel. Gen p53 adalah gen yang mengkode phosphoprotein inti sel seberat 53 kDa, dan bertindak sebagai negatif regulator dalam siklus sel, sehingga dikelompokkan dalam gen-gen penekan tumor. Gen Rb adalah gen yang ditemukan bertanggung jawab pada tumor retina-mata (retinoblastoma) dan merupakan prototipe dari gen-gen penekan tumor (Putsztai dkk., 1996).

Perbedaan potensi berbagai tipe HPV terhadap karsinogenesis tergantung affinitas protein-E6 dalam mengikat gen p53 dan protein-E7 dalam mengikat gen Rb.

yang mempunyai arti yang penting dalam karsinogenesis kanker serviks uteri. Hal tersebut diatas bukan merupakan proses mutasi akibat pengaruh karsinogen (Mendelshon, 1995).

Dari Tabel 1 dan Gambar 4. terlihat bahwa ekspresi c- myc terlihat lebih tinggi dibandingkan pRb dan p53 dengan rata-rata 50,1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa siklus sel sedang berlangsung, karena fungsi protein c-myc adalah sebagai protein pemicu terjadinya transkripsi sel.

Ekspresi protein p53 (40%) masih dalam batas normal, artinya protein p53 yang berfungsi sebagai protein penekan tumor tidak menonjol aktivitasnya dalam rangka memperbaiki gen-gen yang rusak atau mutasi. Ekspresi protein Rb (30,8%) dapat dianggap rendah, artinya protein Rb yang berfungsi sebagai protein penekan tumor tidak menonjol aktivitasnya yaitu mengikat faktor transkripsi

(E2F) dan selanjutnya siklus sel yang diperankan protein c- myc akan berlangsung (Cotrans dkk., 1999; Putztai dkk., 1996).

Penelitian lebih lanjut dapat diarahkan pada hubungan antara stadium kanker, dengan ekspresi berbagai macam protein /gen yang ada hubungannya dengan replikasi dan siklus sel yang mengarah pada keganasan sel/organ/

jaringan/sistem/tubuh. Klasifikasi Internasional untuk Stadium Keganasan Serviks Uteri yang dikemukakan oleh Morehead (1965) sebagai berikut:

International classification of the cervical cancer:

Stage 0 : Intra epithelial carcinoma Stage 1 : Carcinoma in situ

Stage 2 : The carcinoma extends beyond the cervix but not reached the pelvic wall

Stage 3 : The carcinoma has reached the pelvic wall Stage 4 : The carcinoma has invaded another organ.

KESIMPULAN

Ekspresi rata-rata protein p53 adalah 40%, Rb adalah 30,8% dan c-myc adalah 50,1%, sehingga disimpulkan bahwa ekspresi protein p53, Rb dan c-myc pada kanker serviks uteri berkategori sedang (30-70%).

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kami ucapkan kepada DCRG-URGE Dikti Depdiknas RI Jakarta, PAU Bioteknologi UGM Yogyakarta, dan penghargaan khusus diberikan kepada Prof. Dr. dr.

Noerhayati Soeripto, DTM&H, Prof. dr. Sofia Mubarika, MMedSc., Ph.D, Prof. Marsetyawan HNES, MSc., Ph.D dan Wayan T. Artama, drh., S.U., Ph.D.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Registrasi Kanker, 1998. Badan Registrasi Kanker. Jakarta: Ikatan Ahli Patologi Indonesia – Departemen Kesehatan Republik Indonesia..

Borysiewicz. 1996. A recombinant vaccinia virus encoding HPV type 16 and 18, E6 and E7 proteins as immunotheraphy for cervical cancer. The Lancent 347:1523-1527.

Cotrans, R.S., V. Kumar and SL. Robbins. 1997. Robbins Patologic basis of Disease. 6th ed. London: WB Saunders Co.

Dellas, A. 1997. Investigation of the bell and c-myc expression in relationship to the Ki labelling index in cervical intra epithelial neoplasia. Interna Journal of Gynecology Pathology 16 (3): 212-218.

Hollema. 1996. Viral Carcinogenesis. Surabaya: Dutch Foundation for The Post Graduated Course, UNAIR.

Mendelshon, J., P. Howley, M. Israel, Liottal. 1995. The Molecular Basis of the Cancer. Philadelphia: WB Saunders Co.

Morehead, R.P. 1965. Human Pathology. New York: The Blakistone Division – McGraw Hill Book Co.

Ngan, H.Y.S., M. Stanley, S.S. Liu, and H.K. Ma. 1994. HPV and p53 in cervical cancer. Genitourin Medical 70: 1888-1901.

Ngan, H.Y.S., S.W. Tsao, and M. Stanley. 1997. Abnormal expresion and mutation of p53 in cervical cancer: A study at protein, RNA and DNA levels, Genitourin Medical 73: 54-58.

Pusztai, L., C.E. Lewis, and E. Yap. 1996. Cell Proliferation in Cancer- Regulation Mechanisms of Neoplastic Cell Growth. Oxford: Oxford University Press..

Schmits, H.L. 1997a. Overview: epidemiology and diagnosis of cervical cancer. Seminar Nasional Upaya Peningkatan Deteksi HPV Pada Kanker Serviks Secara Biologi Molekuler dan Pengelolaannya. Pusat Kedokteran Tropis UGM, Yogyakarta.

Schmits, H.L. 1997b. Overview: Molecular biology and detection of HPV infection, Seminar Nasional Upaya Peningkatan Deteksi HPV Pada Kanker Serviks Secara Biologi Molekuler dan Pengelolaannya.

Yogyakarta: Pusat Kedokteran Tropis UGM.

(12)

B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X

Volume 6, Nomor 3 Juli 2005

Halaman: 160-163

♥ Alamat korespondensi:

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126 Tel. & Fax.: +62-271-663375 e-mail: biology@mipa.uns.ac.id

Kajian Pembentukan Warna pada Monascus-Nata Kompleks dengan Menggunakan Kombinasi Ekstrak Beras, Ampas Tahu

dan Dedak Padi sebagai Media

Study on coloration of Monascus-nata complex using combination of rice flour, tofu solid waste, and rice bran extracts as the medium

TIAS HESTI KUSUMAWATI, SURANTO, RATNA SETYANINGSIH Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126.

Diterima: 4 Agustus 2004. Disetujui: 21 Januari 2005.

ABSTRACT

Monascus-nata complex was made up from fermented nata which was grown in the medium containing Monascus purpureus fungi, that could be used as coloration of nata. Rice flour usually used as medium to produce pigments by M. purpureus. Tofu solid waste and rice bran could be used to produce pigments although the colour intensity of M. purpureus pigment was lower than rice. The aims of these research were to study colour, pH medium and weight of miselium Monascus-nata complex from the combination of rice flour with tofu solid waste extracts and rice flour with rice bran extracts as the medium. In these research, 5% (b/v) rice flour extracts, combination of rice flour extract : tofu solid waste extract in the ratio of 1:1, 1:2, 1:3 and rice flour : rice bran extracts in the ratio of 1:1, 1:2, 1:3 were used as the medium. Ten nata de coco (1x1x1 cm3) were put in to the extracts of medium (100mL) in bottle, then inoculated with 10% (v/v) starter of M.

purpureus containing 1.3x107 cfu/mL and incubated at room temperature on an orbital shaker at 100 rpm for 16 days. Parameters which were measured, i.e. colour intensity, preferable test, pH medium, weight of miselium Monascus-nata complex. Data were analyzed using analysis of variant and followed by DMRT in 5% significations except preferable test which were analyzed using hedonic test. Combination of rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 could be used to replace rice flour extracts on the making of Monascus-nata complex. Orange colour intensity from rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 was higher than from rice flour extracts.

Orange colour intensity from rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 and rice flour were 0.156 and 0.123 respectively.

Red colour intensity from medium rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 approach the red colour intensity of rice flour.

Red colour intensity from medium rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 and rice flour extract were 0.088 and 0.145 respectively. All of pH value decreased from 7 to 6.82. Weight of miselium Monascus-nata complex from all medium was average 0.024 g.

© 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Key words: Monascus-nata complex, rice flour, tofu solid waste, rice bran.

PENDAHULUAN

Persaingan produk makanan di pasaran semakin meningkat. Agar produk makanan dapat bersaing dan dipilih oleh konsumen, produk makanan harus memiliki rasa yang enak, warna yang menarik, nilai gizi tinggi serta ekonomis. Pertimbangan-pertimbangan di atas menjadi dasar digunakannya zat-zat tambahan, khususnya zat warna baik sintetis maupun alami untuk meningkatkan kualitas produk terutama penampakannya. Industri makanan lebih banyak menggunakan zat warna sintetis daripada zat warna alami karena lebih murah dan mudah didapat. Penggunaan zat warna sintetis yang boleh digunakan semakin berkurang karena banyak yang menimbulkan alergi dan berbahaya bagi manusia. Kondisi ini mendorong usaha pengembangan produk bahan tambahan makanan terutama zat pewarna yang bersifat alami. Menurut Sukandar (2000) sebagian besar pewarna alami berasal dari ekstrak tumbuhan, hewan, atau dari mikroorganisme.

Produksi bahan tambahan makanan menggunakan mikroorganisme semakin meningkat. Salah satu mikroorganisme yang dapat menghasilkan bahan pewarna alami adalah Monascus purpureus. Pigmen yang dihasilkan oleh M. purpureus sangat stabil dan aman digunakan sebagai bahan tambahan makanan (Fabre et al., 1993;

Sheu et al., 2000). Jamur M. purpureus sudah banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan pigmen melalui proses fermentasi baik pada substrat padat maupun cair. Beras adalah media yang paling banyak digunakan dalam proses fermentasi dan dikenal dengan nama angkak (red rice) (Bakošová et al., 2001). Limbah industri makanan seperti dedak padi, ampas tahu dan onggok dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pigmen merah oleh M. purpureus tetapi intensitas warna yang dihasilkan tidak sebaik beras.

Kombinasi dedak padi, ampas tahu dan onggok, dapat digunakan untuk menggantikan sebagian beras yang digunakan sebagai substrat (Jenie dkk., 1994).

Pewarnaan nata dapat memperbaiki penampakannya sebagai bahan makanan. Sheu et al. (2000) menggunakan M. purpureus untuk memberi warna pada nata. Nata, selulosa bakteri yang dihasilkan oleh A. xlynum, diwarnai dengan cara melakukan fermentasi menggunakan M.

purpureus pada media cair. Nata yang diwarnai dengan

References

Related documents

The ILT (i. exhaustion velocity), the ambulation test, the exhaustive test (i. time to exhaustion) and the functional behavioural assessment were used as

If anything, the finding of a positive relation between short-selling and returns (adjusted both for risk and market movements) for companies suggests that on

• The sheets are on the class website but you can just write your answers in the back of your home learning book.... Do you remember using the bar model for

A company’s strong collaboration capability is often marked by the ability of alliance-involved employees to work fairly and effectively with partnering team members on all

The response obtained using Stokes’s nonlinear wave theory for the hydrodynamic case of 10m/10s waves without current forces are lesser by 57.7%, 46.8%, 65.6%, 50% and 47.5% for

Modelling of the within-source variability Modelling of the between-sources variability Numerator of the likelihood ratio Denominator of the likelihood ratio Likelihood ratio

In EER-RS, the nodes in the primarily discovered path are selected as segment end point based on the configured segment length. The advantage of the proposal is that when a

This review will discuss on how ergogenic aids might help athletes to increase their physical performance and possibility of using Ficus deltoidea as ergogenic aids based on