• No results found

Text ABSTRAK pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2020

Share "Text ABSTRAK pdf"

Copied!
118
0
0

Loading.... (view fulltext now)

Full text

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS ULASAN DENGAN MEDIA FILM BAGISISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA BANDARLAMPUNG

(Tesis)

Oleh

Umi Husniah

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

i ABSTRACT

DEVELOPMENT OF TEXTURE WRITING TECHNIQUE USING FILM IN CLASS VIII IN BANDAR LAMPUNG STUDENTS

By Umi Husniah

The low interested in writing student reviews texts must be seeking by teachers. One of the efforts is in the form of innovation in the development of learning media. For this reason, the purpose of this study is to produce learning media products in the form of films that are used for learning to write review texts on class VIII grade student of SMP in Bandarlampung.

This study uses research and development (R & D) methods with three main stages, namely the results of preliminary studies, product development, and products or development results. The procedure of this study began with a preliminary study with survey methods and questionnaires for three juniors high schools in Bandarlampung, namely SMP Bandarlampung, Bandarlampung MTsN 1, and SMP Negeri 3 Bandarlampung to obtain initial information about the objective conditions of learning and the needs of learning media. The next steps are to design and develop learning media products, validate, test, revise, and produce. Product development revisions are carried out based on input from each test conducted to produce learning media products that are feasible and ready to be implemented.

The results of the study show that (1) the film media have characteristics as a medium for accompanying textbooks that are substantive, pedagogical, and technical. (2) The developed film media be interesting to use because of its easy use, the combination of text, film and audio visual so that students understand it more easily. The results of the assessment of the teacher, students, and experts stated that this film media was directly to used. (3) The film media be feasible and ready to be implemented as a learning to write a review text in accordance with the results of the assessment of teachers, students, and experts stating that the film media be suitable for use. (4) Film media is proven to be able to create effective learning as shown in the results of extensive trials in three schools. The pretest mean score were 77.8 whiles the average score were 86.

(3)

ii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS ULASAN DENGAN MEDIA FILM BAGI SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA BANDARLAMPUNG

Oleh Umi Husniah

Rendahnya minat menulis teks ulasan siswa harus diupayakan perbaikan oleh guru. Salah satu upayanya berupa inovasi pengembangan media pembelajaran. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk media pembelajaran berupa film yang digunakan untuk pembelajaran menulis teks ulasan pada siswa kelas VIII SMP di Bandarlampung.

Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D) dengan tiga tahapan utama, yakni hasil studi pendahuluan, pengembangan produk, dan produk atau hasil pengembangan. Prosedur penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan dengan metode survei dan penyebaran kuesioner pada tiga sekolah menengah pertama di Bandarlampung, yaitu SMPN 30 Bandarlampung, MTsN 1 Bandarlampung, dan SMP Utama 3 Bandarlampung untuk memperoleh informasi awal tentang kondisi objektif pembelajaran dan kebutuhan media pembelajaran. Langkah berikutnya mendesain dan mengembangkan produk media pembelajaran, memvalidasi, mengujicoba, merevisi, dan memproduksi. Revisi produk pengembangan dilakukan berdasarkan masukan- masukan dari setiap uji yang dilakukan untuk menghasilkan produk media pembelajaran yang layak dan siap untuk diimplementasikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Media film dapat dikembangkan sebagai bahan ajar menulis teks ulasan bagi siswa kelas VIII di SMP. (2) Media film layak digunakan sebagai media pembelajaran menulis teks ulasan sesuai dengan hasil penelitian dari guru, peserta didik, maupun para ahli menyatakan media film ini layak digunakan. (3) Media film yang dikembangkan menarik digunakan dalam pembelajaran karena mudah dipahami siswa. Hasil penelitian menyatakan media film ini menarik digunakan. (4) Media film terbukti mampu menciptakan belajar yang efektif ditunjukkan pada hasil uji coba luas di tiga sekolah. Perolehan nilai rata-rata prates 77,8 sedangkan nilai rata-rata pascates 86.

(4)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS ULASAN DENGAN MEDIA FILM BAGI SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA BANDARLAMPUNG

Oleh Umi Husniah

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

pada

Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(5)
(6)
(7)
(8)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Umi Husniah, dilahirkan di Bandarlampung, 27 Januari

1980. Putri kesepuluh dari sepuluh bersaudara dari

pasangan H. Nahrowi Awing (Alm.) dan Hj. Mudrikah

(Almh.).

Pendidikan formal yang telah peneliti tempuh, yaitu

pendidikan sekolah dasar di SDN 3 Sawah Lama Bandarlampung tahun 1992,

SMPN 3 Bandarlampung tahun 1995, dan SMAN 2 Teluk Betung Bandarlampung

tahun 1998. Tahun 1998, peneliti melanjutkan pendidikan S-1 di Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung dengan gelar Sarjana Pendidikan. Tahun 2016,

peneliti melanjutkan pendidikan di Program Magister Pendidikan Bahasa dan

(9)

viii

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Tesis ini peneliti persembahkan untuk

Marzuki, suamiku, teman diskusi, dan berbagi ide.

Abang Hafiz dan Mullei yang selalu membuat jari jemari ini tak berhenti untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

(10)

ix MOTO

(11)

x

SANWACANA

Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur kuhaturkan padamu duhai Ilahi Rabbi,

Allah swt. Atas nikmat sehat, kesempatan, semangat, dan kekuatan sehingga tesis

yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Menulis Teks Ulasan Dengan Menggunakan Film Pada Siswa Kelas VIII Di Sekolah Menengah Pertama Bandarlampung ini akhirnya dapat terselesaikan. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW teladan sepanjang masa.

Perjuangan yang luar biasa telah peneliti tempuh untuk merampungkan tesis ini.

Kendati demikian, tanpa doa, dukungan, bantuan, dan bimbingan berbagai pihak

tesis ini hanya keniscayaan belaka. Untuk itu, ucapan terima kasih perlu

disampaikan kepada berbagai pihak:

1. Prof. Dr. Hasriadi Mat Akin, selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Prof. Dr. Patuan Radja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung;

3. Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana, Universitas

Lampung;

4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

(12)

xi

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung;

6. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku pembimbing utama atas kesediaanya untuk

memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini;

7. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd., selaku pembimbing II. Terima kasih atas kesediaan untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian tesis ini;

8. Dr. Sumarti, M.Hum., pembahas utama atas kesediaan untuk memberikan

masukan dan saran-saran pada seminar proposal dan seminar hasil terdahulu;

9. Dr. Iing Sunarti, M.Pd., pembahas II dalam penyelesaian tesis ini. Berkat

saran, nasihat, arahan, dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan;

10. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung;

11. Keluarga kecilku, Marzuki, dan kedua permata hatiku, M. Hafiz Akbar dan

Mullei Qonita Marzuki;

12. Saudara-saudaraku tercinta, Mak Neneng, Bunda Embai, Mamah Tuti, dan

Ayah Acep yang selalu mengingatkan tesis agar segera diselesaikan;

13. Sahabat-sahabat tersayang, Dian Anggraini, Hesti Tri Astuti, Fitri, Deta, Putri,

Suci, dan Erma yang selalu membuat suasana hatiku menjadi tenteram dan

membangun percaya diriku menyelesaikan pendidikan ini;

14. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan

(13)

xii dukungan dalam menyelesaikan tesis ini;

15. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan

peneliti mengenyam dan menyelesaikan pendidikan S-2.

Semoga Allah membalas kebaikan dari Bapak/Ibu/Saudara/i dengan

sebaik-baiknya balasan. Peneliti menyadari bahwa penyusunan tesis ini tentu masih

banyak kelemahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti

mnegharapkan kritik membangun dari sidang pembaca yang terhormat. Semoga

tesis ini mampu memberikan manfaat bagi semua.

Bandarlampung, 8 Oktober 2018

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

MOTO ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

2.1 Bahan Ajar ... 15

2.1.1 Pengertian Bahan Ajar ... 15

2.1.2 Fungsi Bahan Ajar ... 16

2.1.3 Jenis Bahan Ajar ... 17

2.2 Media Pembelajaran ... 18

2.2.1 Jenis-Jenis Media Pembelajaran yang Digunakan Siswa SMP ... 20

2.2.2 Media yang Digunakan Guru SMP ... 27

2.3 Media Film ... 28

2.3.1 Jenis Film ... 29

2.3.2 Unsur-Unsur Teknis dalam Film ... 32

2.3.3 Pemanfaatan Film Pendek sebagai Bahan Ajar ... 34

(15)

xiv

1.4.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 ... 47

2.5 Pembelajaran Menulis ... 47

2.5.1 Pembelajaran Menulis Teks Ulasan ... 52

2.5.2 Pengertian Teks Ulasan ... 53

2.5.3 Ciri Umum Teks Ulasan ... 54

2.5.4 Tujuan Komunikasi Teks Ulasan ... 54

2.5.5 Ciri Teks Ulasan dari Aspek Kebahasaan ... 55

2.5.6 Jenis Teks Ulasan ... 56

2.5.7 Struktur Teks Ulasan ... 62

2.5.8 Langkah-Langkah Menulis Teks Ulasan berdasaarkan Kurikulum 2013... 63

2.6 Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran ... 64

2.7 Kondisi Pembelajaran Menulis Teks Ulasan ... 65

2.8 Perwajahan Media Teks Ulasan ... 67

2.9 Keefektifan Pembelajaran ... 68

BAB III METODE PENELITIAN... 70

3.1 Metode Penelitian ... 70

3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 71

3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 77

3.4 Data dan Sumber Data ... 78

3.5 Instrumen ... 79

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 88

3.7 Teknik Analisis Data ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ... 92

4.1.1 Penyusunan Media Pembelajaran Menulis Teks Ulasan ... 92

4.1.2 Kelayakan Media Pembelajaran dengan Menggunakan Film ... 143

4.1.3 Kemenarikan Media Pembelajaran Menulis Teks Ulasan dengan Menggunakan Film ... 159

4.1.4 Uji Efektivitas Produk Media Pembelajaran... 169

4.2 Spesifikasi Produk Media Pembelajaran ... 175

4.2.1 Karakteristik Media Pembelajaran Menulis Teks Ulasan dengan Menggunakan Film ... 177

4.2.2 Kelayakan Produk ... 177

4.2.3 Kemenarikan Produk ... 181

4.2.4 Efiktivitas Penggunaan Media Film ... 182

4.2.5 Keunggulan Produk ... 184

(16)

xv

5.1 Simpulan ... 185

5.2 Saran ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... 188

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kegiatanbelajar berdasarkan Lima Langkah Pembelajaran ... 45

Tabel 3.1 Kisi-kisi Umum Angket Kebutuhan Siswa ... 80

Tabel 3.2 Kisi-kisi Umum Angket Kebutuhan Guru ... 81

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Uji Validasi Ahli Media ... 82

Tabel 3.4 Kisi-kisi AngketUji Validasi Ahli Materi ... 83

Tabel 3.5 Kisi-kisi AngketUji Validasi Guru/Praktisi ... 84

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Lembar Uji Kemenarikan ... 85

Tabel 3.7 Angket Uji Coba Penggunaan Media Pada Guru ... 86

Tabel 3.8 Instrumen Uji Coba Pengguna Media Peserta Didik ... 87

Tabel 3.9 Penilaian Kelayakan Pengembangan Media Film ... 90

Tabel 4.1 Penilaian Validasi Praktisi ... 100

Tabel 4.2 PenilaianAhli Materi ... 103

Tabel 4.3 PenilaianAhli Media ... 105

Tabel 4.4 Uji Kelayakan Media oleh Guru di SMPN 30 Bandarlampung... 143

Tabel 4.5 Uji Kelayakan Media oleh Guru di MTsN 1 Bandarlampung ... 146

Tabel 4.6 Uji Kelayakan Media oleh Guru di SMP Utama 3 Bandarlampung 148 Tabel 4.7 Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran dengan Menggunakan Film oleh Guru di 3 SMP Bandarlampung ... 151

Tabel 4.8 Uji Kelayakan Media oleh Siswa di SMPN 30 Bandarlampung ... 152

Tabel 4.9 Uji Kelayakan Media oleh Siswa di MTsN 1 Bandarlampung ... 154

Tabel 4.10 Uji Kelayakan oleh Siswa Media di SMP Utama 3 Bandarlampung ... 157

Tabel 4.11 Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran dengan Menggunakan Film oleh Siswa di 3 SMP Bandarlampung ... 159

Tabel 4.12 Uji Kemenarikan Media oleh Guru di SMPN 30 Bandarlampung 160 Tabel 4.13 Uji Kemenarikan Media oleh Guru di MTsN 1 Bandarlampung... 161

Tabel 4.14 Uji Kemenarikan Media oleh Guru di SMP Utama 3 Bandarlampung ... 162

Tabel 4.15 Penilaian Kemenarikan Media Pembelajaran Berbasis Film oleh Guru di 3 sekolah SMP Bandarlampung ... 163

Tabel 4.16 Uji Kemenarikan Media oleh Siswa di SMPN 30 Bandarlampung 165 Tabel 4.17 Uji Kemenarikan Media oleh Siswa di MTsN 1 Bandarlampung . 166 Tabel 4.18 Uji Kemenarikan Media oleh Siswa di SMP Utama 3 Bandarlampung ... 167

Tabel 4.19 Hasil Penilaian Kemenarikan Media Pembelajaran dengan Menggunakan Film oleh Siswa di 3 sekolah SMP Bandarlampung ... 169

(18)

xvii

Tabel 4.23 Daftar Nama Responden SMP Utama 3 Bandarlampung ... 174

Tabel 4.24 Hasil Penilaian Keefektifan Media Pembelajaran dengan Menggunakan Film oleh Siswa di 3 sekolah SMP Bandarlampung ... 175

Tabel 4.25 Hasil Penilaian Kelayakan Media Film pada Uji Luas Responden Siswa ... 178

Tabel 4.26 Validasi Media Film pada Uji Luas Responden Guru di 3 SMP Bandarlampung ... 178

Tabel 4.27 Validasi Media Film oleh Praktisi ... 179

Tabel 4.28 Validasi Media Film oleh Ahli Materi ... 179

Tabel 4.29 Validasi Ahli Media ... 180

Tabel 4.30 Hasil Penilaian Kemenarikan Media Film pada Uji Luas Responden Siswa ... 181

Tabel 4.31 Hasil Penilaian Kemenarikan Media Film pada Uji Luas Responden Guru ... 182

Tabel 4.32 Rata-Rata Hasil Nilai Pretes dan Pascates Siswa... 183

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

3.1 Langkah-langkah R&D menurut Borg and Gaal ... 71

4.1 Judul Pada Sampul Sebelum Revisi ... 107

4.2 Judul Pada Sampul Setelah Revisi ... 108

4.3 Logo Unila Sebelum Revisi ... 108

4.4 Logo Unila Setelah Revisi ... 108

4.5 Warna dan Gambar Sampul Sebelum Revisi ... 109

4.6 Warna dan Gambar Sampul Setelah Revisi ... 109

4.7 Sinopsis Sampul Belakang Sebelum Revisi ... 110

4.8 Sinopsis Sampul Belakang Setelah Revisi ... 110

4.9 Kegiatan Pendahuluan Uji Coba Terbatas ... 112

4.10 Kegiatan Inti Uji Coba Terbatas ... 113

4.11 Kegiatan Penutup Uji Coba Terbatas ... 114

4.12 Kegiatan Pendahuluan Uji Coba Lebih ... 118

4.13 Kegiatan Inti Uji Coba Secara Luas ... 119

4.14 Kegiatan Guru Mengajukan Pertanyaan ... 121

4.15 Guru Mendemonstrasikan Gambar ... 122

4.16 Guru Menyampaikan Kompetensi Inti ... 123

4.17 Guru Menjelaskan Materi Teks Ulasan ... 125

4.18 Guru Melaksanakan Kegiatan Eksplorasi ... 130

4.19 Guru Memeriksa Daftar Hadir ... 132

4.20 Guru Memberikan Motivasi ... 132

4.21 Guru Melaksanakan Kegiatan Eksplorasi ... 136

4.22 Guru Memfasilitasi Kegiatan Elaborasi ... 137

4.23 Guru Memfasilitasi Saat Siswa Mengalami Kesulitan... 137

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin penelitian ke SMPN 30 Bandarlampung 2. Surat izin penelitian ke MTsN 1 Bandarlampung 3. Surat izin Penelitian ke SMP Utama 3 Bandarlampung 4. Surat balasan izin penelitian di SMPN 30 Bandarlampung 5. Surat balasan izin penelitian di MTsN 1 Bandarlampung 6. Surat balasan izin penelitian di SMP Utama 3 Bandarlampung 7. Angket Kebutuhan Guru

8. Angket Kebutuhan Siswa 9. Surat permohonan pakar materi 10. Surat permohonan pakar media 11. Surat permohonan praktisi 12. Kuesioner pakar materi 13. Kuesioner pakar media 14. Kuesioner praktisi 15. Kuesioner guru 16. Kuesioner siswa

17. Anget uji kemenarikan guru 18. Anget uji kemenarikan guru

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia memacu para pakar dan peneliti

untuk menyempurnakan kurikulum yang berlaku pada kurikulum yang ada di

Indonesia. Adanya pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yang disempurnakan dalam bentuk Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan

langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang

telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Kemendikbud, 2013: 72)

Menurut Butzin (dalam Tegeh: 2014) pada abad ke 21 ini, Penghargaan terhadap

keseragaman (uniformity) dan kesesuaian (conformity) tidak adil bagi pembelajar (siswa) saat ini. Siswa harus belajar untuk bekerja pada tim dari budaya dan latar

belakang berbeda, belajar mandiri dan mengetahui bagaimana mengelola waktu,

mengetahui bagaimana memecahkan masalah, bagaimana melakukan tugas ganda,

dan bagaimana mengakses informasi. Sehingga, pembelajaran tidak berpusat pada

guru tetapi pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa membutuhkan

dukungan berbagai media dan sumber belajar.

(22)

Dunia pendidikan menyikapi secara positif pemanfaatan dan pengembangan

media untuk penunjang pembelajaran. Oleh karena itu, agar pendidikan tidak

tertinggal perlu adanya penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkaitan dengan

faktor-faktor pengajaran di sekolah. Media merupakan salah satu unsur

pembelajaran yang tidak dapat diabaikan manfaatnya dalam menunjang kegiatan

belajar mengajar.

Variasi bentuk media pembelajaran semakin berkembang dari waktu ke waktu

mulai dari media visual, audio, hingga audio visual. Hal tersebut sejalan dengan

pemikiran manusia yang kian maju. Di era yang maju pesat seperti sekarang ini,

teknologi telah memasuki lapisan-lapisan masyarakat hingga yang paling dasar.

Kecanggihan teknologi dapat dimanfaatkan sebagai penunjang kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika teknologi tidak

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Media pembelajaran dengan film semakin diminati karena cenderung efektif

dalam menangani permasalahan pembelajaran yang monoton. Dalam sebuah

pembelajaran, siswa diharapkan mampu mendapat pengalaman secara nyata

sehingga langsung dapat diaplikasikan dalam kesehariannya. Melalui pemanfaatan

media pembelajaran yang berkesan dan menarik, siswa akan mendapatkan

pengalaman-pengalaman yang nyata dalam proses pembelajaran. Menurut Arsyad

(2002:4) media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik

yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran juga dikatakan sebagai alat

(23)

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau keterampilan

pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 mengembangkan

kemampuan dan keterampilan menalar siswa dengan meningkatkan pengetahuan

tentang jenis, kaidah, dan konteks suatu teks. Kemampuan dan keterampilan

menalar siswa yang ditekankan dalam Kurikulum 2013 tidak terlepas dari

keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa meliputi empat

komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan

menulis (writing skills). Keempat komponen keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan satu sama lain, keempatnya dibutuhkan dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia (Kemendikbud, 2014:45) .

Keterampilan menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan

keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca

(Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2008: 248). Dalam hal ini, sejalan dengan

Nurjamal (2011: 4) keterampilan menulis dapat dikatakan sebagai kemampuan

puncak seseorang terampil berbahasa setelah keterampilan menyimak, berbicara,

dan membaca.

Keterampilan menulis dibandingkan dengan tiga keterampilan berbahasa yang

lain lebih sulit dikuasai karena keterampilan menulis menghendaki penguasaan

berbagi unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi tulisan.

(24)

menghasilkan tulisan yang runtut dan padu (Iskandarwassid dan Dadang

Sunendar, 2008: 248).

Seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak kesempatan untuk

mempersiapkan dan mengatur ide dan perasaan yang akan diungkapkan maupun

bagaimana cara mengungkapkannya secara tertulis. Pesan yang perlu diungkapkan

dapat dipilih secara cermat dan disusun secara sistematis agar apabila

diungkapkan secara tertulis, tulisan tersebut mudah dipahami dengan tepat.

Pemilihan kata dan penyusunan tulisan dapat diseleksi dengan cermat, sesuai

dengan kaidah – kaidah bahasa. Hal ini dapat dilihat secara jelas bahwa unsur

kebahasaan merupakan aspek penting yang perlu dicermati, selain isi pesan yang

diungkapkan, yang merupakan inti dari hakikat penulisan dengan bentuk

pemakaian bahasa yang aktif dan produktif (Wassid dan Sunendar, 2008: 248).

Pada dasarnya menulis tidak hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja,

tetapi juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman

hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan

kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai

(Saddhono dan Slamet, 2014: 151).

Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mengedepankan

pembelajaran berbasis teks, bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan pengetahuan

bahasa saja melainkan siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks

yang diberikan, dikenalkan dengan aturan-aturan yang sesuai sehingga tidak

(25)

sistematis dan logis teks sastra maupun kebahasaan untuk kepentingan

berkomunikasi dengan masyarakat.

Dalam Kurikulum 2013 untuk pembelajaran keterampilan menulis pada siswa

SMP kelas VIII terdapat 14 jenis teks yaitu: (1) teks hasil observasi, (2) teks

tanggapan deskriptif, (3) teks eksposisi, (4) teks eksplanasi, (5) teks cerita pendek,

(6) teks cerita moral, (7) teks ulasan, (8) teks diskusi, (9) teks cerita prosedur, (10)

teks cerita biografi, (11) teks eksempum, (12) teks tanggapan kritis, (13) teks

tantangan, (14) teks rekaman percobaan (Permendikbud No 68 Tahun 2013). Dari

beberapa teks yang diajarkan, peneliti berfokus pada pembelajaran menulis teks

cerita ulasan karena teks cerita ulasan merupakan salah satu teks yang baru pada

pembelajaran bahasa Indonesia yang menggunakan kurikulum 2013, khususnya

edisi revisi.

Teks cerita ulasan dibelajarkan kepada siswa kelas VIII semester genap sesuai

dengan KD 3.12 Menelaah struktur dan kebahasaan teks ulasan (film, cerpen,

puisi, novel, karya seni daerah) yang diperdengarkan dan dibaca dan pada KD

4.12 Menyajikan tanggapan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel,

karya seni daerah) dalam bentuk teks ulasan secara lisan dan tulis dengan

memperhatikan struktur, unsur kebahasaan atau aspek lisan. Teks ulasan adalah

teks yang berisi ulasan/penilaian /review tentang suatu karya sastra (film atau

drama) (Kosasih 2016 : 203). Oleh karena itu, penulis akan mengembangkan

bahan ajar dengan film sebagai media pembelajaran menulis teks ulasan pada

(26)

Teks ulasan film dan drama merupakan teks yang berisi kritikan yang

disampaikan secara santun dengan pemilihan kata yang baik, dan pada waktu

yang tepat. Teks ini mengajarkan siswa untuk menguasai permasalahan yang

dikritik dan juga siswa memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi

(Kemendikbud, 2013: 51).

Pada dasarnya film dan drama tidak jauh berbeda, tetapi ada beberapa faktor yang

membuat peneliti untuk memfokuskan penelitian terhadap teks ulasan film

khususnya film pendek. Faktor tersebut adalah durasi film pendek yang kurang

dari 60 menit sehingga membuat waktu pembelajaran menjadi lebih efektif serta

tidak membutuhkan tempat yang luas karena film pendek hanya ditayangkan,

tidak dipentaskan. Selain itu, materi teks ulasan drama juga sudah diajarkan oleh

guru.

Secara teknis, film pendek merupakan film yang memiliki durasi di bawah 50

menit. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para

pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film

pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan

media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Media film pendek merupakan

bagian dari pembelajaran sehingga diharap para siswa dapat lebih mudah

menangkap materi pembelajaran yang disampaikan lewat pemutaran film pendek

tersebut.

Film pendek menarik digunakan sebagai bahan ajar dan hendaknya mendapat

perhatian yang lebih banyak. Sifatnya edukatif yang mampu menghibur sehingga

(27)

baik yang berdaya guna dan berhasil guna dengan durasi tayangan yang tidak

membutuhkan waktu lama. Menggunakan media pembelajaran film pendek dalam

pendidikan dan pengajaran di kelas sangat berguna dan bermanfaat terutama

untuk memahami pesan, mengembangkan pikiran, dan pendapat para siswa.

Menambah daya ingat pada pelajaran. Mengembangkan daya fantasi peserta didik.

Menumbuhkan minat dan motivasi belajar. Mutu pembelajaran menjadi rendah

ketika pendidik hanya terpaku pada bahan-bahan ajar yang konvensional tanpa

ada kreativitas untuk mengembangkan bahan ajar tersebut secara inovatif

(Prastowo 2013:19).

Teks ulasan adalah salah satu teks baru yang dipelajari dalam Kurikulum 2013.

Sebelumnya, teks ulasan yang diajarkan di sekolah adalah teks ulasan buku baik

fiksi maupun nonfiksi. Karena kebaruan tersebut, siswa dan guru mendapatkan

tantangan yang berarti dalam pembelajaran menulis teks ulasan film/drama. Guru

masih mengalami kebingungan dalam menerapkan pola-pola pembelajaran yang

efektif dan mengena pada siswa.

Selama ini, kualitas pembelajaran menulis teks ulasan pada peserta didik masih

rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan

peneliti terhadap tiga guru SMP/MTs, yaitu guru di SMP 30 Bandar Lampung,

MTs N 1 Bandar Lampung, dan SMP Utama 3 Bandar Lampung. Menurut Guru

SMPN 30 Bandarlampung, Ibu Rizki Wulandari, mengatakan bahwa dibutuhkan

sebuah media yang dapat membuat siswa tertarik untuk menulis teks cerita ulasan

(28)

Kholifah, rendahnya kualitas pembelajaran karena kurangnya media yang

menunjang pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan berupa angket analisis kebutuhan guru

dan siswa pada pembelajaran menulis teks cerita ulasan diketahui bahwa guru

belum menerapkan metode yang inovatif dalam kegiatan pembelajaran. Guru

dalam menyampaikan materi pembelajaran lebih banyak menggunakan metode

ceramah. Hal tersebut menyebabkan tidak ada interaksi antara guru dan peserta

didik sehingga peserta didik tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis

teks ulasan. Selain itu, guru belum menggunakan bahan ajar media film dalam

pembelajaran menulis teks cerita ulasan. Guru hanya menggunakan buku paket

atau buku pelajaran lainnya dalam mengajar.

Sementara itu, faktor yang berasal dari peserta didik kurang siap mengikuti

pembelajaran menulis teks ulasan. Penyebab ketidaksiapan siswa meliputi

kurangnya minat dan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran

menulis teks ulasan. Dalam proses pembelajaran menulis teks ulasan, peserta

didik belum dapat menulis teks ulasan secara detail, peserta didik merasa

kebingungan harus menulis apa dan harus mulai dari apa. Peserta didik belum

dapat menyusun kalimat dengan struktur kalimat yang baik dan benar. Peserta

didik belum memerhatikan kaidah kebahasaan dalam menulis teks ulasan.

Kesiapan siswa dapat dilihat melalui hasil angket analisis kebutuhan yang dijawab

oleh 89 siswa. Siswa yang siap mengikuti pembelajaran hanya 35 siswa.

Sementara itu, siswa yang kurang siap mengikuti pembelajaran sebanyak 30

(29)

sebanyak 24 siswa. Dengan demikian persentase siswa yang siap mengikuti

pembelajaran menulis teks ulasan hanya 39%.

Berdasarkan hal-hal di atas seperti kurangnya motivasi dan antusias peserta didik

dalam mengikuti pembelajaran, kesulitan dalam menulis teks ulasan, metode

pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Sebaiknya guru mencari suatu

pendekatan atau inovasi baru untuk meningkatkan keterampilan menulis teks

cerita ulasan sehingga pembelajaran tidak terpaku pada konsep konvensional.

Konsep konvensional tersebut, yakni guru hanya ceramah dan peserta didik hanya

mendengarkan penjelasan dari guru kemudian mengerjakan apa yang

diperintahkan oleh guru.

Masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran menulis teks ulasan

membutuhkan penerapan media pembelajaran yang tepat oleh guru untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran baik kualitas proses maupun kualitas hasil.

Berkaitan dengan hal tersebut, guru bahasa Indonesia dituntut untuk mampu

menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menarik. Salah satu usaha yang

dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang inovatif

dan sesuai dengan materi pembelajaran. Media yang tepat digunakan dalam

proses pembelajaran tersebut adalah media pembelajaran film pendek. Media

pembelajaran film pendek diterapkan dalam materi pelajaran menulis teks ulasan.

Terbatasnya media yang dapat digunakan guru untuk menunjang pembelajaran

menulis teks ulasan menjadi permasalahan tersendiri. Mengingat teks ulasan

adalah materi baru maka belum banyak media yang telah dikembangkan. Dengan

(30)

menumbuhkan minat bagi siswa yang tentu membuat siswa lebih mengerti tentang

materi. Media tersebut juga harus bisa langsung diaplikasikan oleh siswa. Oleh

karena itu, pengembangan media pembelajaran berbasis film dalam pembelajaran

teks ulasan ini dirasa sangat penting untuk menjawab persoalan-persoalan siswa

dan guru dalam pembelajaran menulis teks ulasan.

Penelitian pengembangan tentang media film telah dilakukan, yaitu pertama oleh

Afrianti, 2011. “Pengaruh Penggunaan Media Film Pendek terhadap Kemampuan

Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMAN 2 Pare Tahun ajaran 2011/2012”. Hasil

penelitian ini adalah penggunaan film pendek berpengaruh baik terhadap

kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen.

Kedua, oleh Ristanti (2014), “Pengembangan Media pembelajaran

Mengekspresikan dialog Tokoh Menggunakan Film Bisu bagi Siwa Kelas XI

SMA”. Hasil penelitian ini adalah media pembelajaran berupa film bisu dapat

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan dialog tokoh dan

media pembelajaran film pendek adalah media yang menarik diterapkan dalam

pembelajaran.

Ketiga, oleh Merita Ismaili, MA (2013) Dalam Jurnal Internasional South East European University (SEEU) dengan judul The Effectiveness of Using Movies in the EFL Classroom. Jurnal ini menganalisis dampak penggunaan film di kelas EFL. Ini menunjukkan pengembangan keterampilan mendengar dan komunikasi

siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara

kelompok eksperimen dan kontrol siswa dengan keterampilan terintegrasi,

(31)

menyimpulkan bahwa film menarik perhatian siswa, menyajikan bahasa yang

lebih alami, menawarkan konteks visual yang membantu siswa memahami dan

meningkatkan kemampuan belajar siswa.

Memerhatikan kebutuhan dan kebermanfaatan bahan ajar seperti yang telah

dijelaskan di atas perlu adanya pengembangan bahan ajar menulis teks ulasan

yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Berbeda dengan penelitian

sebelumnya, bahan ajar yang akan dikembangkan berupa media film pendek

berbentuk monolog bermuatan nilai pendidikan karekter untuk pembelajaran

menulis teks ulasan. Oleh karena itu, dari permasalahan di atas maka judul

penelitian ini adalah “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Ulasan dengan

Media Film bagi Siswa Kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama

Bandarlampung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengembangan bahan ajar menulis teks ulasan dengan media

film pendek bagi peserta didik kelas VIII SMP?

2. Bagaimanakah kelayakan bahan ajar menulis teks cerita ulasan dengan media

film pendek bagi peserta didik kelas VIII SMP?

3. Bagaimanakah kemenarikan bahan ajar menulis teks ulasan dengan media film

pendek bagi peserta didik kelas VIII SMP?

4. Bagaimanakah keefektifan bahan ajar menulis teks ulasan dengan media film

(32)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian dalam rangka memperoleh

deskripsi dan mengembangkan hal-hal berikut.

1. Mengembangkan bahan ajar menulis teks ulasan dengan media film pendek

bagi peserta didik kelas VIII SMP.

2. Menguji kelayakan bahan ajar menulis teks ulasan dengan media film pendek

untuk peserta didik kelas VIII SMP.

3. Menguji kemenarikan bahan ajar menulis teks cerita ulasan dengan media film

pendek bagi peserta didik kelas VIII SMP.

4. Menguji efektivitas bahan ajar menulis teks ulasan dengan media film pendek

bagi peserta didik kelas VIII SMP.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai

berikut.

1. Manfaat Teoretis

Produk bahan ajar yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat memberikan

manfaat bagi perkembangan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia materi ajar

teks cerita ulasan. Penelitian ini diharapkan memberikan inovasi dalam

pembelajaran teks cerita ulasan hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Manfaat Praktis

Produk penelitian ini secara praktis memiliki manfaat bagi guru, peserta didik,

(33)

1) Bagi guru, bahan ajar berupa media film pendek menjadi sarana strategis

untuk belajar dan mengamati secara langsung, sehingga terbentuklah

guru-guru yang berkualitas dalam pembelajaran. Penelitian ini akan membantu

dalam pembelajaran teks cerita ulasan sehingga hasil belajar peserta didik

dapat meningkat.

2) Bagi peserta didik, bahan ajar berupa media film pendek sangat bermanfaat

karena merupakan media pembelajaran yang interaktif, menyenangkan serta

menarik diterapkan dalam pembelajaran teks cerita ulasan, penelitian ini akan

mempermudah dalam memahami materi pembelajaran menulis teks cerita

ulasan. Melalui pengembangan bahan ajar menulis teks cerita ulasan berupa

film pendek untuk peserta didik kelas VIII SMP dapat membentuk karakter

peserta didik yang baik dan terpuji dalam kehidupan ini.

3) Bagi peneliti lain, hasil dan produk penelitian ini dapat dijadikan sebagai

acuan, dikembangkan dalam penelitian selanjutnya dan dapat lebih fokus pada

media pembelajaran yang lebih interaktif sesuai perkembangannya, lengkap,

dan sempurna serta penyesuaian terhadap kurikulum yang berlaku.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup sebagai berikut.

1. Penelitian ini dilakukan di jenjang SMP.

2. Bahan ajar menulis teks ulasan yang dikembangkan pada penelitian ini dengan

menggunakan film. Kompetensi Dasar (KD) pada penelitian ini merujuk pada

Kurikulum 2013 edisi revisi yang terdapat pada kelas VIII SMP/MTsN yakni

(34)

puisi, novel, karya seni daerah) yang diperdengarkan dan dibaca dan pada KD

4.12 Menyajikan tanggapan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel,

karya seni daerah) dalam bentuk teks ulasan secara lisan dan tulis dengan

memperhatikan struktur, unsur kebahasaan atau aspek lisan.

3. Model pengembangan yang digunakan penulis untuk mengembangkan media

ini adalam model pengembangan Borg and Gall.

4. Model pengembangan Borg and Gall yang digunakan diadaptasi menjadi tujuh

langkah, yaitu studi pendahuluan (potensi masalah dan pengumpulan data

kebutuhan), membuat rancangan design produk dan pengembangan bentuk

produk awal, melakukan uji validator, melakukan revisi produk hasil uji

validator, melakukan uji coba terbatas dan revisi produk hasil uji coba terbatas,

melakukan uji coba luas dan revisi produk hasil uji coba luas, dan pembuatan

produk akhir.

5. Penelitian ini dibatasi pada tiga sekolah , yaitu SMPN 30 Bandarlampung,

(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran.

Berikut ini dijelaskan mengenai pengertian bahan ajar, fungsi bahan ajar, dan

jenis-jenis bahan ajar.

2.1.1 Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan salah satu komponen penunjang belajar yang digunakan

dalam proses pembelajaran. Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2010: 14)

bahan/materi ajar merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang

“dikonsumsi” oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus

berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan perkembangan

masyarakat. Menurut Prastowo (2011: 6) bahan ajar adalah segala bentuk bahan

yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar.

Menurut Majid (2013: 174) bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi, alat

dan teks yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan

(36)

sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun

secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau

suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis

maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa

untuk belajar (Daryanto dan Dwicahyono, 2014: 171). Guru harus memiliki atau

menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan:

1. kurikulum

2. karakteristik sasaran

3. tuntutan pemecahan masalah belajar.

2.1.2 Fungsi Bahan Ajar

Menurut Djamarah (2010: 330) menyebutkan lima fungsi bahan ajar dalam

pembelajaran sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju

belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan

(b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat

lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,

dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b)

memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan

kemampuannya.

(37)

(a) Perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan

(b) Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian

4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan

kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih

konkret.

5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan

antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang

sifatnya konkret; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

2.1.3 Jenis Bahan Ajar

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi

empat kategori, yaitu:

a. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model atau maket.

b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact diskaudio.

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk dan film. d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) interaktif (Madjid: 2013: 174).

(38)

2.2 Media Pembelajaran

Ada hal yang harus diperhatikan dalam kriteria pemilihan media, seperti berikut

ini: (a) disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (b)

ketepat-gunaan, (c) karakteristik peserta didik, (d) ketersediaan, (e) mutu teknis, dan (f)

biaya (Suliani, 2011: 9).

a) Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

Media yang digunakan guru sebaiknya menunjang tujuan pembelajaran yang

direncanakan. Tujuan pembelajaran menjadi kriteria pokok, sedangkan yang

lainnya menjadi kelengkapan dari kriteria pokok tersebut. Jika tujuan

pembelajarannya adalah siswa mampu menulis teks ulasan, media yang tepat digunakan adalah media film yang dapat diambil dari sumber belajar.

b) Ketepatgunaan

Ketepatgunaan disini memiliki maksud komponen penting dari materi yang

dibelajarkan. Misalkan, materi yang dibelajarkan tentang mengulas film seperti

materi pelajaran Bahasa Indonesia mengenai film atau drama, maka

penggunaan media yang tepat adalah media audio visual berupa video atau

film.

c) Karakteristik peserta didik

Pemilihan media pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik

peserta didik. Peserta didik yang dihadapi oleh guru di kelas berjumlah belasan

bahkan puluhan yang memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda

satu dengan yang lain. Penggunaan media yang tepat untuk menempatkan

(39)

d) Ketersediaan

Seringkali media yang dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan

pembelajaran, seperti film atau video tidak tersedia di perpustakaan atau

sekolah, sedangkan memproduksi sendiri menjadi suatu kemungkinan yang

kecil maka yang harus dilakukan guru mencari alternatif lain seperti membuat

power point dari gambar nongerak.

e) Mutu teknis

Mutu teknis berkaitan dengan hasil penggunaan media oleh guru. Contohnya

ketika kita memanfaatkan media audio visual yang berupa video, ternyata

tampilan video tersebut tidak sesuai harapan. Masalah yang dihadapi seperti

kurang jelasnya gambar yang muncul karena gambar pecah atau video tersebut

macet, membuat tayangannya terlihat kurang menarik dan belum memenuhi

syarat media yang efektif.

f) Biaya

Biaya yang dibutuhkan untuk mendapat media dan menggunakannya harus

seimbang dengan hasil yang dicapai. Misalkan, tujuan pembelajaran

dirumuskan untuk menyebutkan bagian tubuh manusia, maka menggunakan

media gambar tak bergerak atau foto sudah cukup. Tak perlu membuat dan

memperlihatkan video atau film yang biayanya tidak terjangkau oleh pihak

sekolah.

Selain itu salah satu ciri media pembelajaran yang baik adalah media yang

mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima, yaitu siswa.

(40)

menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan medianya yang efektif guna menjamin

terjadinya pembelajaran.

2.2.1 Jenis-Jenis Media Pembelajaran yang Digunakan Siswa SMP

Jenis-jenis media pembelajaran yang digunakan siswa SMP yaitu media visual,

media audio, dan media audio visual. Berikut ini diuraikan mengenai jenis-jenis

media tersebut.

a. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra

penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk

membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas

media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (project visual). Media yang dapat diproyeksikan ini bisa berupa gambar diam (still pictures) atau bergerak (motion pictures).

b. Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya

dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan

para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio

adalah bentuk media audio. Penggunaan media audio dalam kegiatan

pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan

dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya auditif, media ini

mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara memanfaatkan media

(41)

c. Media Audio-Visual

Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual, atau

biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media ini, penyajian

bahan ajar kepada para siswa akan semakin lengkap dan optimal. Selian itu

dengan media ini, dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas

guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi (teacher) tetapi karena penyajian materi bisa diganti oleh media, maka peran guru bisa

beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa

untuk belajar. Contoh dari media audio-visual di antaranya program video/televisi

pendidikan, video/televisi instruksional, dan program slide suara (sound slide).

Selajutnya, media pembelajaran yang dikemukakan Leshin dalam Arsyad (2014:

79), yaitu: (1) media berbasis manusia, (2) media berbasis cetakan, (3) media

berbasis visual, (4) media berbasis audio-visual, dan (5) media berbasis komputer

yang akan dipaparkan sebagai berikut.

(1) Media Berbasis Manusia

Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk

mengirimkan dan mengomunikasikan pesan atau informasi (Arsyad, 2014: 80).

Media berbasis manusia berupa guru, instruktur, tutor, main peran, boneka

(wayang). Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah

sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa.

Misalnya, media manusia dapat mengarahkan dan memengaruhi proses belajar

(42)

terjadi pada lingkungan belajar. Media berbasis manusia mengajukan dua teknik

yang efektif yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya.

Langkah-langkah perancangan jenis pembelajaran dengan menggunakan media ini

adalah sebagai berikut.

1. merumuskan masalah yang relevan;

2. mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang terkait untuk

memecahkan masalah;

3. ajarkan mengapa pengetahuan itu penting;

4. tuntun eksplorasi siswa

5. Kembangkan masalah dalam dalam konteks yang beragam dengan tahapan

tingkat kerumitan.

6. Nilai pengetahuan siswa dengan memberikan masalah baru untuk dipecahkan.

(2) Media Berbasis Cetakan

Media berbasis cetakan adalah penggunaan media dengan hasil cetakan seperti

buku, majalah, surat kabar, ensiklopedi, komik, dan brosur. Bentuk media cetakan

adalah buku. Bisa berupa buku teks pelajaran, buku penuntun, dan jurnal. Buku

pelajaran sering disebut juga buku teks adalah suatu penyajian materi dalam

bentuk bahan cetakan secara logis dan sistematis tentang suatu cabang ilmu

pengetahuan atau bidang studi tertentu. Manfaat buku teks ialah sebagai alat

belajar individu, sebagai pedoman guru dalam mengajar di kelas, sebagai alat

(43)

Majalah dan surat kabar adalah media komunikasi massa dalam bentuk cetak yang

tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya terhadap masyarakat.

Pengajaran berprogram adalah salah satu sistem penyampaian pengajaran dengan

media cetak yang memungkinkan siswa belajar secara individual sesuai dengan

kemampuan dan kesempatan belajarnya serta memeroleh hasil sesuai dengan

kemampuannya juga (Daryanto, 2013: 26).

Komik adalah suatu bentuk sajian cerita dengan seri gambar yang lucu. Komik

menyediakan cerita-cerita yang sederhana, mudah ditangkap, dan dipahami isinya,

sehingga sangat digemari baik digemari anak-anak maupun orang dewasa.

Menggunakan media cetakan harus menuntut enam elemen yang perlu

diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya

tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

(3) Media Berbasis Visual

Media berbasis memegang peran penting dalam pembelajaran. Media visual dapat

memperlancar pemahaman dalam pembelajaran melalui kegiatan elaborasi dan

memperkuat ingatan. Media visual dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat

memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata (Arsyad,

2014: 89).

Bentuk media visual berupa: (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan, dan

foto; (b) diagram yang melukiskan hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi

materi; (c) peta yang menunjukkan hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi

materi; (d) grafik seperti tabel, bagan, grafik yang menyajikan gambaran/

(44)

Arsyad (2014: 89) mengemukakan terdapat prinsip penggunaan media visual

antara lain.

1. Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar

garis, karton, bagan, dan diagram.

2. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran sehingga

pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

3. Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi sebelum

menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan siswa

mengorganisasikan informasi.

4. Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.

5. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep, misalnya

dengan menampilkan konsep-konsep yang divisualkan itu secara

berdampingan.

6. Hindari visual yang tak seimbang.

7. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.

8. Visual diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca.

9. Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk memelajari materi yang

agak kompleks.

10. Visual yang dimaksudkan untuk mengomunikasikan gagasan secara efektif.

11. Unsur pesan yang terkandung harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan

dari unsur-unsur latar belakang untuk memermudah pengolahan informasi.

12. Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk: (a) menambah informasi yang sulit dilukisakan secara visual, seperti lumpur, kemiskinan;

(45)

aksi dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya, dan (d)

menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan, atau

katakan.

13. Warna harus digunakan secara realistik.

14. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan

membedakan komponen-komponen.

(4) Media Berbasis Audio Visual

Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual, atau bisa disebut

media pandang-dengar. Media ini lebih menarik karena mengandung kedua unsur

yang dimiliki media yang disebutkan sebelumnya, dengan demikian objek yang

ditampilkan terlihat lebih hidup dan menarik.

Pembelajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras

selama proses belajar. Menurut Djamarah dan Zain (2010: 124-125) media

audio-visual dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam

seperti film bingkai suara (sound slide), film rangkai suara, dan cetak suara. 2. Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan

gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette atau televisi.

Ciri utama menggunakan media audio visual menurut Arsyad (2014:32-33) adalah

sebagai berikut.

1. Bersifat linear;

(46)

3. Digunakan dengan cara yang ditetapkan oleh pemakai;

4. Merupakan representatif fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;

5. Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif;

6. Berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif siswa yang tinggi.

(5) Media Berbasis Komputer

Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal

dengan nama Computer Managed Instruction atau CMI (Arsyad, 2014: 94). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam proses belajar;

pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau

kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai Computer Assited Instruction (CAI). Penggunakan komputer sebagai media pembelajaran secara umum mengikuti

proses instruksional sebagai berikut.

1. Merencanakan, mengatur dan mengorganisasikan, dan menjadwalkan

pengajaran;

2. Mengevaluasi siswa;

3. Mengumpulkan data mengenai siswa;

4. Melakukan analisis statistik mengenai data pembelajaran;

5. Membuat catatan perkembangan pembelajaran.

Format penyajian pesan dan informasi dalam CAI terdiri atas tutorial terprogram, tutorial intelejen, drill and practice dan simulation.Tutorial terprogram adalah seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah lebih dahulu

diprogramkan. Secara berurut, seperangkat kecil informasi kecil ditayangkan dan

(47)

Tutorial intelejen berbeda dengan tutorial terprogram karena jawaban komputer terhadap pertanyaan siswa dihasilkan oleh intelegensia artifisial, bukan

jawaban-jawaban yang terpogram yang terlebih dahulu disiapkan oleh perancang pelajaran.

Drill and practice digunakan dengan asumsi bahwa suatu konsep, aturan, atau kaidah, atau prosedur telah diajarkan kepada siswa. Program ini menuntun siswa

dengan serangkaian contoh untuk meningkatkan kemahiran menggunakan

keterampilan. Hal terpenting adalah memberikan penguatan secara konstan

terhadap jawaban yang benar.

Simulation pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif, dan perorangan. Dengan simulasi, lingkungan pekerjaan yang kompleks

dapat ditata hingga menyerupai dunia nyata. Simulasi yang menyangkut

hidup-mati seperti di bidang kedokteran sangat terbantu dengan adanya media ini.

2.2.2 Media yang Digunakan Guru SMP

Berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Leshin dalam Arsyad (2014: 79) terdapat

lima jenis media pembelajaran, yaitu (1) media berbasis manusia; (2) media

berbasis cetakan; (3) media berbasis visual; (4) media berbasis audio-visual; dan

(5) media berbasis komputer. Ternyata dalam penelitian ini terdapat media

pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menulis teks ulasan. Media

tersebut adalah media audio visual.

Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual, atau bisa disebut

media pandang-dengar. Menurut teori Djamarah dan Zain (2010:124-125) video

(48)

media audio visual gerak. Media audio visual yang berupa video ini digunakan

guru karena merupakan bahan ajar noncetak yang kaya informasi dan jelas yang

dapat menyampaikan objek terlihat nyata kehadapan siswa sehingga menambah

kesan tersendiri bagi siswa. Media audio visual yang berupa video ini

megguna-kan teknologi yang dapat menyajimegguna-kan gambar bergerak dibarengi suara yang

menyertai gambar-gambar tersebut sehingga membuat siswa seolah merasa seperti

ada dalam tayangan video yang diputar oleh guru.

2.3 Media Film

Menurut Musfiqon (2011: 106) film adalah serangkaian gambar yang

diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan

tingkatan yang berjalan terus sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak

normal.

Film pada perkembangannya ada yang tergolong dalam durasi panjang dan

berdurasi pendek. Film berdurasi pendek inilah yang kemudian disebut film

pendek, jenis film ini juga sering disebut film indie. Trianton (2013:42)

menjelaskan bahwa baik film pendek maupun film indie adalah film yang

memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih luas kepada para sineas dalam

bereksperimentasi secara idealis. Karakteristik film indie yang pertama, secara

teknis berdurasi pendek, yaitu di bawah 50 menit. Namun, Garin Nugroho

membatasi durasi film pendek kurang dari 30 menit. Inilah yang menyebabkan

(49)

Jadi dapat disimpulkan, film pendek merupakan kumpulan beberapa gambar

dalam frame yang mengandung pesan informasi dengan durasi pendek (dibawah 60 menit). Dalam penelitian ini, film pendek sangat berpengaruh dalam kemajuan

proses pembelajaran disekolah. Film pendek merupakan jenis media pembelajaran

audio visual yang cocok diterapkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut

diharapkan dapat dengan mudah menarik antusias minat peserta didik dalam

proses pembelajaran.

2.3.1 Jenis Film

Seiring berkembangnya kebutuhan publik terhadap film, bermunculan berbagai

jenis film baru yang sangat beragam. Effendi (2009: 3) menyebutkan beberapa

jenis film, antara lain: (1) film dokumenter (documentary film), (2) film cerita pendek (short film), (3) film cerita panjang (length films), (4) profil perusahaan (corporate profile), (5) iklan televisi (TV comercial), (6) program televisi (television program), dan (7) video klip (music video).

Beberapa jenis film tersebut biasa ditayangkan di televisi dengan berbagai tujuan.

Kebanyakan film diputar untuk kepentingan hiburan dan komersial. Pengertian

berbagai jenis film dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Film dokumenter adalah film yang bertujuan untuk penyebaran informasi,

pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Film

dokumenter tetap berpijak pada hal-hal yang nyata.

2) Durasi film pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara maju, film

pendek digunakan sebagai laboratoium eksperimen dan batu loncatan bagi

(50)

3) Film cerita panjang biasanya berdurasi antara 90 sampai seratus menit. Film

dalam durasi tersebut biasanya merupakan film yang diputar

dibioskop-bioskop.

4) Film profil perusahaan diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu

berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Film ini sendiri berfungsi

sebagai alat bantu presentasi

5) Film iklan televisi diproduksi untuk kepentingan penyebaran produk (iklan

produk) maupun berupa layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat).

6) Film program televisi adalah program diproduksi untuk konsumsi pemirsa

televisi

7) Film video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan

produknya lewat media televisi.

Munadi (2012: 117-119) menyebutkan beberapa variasi film yang dapat

digunakan dalam pembelajaran, diantaranya sebagai berikut: (1) film dokumenter,

yaitu film yang dibuat berdasarkan fakta (2) docudrama, yaitu cabang film

dokumenter yang diadegankan selayaknya film fiksi, dan (3) drama, yaitu film

yang menggambarkan hubungan manusia yang biasanya bersifat fiktif.

Sehubungan dengan kepentingan penggunaan film dalam dunia pendidikan,

Hamalik (dalam Musfiqon, 2012: 106) menguraikan beberapa syarat film

pendidikan, antara lain: (1) sangat menarik bagi siswa, (2) benar dan autentik, (3)

up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan, (4) sesuai dengan tingkat

(51)

sekuennya cukup teratur, dan (7) teknis yang digunakan cukup memenuhi

persyaratan dan cukup memuaskan.

Lebih lanjut mengenai film pendidikan, Trianton (2013: 62) menguraikan

beberapa karakteristik film pendidikan yang sangat penting sebagai prasyarat dan

membedakan film lain yang belum tentu sesuai bila digunakan sebagai media

dalam pembeajaran. Karakteristik-katakteristik tersebut antara lain: (1) mampu

munyajikan pesan-pesan yang jelas kepada penonton tentang hal-hal yang pantas

atau patut ditiru, (2) tidak bertentangan dengan adat istiadat, norma, dan sopan

santun, (3) mampu membentuk karakter masyarakat, dan mengembangkan sikap

mental, serta memiliki kedisiplinan, mempunyai tujuan dan sasarannya tepat dan

jelas sesuai dengan kemasan pesan, (4) mengutamakan pengetahuan, dan (5)

durasinya terbatas atau pendek, dengan konflik yang relaif datar.

Faktor durasi memang menjadi salah satu faktor teknis yang menjadi perhatian

penting. Film yang digunakan sebagai media pembelajaran hendaknya disesuaikan

dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Apabila ingin menggunakan film

cerita panjang atau dokumenter yang berdurasi panjang, sebaiknya guru

melakukan penyesuaian terhadap durasi dan kebutuhan informasi dalam media.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Anderson (dalam Munadi, 2012: 119) yang

menuturkan, sebaiknya setiap program film yang dibuat untuk keperluan

(52)

2.3.2 Unsur-Unsur Teknis dalam Film

Proses pembuatan sebuah film harus memperhatikan unsur-unsur teknis dalam

film. Tanpa memperhatikan unsur-unsur tersebut, sebuah proses pembuatan film

tentuanya sulit untuk diterima. Sebagai konsumen film, penonton sudah memiliki

patokan tersendiri mengenai unsur apa saja yang ingin mereka dapatkan saat

menonton sebuah film. Daryanto (2012: 93) memaparkan dua unsur utama yang

harus ada dalam naskah video, yaitu unsur visual dan audio. Unsur visual terdiri

atas pemain, setting, properties, lighting, dan gerak. Disusul unsur visual yang terdiri atas suara pemain, sound efect, dan musik. Unsur-unsur tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Pemain

Pemain adalah pemeran yang tampil secara langsung maupun tidak langsung

(tidak tampak dalam gambar) seperti narator, baik memerankan sebagai

dirinya maupun sebagai orang lain.

2) Latar

Latar merupakan tempat dimana suatu kejadian atau adegan berlangsung.

3) Propertis

Propertis merupakan segala benda atau perlengkapan yang dapat

dipindahpindahkan untuk melengkapi, memperindah, dan memberikan ciri

pada set tersebut berada

4) Lighting

(53)

5) Gerak

Gambar yang tampak dalam layar proyeksi belumlah sempurna bila belum

dilengkapi gerak. Dalam video, gerak ini mencakup gerak fisik yang

mencakup: gerak premier, yaitu gerak segala macam benda yang berada di

depan kamera; gerak sekunder, yaitu gerakan dilayar yang diakibatkan oleh

pergerakan kamera; gerak tersier, yaitu kesan gerak ditimbulkan oleh 35

pergantian shot; gerak psikis, yaitu gerak yang timbul dalam hati penonton

akibat program yang disajikan.

6) Suara pemain

Suara pemain adalah suara yang diperdengarkan berupa dialog ataupun

monolog, komentar, atau narasi.

7) Sound Efect

Sound Efect yaitu segala macam bunyi selain musik dan suara manusia yang mendukung suasana. Penggunaan sound efect dapat memberikan suasana yang realistis pada gambar bahkan menimbulkan suasana dramatis.

8) Musik

Beberapa jenis musik dalam video antara lain: pembuka, yaitu musik yang

digunakan untuk memperkenalkan atau membuka suatu adegan; penutup,

yaitu musik yang digunakan untuk mengakhiri suatu adegan; bridge, yaitu

musik yang digunakan untuk menjembatani antara satu scene dengan scene lainnya; background, yaitu musik yang digunakan untuk melatarbelakangi suatu adegan; dan smash, yaitu musik yang digunakan untuk memberikan

(54)

Unsur-unsur teknis video tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam

pembuatan film karena video dan film berangkat dari jenis media yang sama,

yaitu media audio visual. Lebih ringkas mengenai unsur-unsur teknis film,

Trianton (2013: 70) menjelaskan dua unsur teknis film, yaitu audio dan video.

Unsur audio ini meliputi unsur monolog, dialog, dan sound efect. Sementara unsur

video meliputi angel, lighting, teknik pengambilan gambar, dan setting. Seluruh 36 unsur teknis pembuatan film tersebut tentunya harus diperhatikan dalam

pembuatan sebuah film.

Kombinasi yang sesuai dari seluruh unsur tersebut dalam film pendek berbasis

kontekstual tentu menjadi catatan yang perlu mendapat perhatian lebih. Media

film pendek dapat dikembangkan sesuai dengan berbagai teori yang telah dibahas.

Mulai dari segi cerita, alur, tokoh, musik pengiring, durasi sampai genre film

pendek dapat memperhatikan batasan-batasan teori mengenai film yang telah

diuraikan.

2.3.3 Pemanfaatan Film Pendek sebagai Bahan Ajar

Media film pada umumnya digunakan digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan,

dokumentasi, dan pendidikan (Arsyad 2013:50). Media ini dapat menyajikan

informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,

mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan

memengaruhi sikap.

Munadi (2008:119-120) mengungkapkan bahwa pemanfaatan media film dalam

(55)

a) Film harus dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b) Guru harus mengenal film yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk

mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.

c) Sesudah film dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi, yang juga perlu

disiapkan sebelumnya.

d) Pada pemutaran film tertentu, perlu diputar dua kali atau lebih untuk

memerhatikan aspek-aspek tertentu.

e) Agar siswa tidak memandang film sebagai media hiburan belaka, siswa

terlebih dahulu ditugaskan untuk memerhatikan bagian-bagian tertentu.

f) Setelah pemutaran film, perlu diadakan tes untuk mengetahui seberapa banyak

pesan yang telah diterima.

Sejalan dengan itu, Trianton (2013: 58-59) menjelaskan bahwa media adalah alat

yang dapat membantu proses pembelajaran yang berfungsi memperjelas makna

pesan yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

lebih baik, lebih sempurna.

Dipilihnya film sebagai media pembelajaran bukan tanpa dasar, film sangat baik

untuk menjelaskan suatu proses dan menjelaskan suatu keterampilan dan semua

siswa dapat belajar dari film karena mampu menumbuhkan minat dan motivasi

belajar. Terlebih untuk film pendek, dengan menggunakan film yang memiliki

durasi pendek, yaitu kurang dari 30 menit. Dengan durasi yang tidak panjang,

guru dapat leluasa menyesuaikan dengan alokasi waktu pembelajaran di kelas.

Pembelajaran menulis teks cerita ulasan dengan memanfaatkan media film

Figure

Tabel 2.1 Tabel Kegiatan Belajar Berdasarkan Lima Langkah Pembelajaran Saintifik
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian R&D Borg and Gall (1983:775)
Gambar yang digunakan sebagai sampul media pembelajaran Judul untuk media pembelajaran
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Uji Validasi terhadap Media Pembelajaran Menulis  Teks Ulasan Berupa FilmPendek  bagi Ahli Media Pembelajaran
+5

References

Related documents

The PARO Centre for Women’s Enterprise plays an important role in the lives of women like Jeanne, using collaboration, holistic programming, and community- based decision-making to

As mentioned above, multiple exchange rates with a number of restrictions and trade protection may have allowed the economy to have such an appreciated real exchange rate without

S6 (Having a list of available commands); and as the chatbot cannot understand a “help” message from the user, it also replies that same message (Fig. 22), which characterizes a case

MicroStrategy, MicroStrategy 6, MicroStrategy 7, MicroStrategy 7i, MicroStrategy 7i Evaluation Edition, MicroStrategy 7i Olap Services, MicroStrategy 8, MicroStrategy

Family Planning Expenditure includes expenditure on a) direction and administration of family welfare, mainly the FW department, bureaucracy at the state and divisional

 Silver doped TiO2 thin films: The absorption edge of Ag-doped TiO2 does not increase by increasing the dopant concentration. The absorption edge of silver doped samples do not

Hipotesis keenam yang diajukan dalam penelitian, yaitu: supply chain management berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan keunggulan bersaing sebagai mediator pada

Source: Federal Reserve Bank of Minneapolis analysis of available IRS 990 Forms for NCDFIs, 2001–2012.. NCDFI loan funds report strong net